(Namakamu) tengah mengemasi pakaiannya kekoper dengan wajah yang terlihat kesal ia memasukan pakaiannya itu dengan kasar tidak ada kerapihan yang mampu mencerminkan pakaiannya kali ini. Ia berniat untuk pulang kerumahnya, semakin hari iqbaal semakin kurangajar terhadapnya.
Iqbaal sudah tidak menganggapnya sebagai istri lagi, itulah yang ia pikir. Terbukti dari perlakuan lelaki itu yang sudah berubah 180°. Tidak ada lagi Mas iqbaal yang selalu baik padanya, tak ada lagi Mas iqbaal yang selalu mengatakan katakata indah yang membuat hatinya berbungabunga. Semua yang iqbaal dulu lakukan kini sepenuhnya lelaki itu berikan hanya untuk Dinda, istri pertamanya
(Namakamu) berusaha untuk membungkam mulutnya, menahan airmata yang tidak ia izinkan untuk menetes. Sudah lelah ia harus menangis lelaki itu
Ternyata benar apa katanya orang. Jadi istri kedua itu tidak enak! Hanya sesaat kesenangan yang ia dapatkan. Permasalahan yang membuat dirinya dan iqbaal seperti ini hanya karna persoalan anak. Sudah ia tegaskan, bukannya ia tidak ingin memiliki anak sama seperti tuduhan suaminya itu, tapi ia belum siap. Belum saatnya ia harus menggendong bayi. Ia masih ingin berdua dengan Masnya itu
Apakah salah jika ia ingin menunda untuk hamil?
(Namakamu) menepis kasar airmatanya yang barusaja menetes, "Aku benci sama kamu mas."
Brak!
(namakamu) menurunkan kopernya dari ranjang lalu ia menariknya keluar kamar. Ketika ia hendak menutup pintu iqbaal datang menghadangnya
"Mau kemana?"
(namakamu) enggan untuk menatap wajah orang yang saat ini ia benci. Ia lebih memilih untuk melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti tadi meskipun ia harus mendorong kuat tubuh iqbaal
"MINGGIR!?!" sentaknya dengan tatapan tajam pada iqbaal
"Mau kemana?! NGAPAIN BAWA KOPER SEGALA?!" kini iqbaal menaikkan oktaf suaranya seraya mencengram kuat tangan (namakamu) yang menggenggam pegangan koper
"S-ssakitt!" (namakamu) berusaha untuk melepas genggaman iqbaal yang begitu kasar
iqbaal menghela lalu ia melepaskan cengkraman itu, "Mas tanya kamu mau kemana?" tanyanya dengan nada yang merendah
(Namakamu) mengelus pergelangan tangannya yang kini tercetak garis tangan iqbaal, Lalu ia menatap sinis suaminya itu, "Pergi-- PERGI DARI KEHIDUPAN KAMU!"
Iqbaal terdiam sejenak, lalu ia tersenyum sinis, "Kamu lupa? Kamu ini masih istri mas!"
"Masih kan? Dan gak lama lagi, kita cer--"
"NGGAK ADA YANG CERAI! KITA GAK AKAN CERAI!" Bentak iqbaal dengan tatapan amarahnya
"Denger ya baikbaik," ia menangkup kedua pipi (namakamu) dengan satu tangannya, "Mas gaakan pernah cerain kamu. Walaupun kamu udah gak becus jadi istri mas, tapi mas gaakan ceraikan kamu, PAHAM?!"
Dengan rasa kesal dan sakit hati yang begitu menyelimutinya (namakamu) mendorong tubuh iqbaal lalu ia berusaha untuk lari namun dengan cepat iqbaal cekal
"JANGAN KABUR?!"
(namakamu) menepis cekalan iqbaal lalu menatap suaminya itu dengan tangisan yang sudah pecah, "Buat apa aku disini terus hah? BUAT APA?! GAADA GUNANYA JUGA MAS! KAMU UDAH GAK MENGANGGAP AKU SEBAGAI ISTRI KAMU! KAMU UDAH GAK CINTA SAMA AKU MAS!"
