39 'Pelakor berwajah kelinci?'

1.3K 177 19
                                    

(Namakamu) sudah tidak tahan lagi pada sikap iqbaal yang semena-mena terhadapnya. Suaminya itu sudah berubah, Tidak lagi seperti dulu. Sudah cukup ia sabar dengan segala tuduhan, amarah, serta cacian dari iqbaal, Terlebih Dinda. Madunya itu kini seperti diatas angin saja, Membuatnya semakin tidak betah untuk tetap tinggal bahkan mempertahankan pernikahannya bersama iqbaal

Sudah matang-matang ia memikirkan hal yang menurutnya akan merugikan semuanya, Terlebih dengan status barunya nanti. Yaitu menjanda diusianya yang cukup terbilang masih muda. Ya. Ia akan bercerai-- lebih tepatnya meminta iqbaal untuk menalaknya, Lebih baik ia menjanda diusia muda daripada harus membatin

Persoalan ia yang akan meminta iqbaal untuk menalaknya belum ia beritahu pada suaminya itu, Apalagi pada Om dan tantenya. Butuh kesabaran dan ketebalan hati untuk mempersiapkan cacian dan amukan iqbaal, Ia yakin iqbaal tidak akan langsung mengiyakan apa yang ia inginkan. Ternyata memilih hidup dengan orang yang menurutnya akan membuatnya bahagia itu salah. Ia menyesal sekarang, Sangat menyesal.

"Maafin aku om, tante.." Lirihnya sembari menepis airmata yang menetes

"Maafin aku udah bandel nggak dengerin omongan kalian, Aku nyesel. Aku nyesel nikah sama mas iqbaal,"

Tibatiba segelintir memori teringat olehnya. Ketika hubungannya dengan iqbaal yang segera menuju Pertunangan harus berakhir, Itu karna iqbaal selingkuh. Ntah mengapa (Namakamu) berfikir kalau itu adalah tanda. Tanda jika ia hidup bersama iqbaal tidak akan berakhir bahagia. Contohnya sekarang, Jadi yang seharusnya disalahin dan dicaci maki 'Bodoh' itu siapa? Dirinya sendiri atau iqbaal?

tok!

tok!

Pandangan (namakamu) terarah pada pintu kamarnya yang diketuk oleh Dinda. Pasti oleh dinda. Sebab yang ada dirumah ini hanyalah mereka berdua, Iqbaal? Lelaki itu sedang berada di kantor, Seperti biasa!

Dengan malas ia bangkit dari duduknya lalu membuka pintu, "Kenapa?"

Dinda bersedekap kedua tangan didada seraya tersenyum miring, "Ada tamu nyariin kamu,"

(namakamu) menautkan alisnya, Tamu? Perasaan ia tidak ada janji dengan siapapun, Lantas siapa yang hendak bertemu dnegannya

"Malah bengong lagi! Datangin tamunya, Kamu mau bikin dia ngerasa risih sama kamu sama halnya kayak aku?!" Gertak Dinda membuat (namakamu) melengos pergi tanpa meninggalkan sepatah katapun

"Dasar wanita penggoda!" Desis Dinda

"Tiara?" Desis (namakamu) Dikala ia sudah menuruni anak tangga

"Ngapain dia kesini?" Lanjutnya dengan pelan, Lalu dengan segera ia melangkah mendekati Tiara

(Namakamu) berdehem, "Hai, Raa."

Tiara yang tengah terduduk membelakangi (namakamu)pun dengan segera membalikkan tubuhnya, Ia tersenyum lebar kearah sahabatnya itu, "(Namakamu)!?"

(Namakamu) membalas pelukan itu, Ia tersenyum senang menghilangkan sejenak kekalutan masalah yang ada dalam otaknya, "Apa kabar kamu?"

"Baik (nam), Kamu gimana? Udah isi?"

(namakamu) tertegun, "A-apaan sih kamu? Udah yuk duduk-duduk," Ia mendorong tubuh Tiara untuk duduk. Setelah Duduk Tiara masih menatap intens pada (namakamu)

"Kenapa sih ra?"

"Aku mau tanya sesuatu sama kamu, Tapi kamu harus jawab jujur."

(namakamu) menghela nafasnya, "Ya kalau kamu nanyanya yang aneh-aneh sih, Aku mana mau jawab jujur."

Tiara mendesah, "Aku serius (nam), Ini tuh penting."

"Soal?"

Sebelum menjawab tiara lebih dulu mengedarkan tatapannya kearah kanan dan kiri, membuat (namakamu) terkekeh hambar, "Kamu kenapa celingak-celinguk? Mau maling ya?"

"Dih? siapa juga yang mau maling, Aku tuh cuman mau nanya soal Madu kamu." Ujar Tiara setengah berbisik

(namakamu) menaikkan sebelas alisnya, "Kenapa emangnya?"

"Selama kamu tinggal disini, dia baik gak sama kamu?"

(namakamu) terdiam, lebih tepatnya mencoba untuk berfikir merangkai katakata agar tidak salah berucap. Ia tidak mau Tiara mengetahui permasalahan antara iqbaal dan juga Dinda. Walaupun tiara itu sahabatnya, Tapi ia harus menutup aib rumah tangganya

"Dia kan madu kamu, Istri tertua. Menurut sinetron yang aku tonton, Kalau istri tertua tuh suka menjelma jadi nenek sihir tau, Sekalipun dia aslinya baik. Tapi kalau ngomongin persoalan istri kedua a.k.a istri muda sih y--yaa mereka pasti bakalan lebih serem dari serigala ngamuk!"

Mendengar celotehan aneh Tiara membuat (namakamu) tertawa, lain terbalik dengan Tiara, Gadis itu mendengus kesal, "Kok malah ketawa sih ah?"

"Dasar korban sinetron kamu!"

"Aku serius (nam), Ini bukan persoalan korban atau bukannya. Tapi ini memang nyata,"

(Namakamu) terkekeh kecil, "Kalau kamu mau ngomongin hal yang gak penting, Mending kamu pergi aja deh ra,"

"Kok malah ngus--"

"Hai mba tiara,"

Sapaan itu membuat Tiara dan (namakamu) samasama menoleh, Dinda berjalan kearah mereka lalu ia terduduk di single  sofa, "Hai mba, Apa kabar? Maaf ya tadi saya gak langsung nanya kabar mba,"

Tiara melirik pada (namakamu) yang tengah menoleh kearah lain, Ia mencium aroma-aroma negatif disini. Lalu ia kembali melirik pada Dinda, "B-baik mba,  Mba sendiri gimana?"

"Saya baik, Sangat baik."

Tiara tersenyum kecil-- terkesan memaksa. "Syukurlah,"

"Ohiya mba, Saya fikir mba udah gak temenan lagi sama dia," Sindir Dinda sembali melirik sinis pada (namakamu) membuat Tiara mengeryit

"Gimana mba maksudnya?" Tiara terkekeh sumbang

"Ya, mba tau sendirilah. Temen mba yang itu tuh, Sudah menjelma jadi PELAKOR berwajah Kelinci. Saya fikir dia baik, Eh ternyataa.. Sama aja kayak wanita diluaran sana." Kekeh Dinda

(Namakamu) hanya menghela nafasnya, Ia memejamkan kedua matanya sejenak membuat Tiara menatapnya sendu

"Saya kasih saran ya mba, Kalau nyari temen tuh, Harus selektif ya mba. Mba pasti bisa bedain mana yang bukan pelakor sama yang jadi pelakor. Oke?" Ujar dinda dengan senyuman manisnya






bersambung....







𝐓𝐄𝐆𝐀𝐑 𝟐 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang