32

3.3K 202 1
                                    

Kiera tak bisa mempercayai ini semua. Please, jangan sampai itu pesawat Terrence. Please. Please. Please.

Kiera mengambil smartphonenya, lalu menekan nomor Terrence. Tangan Kiera benar-benar gemetar saat memegang smartphonenya. Kiera takut setengah mati.

Kiera menunggu dan ternyata nomor pria itu mati. Kiera langsung mencari nomor Tiffany untuk dia telepon, tetapi tak kunjung menemukannya, membuatnya semakin panik saja.

Air matanya sudah mulai menetes, tetapi dia tetap tak menemukannya.

"Sialan." Kiera mengusap air matanya, lalu tiba-tiba saja ada panggilan masuk. Kiera melihat nama yang tertera disana adalah Tiffany.

"Ki..." Kiera bisa mendengar suara Tiffany yang pecah, wanita itu menangis. No. God, please.

"Terrence?" Kiera kembali menangis. Dadanya terasa sesak. Membayangkan Terrence benar-benar tak akan lagi bisa ada di sampingnya... Kiera yakin dia tak akan sanggup.

"Itu pesawat Terrence. Sekarang dia sedang ada di ruang UGD. Keadaannya parah. Aku tidak bisa..." Tiffany menangis disana dan samar-samar Kiera bisa mendengar ada suara orang lain yang berusaha menenangkan Tiffany.

"Aku akan kesana, Tiff." Kiera memutus sambungan telepon mereka, lalu tanpa memikirkan apapun dia segera keluar dari rumah dan pergi ke bandara untuk mencari penerbangan menuju ke Los Angeles, menemui Terrence.

Untung saja Kiera bisa menemukan pesawat yang berangkat tengah malam dan kini Kiera duduk di kursi pesawat sambil terus menerus memanjatkan doa.

Please, God. Don't let him die. I need him. Elvano needs him. I love him. I can't lose him.

Kiera kembali meneteskan air matanya, melipat kedua tangannya yang sedari tadi bergetar hebat.

Jika sampai... Jika sampai sesuatu yang buruk terjadi pada Terrence, Kiera tak akan mampu memaafkan dirinya sendiri.

Seharusnya Kiera membiarkan pria itu untuk tinggal lebih lama dengannya. Seharusnya Kiera tak mengusir Terrence. Seharusnya Kiera tidak mempertahankan egonya sehingga untuk mengucapkan 'I love you too' saja dia tak sanggup. Seharusnya... Oh, God.

"Mam, are you okay?" Seseorang menepuk pundaknya dari samping dan saat Kiera mendongakkan kepalanya, dia melihat seorang pramugari cantik sedang berdiri di sampingnya sambil membawa kereta makanan dan minuman.

Kiera mengusap air matanya, lalu tersenyum.

"I'm fine. Sesuatu yang buruk kebetulan saja terjadi." Pramugari itu sekali lagi memberikan senyumannya pada Kiera, lalu menawarkan apa Kiera ingin makan atau minum sesuatu, tetapi Kiera langsung menolak.

Tentu saja dalam kondisinya yang panik setengah mati ini, Kiera tidak bisa makan dan minum. Moodnya untuk melakukan segala sesuatu hilang. Kiera hanya bisa memikirkan Terrence saat ini dan berharap Tuhan bisa memberinya kesempatan untuk bersama dengan prianya itu. Sebagai satu keluarga. Dan untuk kali ini tidak ada bermain-main lagi.

Sialan. Kiera kembali mengingat bagaimana baru beberapa jam yang lalu Terrence memeluknya erat dan mengatakan 'I love you', tetapi Kiera bahkan tak membalasnya. Kau benar-benar wanita terkejam di dunia ini, Kiera.

Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam terasa begitu lama bagi Kiera saat ini. Kiera terus mengumpat dalam hatinya kenapa dia memutuskan untuk kabur sampai ke New York saat itu, yang memiliki jarak yang cukup jauh untuk ke Los Angeles. Kini dia menyesalinya.

Beberapa jam kemudian, akhirnya Kiera sampai di bandara dan Kiera langsung masuk ke dalam taksi, meminta untuk diantar ke rumah sakit dimana Terrence berada.

Dear Ex [CFS #2] (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang