18

4.5K 285 9
                                    

Setelah mengetahui bahwa Kiera sudah melupakannya 100% dan bahkan sampai menikah serta memiliki bayi, Terrence langsung kembali ke Los Angeles pada hari yang sama.

Terrence tak tahu harus berbuat apa. Mendapat kenyataan bahwa Kiera tak akan lagi bisa dia dapatkan membuat hatinya kecewa.

Kenapa juga Tuhan baru memberikan kesempatan untuk Kiera bisa hamil baru setelah Kiera dengan William? Apakah jangan-jangan dirinya yang sebenarnya ada masalah?

Sialan. Membayangkan Kiera ada di pelukan pria lain saja membuat hatinya ngilu.

Setelah kepulangannya dari New York, beberapa minggu Terrence pakai untuk bolos kerja dan mabuk-mabukan.

Entah dia akan datang ke club seorang diri, ditemani saudaranya ataupun sahabatnya, atau bahkan sampai di rumah, yang dia lakukan hanya mengonsumsi minuman keras.

Jangan salahkan Terrence. Dia hanya belum sanggup menerima kenyataan bahwa Kiera, wanita yang telah ada di hidupnya lebih dari 10 tahun itu kini akan menghilang dari hidupnya selamanya.

Itu... Sangat menyakitkan.

Malam itu puncaknya, saat Jason Carsson, ayah Terrence, tak sanggup lagi melihat anaknya yang sudah semakin gila.

"Dad jangan menghakimiku. Apa Dad pernah ditinggalkan oleh wanita yang sudah ada dalam hidup Dad selama 10 tahun lebih? Kiera segalanya bagiku. Dad tidak paham!" Terrence menatap ayahnya itu dengan mata kemerahan, penuh amarah sekaligus kesedihan.

Jason langsung menonjok wajah Terrence, berharap anaknya itu sadar.

"Dengar, Terrence Carsson. Bukan berarti jika hidupmu sedang berat, kau memilih untuk merusak dirimu sendiri. Sadarlah! Hidup masih berjalan. Hidupmu tidak hanya berputar pada Kiera. Jadilah jantan, bukan justru mabuk-mabukan tidak jelas seperti ini!" Jason memegangi kepala anaknya itu dengan dua tangan, berusaha menyadarkan anaknya yang sedang tidak dalam kondisi waras itu.

"I love her, Dad." Terrence menangis, menatap ayahnya dengan memelas, seakan-akan tak punya keinginan lagi untuk hidup.

Jason bisa merasakan kesedihan yang begitu mendalam pada diri Terrence, membuat dirinya memeluk anaknya itu. Jason tahu jelas bahwa Terrence adalah anak yang kuat. Terrence jarang sekali menunjukkan sisi lemahnya. Selama ini yang tampak dari diri Terrence selalu candaan dan kebahagiaan. Melihat sisi lemah anaknya yang satu ini membuat Jason ikut berkaca-kaca.

"Kalau dia memang untukmu, waktu akan mempertemukan kalian kembali. Percaya pada Dad."

***

Terrence mengerang, berusaha mendudukkan dirinya tapi sakit di kepalanya menghalanginya. Terrence kembali berbaring di atas ranjangnya dan memijat keningnya.

Pintu dibuka dari luar. Salah satu adik laki-lakinya, Timothy, masuk ke dalam kamarnya.

"Minum ini untuk meredakan pusingmu." Timothy menyodorkan sebutir obat beserta air putih dalam gelas.

"Thanks, Tim." Terrence menyadari bahwa Timothy pasti ingin mengatakan sesuatu padanya, mungkin menasehatinya, karena adiknya itu tak kunjung keluar dari kamar dan memainkan smartphonenya, seakan-akan menunggu sampai Terrence merasa lebih baik.

"Apa yang ingin kau katakan?"

"Sudah merasa lebih baik?"

"Yeah, Tim." Timothy meletakkan smartphonenya, lalu mengambil posisi duduk tepat di samping Terrence.

"Kau tahu, Terrence. Aku rasa apa yang dikatakan Dad semalam memang benar. Aku tahu jika Ki memang segalanya untukmu, tapi cobalah untuk bersikap dewasa. Kau mabuk-mabukan sampai mati juga dia tak akan kembali padamu. Sebenarnya mungkin saja dia akan mendatangimu, tapi di kuburan." Terrence memberi tatapan mengingatkan, sedang tak mood sama sekali menanggapi candaan adiknya.

Dear Ex [CFS #2] (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang