Chapter 42

13 3 0
                                    

Hangatnya peluk mu tak mungkin selalu ku miliki
Sama seperti angan ku
Tak mungkin bisa ku gapai dengan sang waktu yang tak memberi kesempatan padaku...

....
Kim Ahrin

Hai, apa kabar hari ini???....

Ku harap kalian baik, sama seperti semua doa baik kita yang selalu kita panjatkan kepada Tuhan agar doa kita sudi ia kabulkan.

Kali ini untuk kesekian kalinya dokter udah ngizinin aku pulang!!!!,,, yeyyyy.... seneng dong yaaa...

Di mobil Suho Oppa saat ini kami full Tim, appa, eomma di depan berdua, kami bertiga berada di deretan kedua, dengan posisi jangan di tanyakan,  aku berada di tengah-tengah kedua Oppa ku yang sedari tadi terus bercerita banyak hal yang menurut ku tidak masuk akal tapi juga lucu.

Sampai kami memasuki ke area rumah aku langsung saja berlari ke pekarangan belakang,  ada miku di sana dengan ke lima anak-anak nya yang sangat lucu.

"Dek pulang itu seharusnya langsung cuci tangan, cuci kaki terus istirahat bukannya main sama kucing" gerutu Chen oppa sambil mendudukkan dirinya di samping ku yang sedang berjongkok mengelus-elus miku.

"Rin, nanti ada enggak sih yang mau jadi kakak ipar dari kita berdua, kayaknya enggak ada yang sudi gitu sama Suho hyung" ujar Chen oppa yang membuat aku jadi berpikir. Iya ya ada enggak sih yang sudi mau punya kekasih ani  istrinya kelak melihat bagaimana tingkah random kedua oppa ku.

Sudi, siapa sang tokoh yang pantas kiranya merasakan kata sudi itu..??

Aku, kamu, atau sang dia... ???

Belakangan Aku mencoba belajar agar sang mimpi sudi datang menghampiri sang kenyataan di hidup ini.
Di bantu dengan setiap doa yang telah di ucapkan dalam lisan dan hati.

Tapi akhir-akhir ini kalian tau aku mulai berhenti berusaha mengharapkan sesuatu, bukan.... bukan kata 'sembuh' yang aku minta, tapi satu.

Yaitu waktu.

Waktu lebih yang paling engga bisa aku miliki untuk tetap bertahan lebih lama sampai aku bisa  yakin kalau mereka akan siap ketika aku akan pergi nanti.

Tapi nyatanya, sama seperti yang di katakan Irene, bukan hanya mereka yang enggak akan pernah siap untuk keadaan itu nantinya. Karena memang enggak akan pernah ada orang yang bakalan bisa siap untuk di tinggal kan oleh orang yang dia sayang, sekalipun orang itu yang hanya pernah mengisi sedikit waktu di harinya.

Dan berakhir akulah yang mengaku kalah pada kenyataannya sekarang, tubuhku mungkin sudah sangat menolak hal-hal menyakitkan akibat pengobatan yang aku lakukan, kadang aku sering berpikir, bagaimana kalau aku menyerah saja?.

But, even if I think about it, always anyone comes and said to stay...

Enggak ada permintaan lebih, hanya cukup untuk bertahan, enggak lebih.

Kadang tiap ngelihat keluar jendela pasti akan selalu ada seorang gadis kecil yang saat itu aku tanya pada suster yang sedang mengecek keadaan ku namanya Sarah, gadis berumur delapan tahun yang mengidap penyakit yang sama seperti ku, bedanya dia masih pada stadium awal dan she looks so fine, kayak engga ada hal menyakitkan yang dia rasakan. Padahal aku tau bagaimana rasanya saat berada di posisinya.

Tapi belakangan ini sudah dua hari dia enggak kelihatan,  dan suster yang kutanyai hanya berkata dia memang sudah jarang keluar ruangannya.

Kadang setiap kali melihat Sarah, kaya lagi ngelihat diri sendiri yang lagi-lagi membuat ku merasa terluka, karena aku selalu tau bagaimana rasanya selalu duduk sendirian di tengah keramaian, bukan karena tidak pandai bergaul, tapi aku lah yang tak ingin.

My Sweet Boyfriend (PCY) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang