21 'Kenyataan yang pahit'

1.4K 216 18
                                    

⚠ readers 200+
⚠ vote 100+
⚠ komen 5+

kl salah satu dri itu tembus gue up deh




pukul 8.34 pm

Iqbaal barusaja selesai mandi, terlihat dari rambut yang masih basah dan handuk yang masih tergantung di pundaknya. Lelaki itu berjalan kearah lemari untuk mengambil kaos biasa untuk ia gunakan tidur

Ia membuka pintu lemari itu, kedua tangannya tergerak untuk memilah dan mencari kaos yang nyaman untuknya, hingga akhirnya ia menemukan kaos yang ia maksud dengan segera ia ambil dan memakainya. Hanya kaos saja, karna celana boxernya sudah ia pakai tadi di kamar mandi. Lalu ia melangkah kearah meja rias untuk menyisir rambut basahnya sembari terduduk

"Dinda," Panggilnya pada Dinda yang tengah membaca Majalah referensi Makeup

"Kenapa mas?" tanya Dinda menoleh pada iqbaal yang tengah menyisir

"Tolong buatin mas Kopi ya,"

Dinda mengeryit, "Tapi mas ini udah malem lho,"

"ya terus kenapa? Ada masalah?"

Dinda bangkit dari duduknya lalu ia meletakkan majalah tersebut, "Ada mas." ia berjalan mendekat kearah iqbaal, "Kalau nanti kamu minum kopi, terus gak bisa tidur, yang ada kamu besok kesiangan ngantor,"

Iqbaal memutarkan tubuhnya kebelakang dan mendapati Dinda, "Aku ini direktur di kantor, Mau aku kesiangan kek, Mau engga juga itu urusan aku, Kantor-kantor aku juga!" sahut iqbaal dengan tatapan tak sukanya

Dinda menghela nafasnya, "Mas kenapa jadi--"

"Gausah banyak omong, Intinya kamu mau bikinin aku kopi apa enggak?" Dinda mengangguk kecil

"Yaudah cepet sana, Gitu aja harus debat dulu!"

Dinda melangkah kepintu kamar tangan kanannya tergerak untuk membuka pintu, namun baru akan menarik knop ia mendengar desisan iqbaal yang membuatnya menyayat hati hingga akhirnya ia memutarkan tubuhnya yang belum disadari oleh iqbaal

"Kamu bandingin aku sama perempuan lain mas?" lirih Dinda dengan suara yang melemah

Iqbaal menoleh seraya memasang wajah bingung, "Maksud kamu?"

"Udah cukup ya mas, aku bersikap baik seolah-olah gaada yang terjadi dalam rumah tangga kita, Aku capek mas kalau harus hidup purapura kaya gini," sergah Dinda dengan tatapan berapi-api

Iqbaal bangkit dari duduknya lalu mendekat kearah Dinda, "Maksud kamu apa dinda? Jangan berbelat-belit bisa? Kenapa kamu bilang kayak gitu?"

"Sekarang aku tanya sama kamu, Bisa kamu kasih tau sama aku siapa perempuan lain yang kamu maksud itu?" tanya Dinda tanpa menjawab pertanyaan iqbaal

Iqbaal terdiam sejenak, "M-mas, Mass--"

"Kamu udah punya pacar lagi kan mas? Iya kan?!"

Iqbaal menatap lekat Dinda, ia menggeleng kecil

"Bukan gelengan yang aku ingin tau mas, Tapi kejujuran kamu. Bisa kan kamu jujur sama aku?"

"Maafin aku dinda, Aku cinta sama kamu tapi rasa cinta aku lebih besar untuk (namakamu),"

Iqbaal menghembuskan nafasnya seraya mengangguk kecil "Aku memang sudah memiliki perempuan lain, Dan kami akan segera menikah,"

jedar!

Dinda menelan salivanya kuatkuat, Batinnya kini sangat amat tersiksa sekali. Dunia serasa sudah berhenti berputar, Kedua kaki dan tubuhnya melemah seperti tidak ada energi untuk berdiri

"M--mas gak lagi bercanda kan?" tanya Dinda terbatabata

Iqbaal mengusap wajahnya pelan seraya mengangguk yakin, "Nggak.. Aku serius! Kami akan segera menikah. Dan kamu-- Ini kan yang kamu mau? Aku sudah mewujudkan keinginan kamu, Jadi aku mohon sama kamu untuk jangan mengganggu gugat keputusan aku,"

Dinda menggeleng kecil, Ia menyesal! sungguh! Ia menyesal telah meminta hal tersebut pada Iqbaal. Ia tidak ingin suaminya itu menikah lagi. Ia menggenggam kuat kedua tangan iqbaal seraya menggeleng

"Mas, tapi--"

Iqbaal menepis genggaman Dinda dengan kasar. "Aku harap kamu tidak menyesal dinda!"

"IYA! AKU MENYESAL MAS! MENYESAL!" Bentak Dinda

Iqbaal menggeleng kecil seraya menghapus airmata istrinya itu yang sudah menetes, "Semua udah terlambat, Ngga ada gunanya juga kamu nangis kaya gini didepan aku,"

clos!

"Mas tega sama aku mas?"

Iqbaal tersenyum sinis mendengar penuturan Dinda, "Awalnya aku memang ngerasa kasihan sama kamu, Aku nggak tega untuk nyari perempuan lain, Tapi karna kamu yang terus menerus mendesak aku untuk mencari perempuan lain, Jadi yaudah aku mulai mencari dan--"

"STOP MAS! STOP!"

Dinda memukul dada bidang iqbaal dengan keras, "Kamu tega mas! Kamu tega!"

Iqbaal mendecih seraya mendorong tubuh Dinda dengan kasar, "Salah kamu sendiri! Kenapa kamu malah nyuruh aku untuk nyari perempuan lain hah?! Udah aku bilang aku bahagia sama kamu tanpa adanya anak. Kita bisa adopsi anak, Kita bisa berusaha untuk pakai bayi tabung! Apa kamu nggak kepikiran kearah situ?" Geram iqbaal membuat Dinda terdiam

Iqbaal menggenggam erat kedua bahu Dinda, "Tapi itu dulu! Dulu sebelum aku belum bertemu sama calon istri keduaku kelak!"

"NGGAK AKAN ADA ISTRI KEDUA, ISTRI KEDUA MAS!"

Iqbaal terkekeh sinis, membuat Dinda menggeram

"Mas aku mohon mas, Jangan menikah lagi. Aku nggak mau di madu mas," Pinta Dinda sembari menggenggam pergelangan tangan kiri iqbaal

Lagi. Iqbaal melepas genggaman itu, "Gausah sok terdzolimi seperti itu dinda, Keputusan aku dan dia sudah bulat. Kami saling mencintai dan menyayangi, Dan aku mohon sama kamu, Kalau aku sudah resmi menikah dengan dia, Kamu jangan berlagak julid sama kayak di sinetron-sinetron, Kita hidup di dunia realita, Kalau nyatanya kamu sudah ditakdirnya harus mempunyai-- apa itu? madu? Y--yaa," ia mengangkat kedua bahunya, "kamu harus menerimanya,"

Dinda menatap tajam iqbaal dengan wajah yang sudah lusuh, "Aku nggak akan ngerestuin hubungan kamu sama dia mas,"

Iqbaal tertawa miris, "Kamu bukan orangtuaku dinda, Kamu hanya istri aku yang nggak bisa ngasih aku anak. Orang lain pasti bakalan mengerti, kenapa aku menikah lagi,"

Dinda menggeleng tak percaya ketika ia mendengarkan penuturan iqbaal. Suaminya itu barusaja merendahkan harga dirinya? Apa itu hanya candaan semata? Tapi jikalau itu candaan, menurutnya itu tidak lucu sama sekali! Yang ada hatinya kini teriris, terluka, seperti tersayat oleh silet

"Aku memang nggak bisa ngasih kamu anak mas, Tapi jangan pernah kamu merendahkan aku seperti itu!" Ujarnya dengan sorotan mata amarah

"Aku nggak merendahkan kamu dinda, Aku berbicara sesuai fakta!"

"Daripada aku punya madu, Lebih baik kita--"

"Cerai?" tebak iqbaal membuat Dinda terdiam

Iqbaal terkekeh kecil, "Aku nggak akan menceraikan kamu, Karna aku tau, Diusia kamu yang masih muda kayak gini, Kamu gak mau kan di sebut janda muda? Gak mau kan? Bahkan aku masih ingat kapan dan dimana kamu bilang kayak gitu sama aku," kekehnya

Sial! Iqbaal benar! Ia pernah berbicara seperti itu pada Dinda. Sebelum mereka menikah tentunya

"Tapi itu terserah kamu, Aku nggak akan maksa. Kalau kamu masih mau sama aku, Stay disini. Dan kalau enggak ya--" ia mengangkat kedua bahunya, "Perceraian akan segera datang,"

bersambung....

readersnya sdikit banget:( jd gasemangat buat nemenin klian di hari libur kek gini





𝐓𝐄𝐆𝐀𝐑 𝟐 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang