Malam semakin larut, entah sudah berapa kali keempat namja itu berganti gantian menjaga gadis di ranjang itu, hanya untuk sekedar memastikan apakah cairan infusnya telah habiskah?, atau bahkan dengan sangat takut Chen akan diam-diam mengamati tubuh Ahrin apa kah dia masih bernafas atau tidak. Berlebihan memang tapi dia sendiri bahkan tidak bisa menyangkalnya.
"Hyung kau tidur lah dahulu biar aku yang menjaga Ahrin" ujar Chanyeol sambil menepuk pelan bahu Chen yang sedari tadi hanya diam di bangku samping ranjang gadis itu.
"Aghhh kau sudah bangun rupanya, kau lanjutkan saja lagi tidur mu, aku masih belum mengantuk" tolak Chen.
"Ckkk ingat perjanjian kita tadi hyung!?!"
Sebelumnya mereka sudah membuat aturan yaitu mereka akan berjaga berganti-gantian setiap ada yang bangun, agar saat Ahrin besok bangun mereka tidak menampilkan wajah kelelahan didepan gadis bermata almond itu.
"Aishhh... bahkan walaupun kau memaksa ku untuk tidur itu tetap tidak akan berguna"
"Sana kau cari angin segar atau apalah, yang penting bisa membuat mengantuk" keluh Chanyeol sambil mendorong pria itu dari bangkunya yang di hadiahi dengan tatapan tajam oleh korban.
"Hehehe maaf sengaja" ujar Chanyeol santai sambil mendudukkan badannya di bangku yang diduduki oleh Chen.
"Biarkan kami berdua dulu hyung, okey?!"
"Awas saja jika kau berani macam-macam dengan adikku, akan ku lempar kau dari lantai atas gedung ini" ancam Chen yang di balas dengan mata Chanyeol yang membelalak sempurna.
"Kau memang benar-benar sadis hyung"
"Terserahlah"
Usai mengatakan itu Chen lebih memilih keluar, dia sudah di ruangan itu sejak Ahrin masuk ke kamar pesakitan itu.
"Lama tidak berbicara, tapi akhirnya kita berbicara dengan keadaan seperti ini" senyuman teduh terukir di bibir Chanyeol memandang gadis yang selama ini selalu mengisi hatinya.
"Kau tau Rin, bahkan sampai sekarang perasaan ku tak pernah berubah kepada mu, walaupun dulu aku pernah kecewa pada mu, nyatanya aku yang telah mengecewakan mu"
"Maaf" setitik air mata bening jelas meluncur dari mata tajam pria tinggi itu.
"Maafkan aku, seharusnya aku lebih cepat menyadarinya... hahhh" jujur saja pria itu frustasi dengan apa yang dia hadapi saat ini. Dia berharap semua ini hanya sebuah mimpi panjangnya di malam hari, dan ketika ia bangun besok semua kembali seperti semula, Ahrin yang sehat dan manja pada orang-orang di dekatnya, Ahrin yang selalu perduli dengan orang lain tapi tidak pernah peka pada dirinya sendiri. Iya itulah Ahrin yang selama ini ia ingat di hatinya walaupun sudah hampir dua tahun mereka putus.
Bukan kisah cinta seperti ini yang dia inginkan. Dia masih berada di umur dua puluhan yang seharusnya ia isi dengan berbagai kisah yang menyenangkan bukan hal menyedihkan seperti ini.
Bahkan gadis di depannya ini masih baru akan menginjak umur kedua puluh tahun nya, tapi waktu seolah melarang nya.
Jika boleh memilih dia ingin kabur dari kenyataan ini. Kembali kepada gadis di depannya ini pada saat mereka masih sama-sama di bangku hight school.
Memahami setiap tindakan nya yang selalu terkesan berhati-hati dan memikirkan segalanya sesuatu sebelum berbicara dan bertindak.
Berusaha menyembunyikan sifat polosnya yang bahkan sangat mudah untuk di lihat. Menikmati bagaimana perjuangan nya untuk tetap bisa mengikuti ekskul yang berat dengan tubuh rapuhnya.
"I don't think that I can be here right now" dia merasa lucu entah kenapa melihat gadis di depannya tertidur bisa sangat memberi perasaan tenang dan nyaman dengan wajah teduh gadis itu. Ada senyum simpul di bibir pria itu
![](https://img.wattpad.com/cover/153236603-288-k78094.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Boyfriend (PCY) END
Teen FictionPenyesalan itu selalu datang terlambat,, jika tidak maka itu adalah takdir Bagaimana takdir yang mempermainkan hati seseorang dengan menyakiti hati orang lain Atau kisah delusi semata yang membawa harapan agar semuanya kembali tanpa penyesalan...