(Namakamu) kembali beraktivitas seperti biasa yaitu pergi bekerja. Setelah kemarin ia izin tidak masuk dikarenakan sakit, tapi akhirnya hari ini ia bisa masuk kerja. Rasa pusing dan juga maaghnya pun sudah mulai mereda. Obat yang diberi oleh dokter masih ada tersisa mungkin nanti saat makan siang tiba, ia akan meminumnya lagi
"Loh, (nam)? kamu udah masuk ternyata?"
(Namakamu) tersenyum lembut pada Kania, atasannya "iya bu, saya gaenak kalau harus izin lama-lama,"
Kania menggeleng heran, "Kamu sudah fit?"
"Alhamdulilah sudah bu,"
Kania mengulurkan tangan kanannya untuk mengelus bahu (namakamu) lembut, "Jaga kesehatan ya? Saya gak mau kamu kenapa-napa, Kalau kamu nanti pusing lagi bilang sama saya, Biar saya bisa anterin kamu pulang,"
(Namakamu) mengangguk seraya membalas senyuman itu, "iya bu, makasih ya, ibu udah peduli sama saya,"
"Kamu sudah saya anggap seperti adik saya sendiri (nam), yaudah kalau gitu saya pergi dulu ya?"
"iya bu,"
(Namakamu) menatap Kania yang pergi keluar toko, ia tersenyum senang, "Seneng banget rasanya dipeduliin sama ibu bos,"
"Kamu bersyukur banget (nam),"
(Namakamu) menoleh pada seseorang yang tibatiba ada disampingnya, "Eh? Kamu ra,"
"Enak ya (nam), dianggap adik sama Bu Kania,"
"Kamu apaan sih ra? Bukan cuman aku doang kali, Kamu juga sama.."
Tiara mengangguk paham, "Eh iya, gimana keadaan kamu? udah sehat?"
"Udah ra, alhamdulillah.."
*
"Baal, Lo kenapa sih? tumbenan banget gak fokus kerja kaya gini?" desis Ilham-- teman sekantor dan juga teman SMA
Iqbaal tampak memejamkan kedua matanya sembari memijat pangkal hidungnya membuat Ilham kembali bertanya
"Cerita kali baal, Siapa tau gue bisa bantu," Ujarnya sambil membaca dokumen yang tadi ia bawa untuk iqbaal tanda tangani
"Mana bisa lo bantu ham, Masalah yang gue hadapin itu berat banget!"
Ilham terkekeh sinis, "Belum cerita udah bilang kaya gitu aja lo! Anda terlalu merendahkan saya tuan Iqbaal yang terhormat,"
Iqbaal mengerjapkan kedua matanya, ia menatap heran ilham, "Ohya? Sekarang gue tanya sama lo, Apa yang lo lakuin ketika istri lo minta sama lo untuk nikah lagi,"
Ilham tertegun membuat iqbaal terkekeh, "Kok diem? Bisa jawab gak lo?"
"Wait! Jangan bilang istri lo--"
"iyaa, Dia minta sama gue biar gue nikah lagi,"
Ilham menggeleng tak percaya, "T-tapi kenapa baal? Kok dia bisabisa minta kaya gitu?"
"Ini karena persoalan dia yang gak bisa ngasih gue anak, Padahal ham-- demi apapun gue gak mempermasalahkan itu, Gue sayang dan cinta sama dia, apa adanya! Gue gak nuntut dia supaya dia bisa hamil anak gue, Gue bahagia hidup sama Dinda tanpa adanya anak!" Ujar iqbaal dengan frustasi
Ilham menghela nafasnya, "Pemikiran cewek sama cowok itu beda baal, Kita sebagai cowok emang gak mempermasalahin itu, tapi lain halnya sama cewek! Yang gue tau, seorang istri bisa dikatakan sempurna ketika dia bisa ngasih anak sama suaminya. Kita bisa aja ngadopsi anak, tapi rasanya beda baal-- apalagi Istri lo punya hati yang lemah lembut,"
"Dinda juga bilang kaya gitu ham, Tapi ham.. Gue gak tega kalau misalkan gue beneran nikah lagi, Itu sama aja gue ngeduain dia. Gue gak rela, Gue gak mau dinda sakit hati,"
"Tapi kan dia yang minta sendiri baal, Itu artinya emang lo udah dikasih lampu hijau, Emangnya lo gak kepengen main sama anak kecil, gendong bayi, denger suara bayi ditengah malem yang pastinya itu ganggu tidur nyenyak lo?" tanya Ilham membuat iqbaal terdiam
"Lo fikirin baik-baik baal, Fikirin juga masa depan lo,"
bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐄𝐆𝐀𝐑 𝟐 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)
General FictionPEMERAN CEWEKNYA YEEN, KALO JIJIK GAUSAH BACA! GAUSAH KOMEN!! (𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐀𝐂𝐀) (𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄𝐃) "𝐀𝐩𝐚𝐤𝐚𝐡 𝐢𝐧𝐢 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐭𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐭𝐮𝐡𝐚𝐧?" - (𝐍𝐚𝐦𝐚𝐤𝐚𝐦𝐮) 𝐀𝐝𝐡𝐢𝐬𝐚 𝐃𝐚𝐧...