"Nyalahin aku?" desis iqbaal dengan seringainya
"Aku tidak akan bersikap seperti ini kalau kamu sendiri tidak membuat saya kesal (nam)! Semua yang kamu inginkan saya berikan, saya wujudkan. Dan Itu adalah bukti cinta saya untuk kamu. Tapi kamu? Apa bukti yang sudah kamu berikan untuk saya? Hm? Apa?!"
"Aku menikah dan menjadi istri kedua kamu itu adalah bukti mas! BUKTI KALAU AKU CINTA SAMA KAMU!"
"BOHONG!!"
PRANG!
iqbaal membanting guci berukuran medium kelantai alhasil membuat guci itu pecah berkepingkeping, Dan bersamaan dengan itu Dinda muncul dengan wajah yang terlihat cemas dan tegang
"Mas?! Kenapa kamu banting gucinya?" Dinda terlihat kebingungan disini. Matanya beralih pada (namakamu) yang terdiam sembari menangis disampingnya kini ada koper, Dinda mengeryit
"K-kamu... Kamu mau kemana?" Tak ada jawaban yang dinda dapat, lalu ia beralih menatap iqbaal dengan nafas yang tersenggal-senggal
"Mas--" Ucapan dinda terpotong karna pada saat ia hendak memegang bahu iqbaal, suaminya itu dengan cepat berucap pada (namakamu) dengan jari telunjuk yang menunjuk-nunjuk pada wajah istri keduanya itu
Dinda menghela nafasnya, Ia menatap sendu pada madunya itu. "Mas, Jangan terlalu kasar sama (namakamu),"
"Kenapa dinda?!"
"Mas!" Dinda berucap penuh penekanan, "Jangan kamu terus menerus menanyakan hal yang udah kamu tau jawabannya,"
(namakamu) mendecih mendengar ucapan dinda. membela lagi? Pikirnya
Tunggu sebentar. Dinda membela (namakamu) ya? ups! (namakamu) tidak terkejut lagi dnegan itu, Wanita itu sudah kesekian kalinya membela (namakamu). Terdengar lucu namun itu memang adanya. Ntahlah itu tulus dari hatinya atau sekedar ingin nyari muka.
Tibatiba iqbaal menghela lalu menunduk, "Aku hanya ingin cepat memiliki anak dinda. (namakamu) satusatunya harapan untuk aku, Dan sekarang apa yang aku dapat? Dia nggak mau hamil anak aku--"
"AKU BUKANNYA NGGAK MAU MAS! HIKS! AKU CAPEK KALAU HARUS BERDEBAT PERSOALAN INI TERUS!" Bentak (namakamu) penuh penekanan
"itu karna kamu! SALAH KAMU!"
(Namakamu) menatap kesal nan sedih pada iqbaal tanpa aba-aba ia membalikkan tubuhnya untuk kembali masuk kekamarnya tak lupa ia menggebrakkan pintu membuat Dinda sedikit tersentak sementara iqbaal hanya terdiam
"Mas,"
"Kamu jangan kasar-kasar sama (namakamu),"
iqbaal menoleh pada Dinda, "Kenapa kamu membela dia?"
"Aku gasuka kamu kasar sama cewek, Terlebih dia istri kamu."
bersambung...
ntahlah gue ngetik apaan. Semoga ngefeel ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐄𝐆𝐀𝐑 𝟐 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)
General FictionPEMERAN CEWEKNYA YEEN, KALO JIJIK GAUSAH BACA! GAUSAH KOMEN!! (𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐀𝐂𝐀) (𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄𝐃) "𝐀𝐩𝐚𝐤𝐚𝐡 𝐢𝐧𝐢 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐭𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐭𝐮𝐡𝐚𝐧?" - (𝐍𝐚𝐦𝐚𝐤𝐚𝐦𝐮) 𝐀𝐝𝐡𝐢𝐬𝐚 𝐃𝐚𝐧...