Seohyun, wanita cantik yang hidup berdua dengan ibu tirinya. Suatu hal terjadi dan ibunya terancam akan kehilangan semuanya, hingga seseorang menawarkan bantuan dengan sebuah syarat.
Syarat yang mengharuskan Seohyun berakhir di tangan seorang pria t...
Pagi menjadi lebih lembab dibanding biasanya setelah semalaman disapa oleh derasnya hujan. Ribuan tetes air yang menjatuhi dan meresap ke dalam tanah, masih meninggalkan sisa berupa bau alami yang biasa orang orang sebut dengan petrichor.
Samar samar, kesejukkan dan ketenangan merasuki penciuman. Menyejukkan pernapasan yang telah melalui panjangnya malam dibalik selimut hangat yang begitu lembut.
Jalan setapak yang basah mengeluarkan suara berbeda saat sepasang kaki melangkah diatasnya. Seperti terdapat gesekan angin saat diberi tekanan pada bebatuan yang tertanam di tanah.
Balutan kain tipis berupa dress panjang, tidak membuat kedua tangannya diam untuk sekedar menyapa dedaunan. Terlalu banyak hal untuk dilihat hingga senyum tersaji pada wajah cantiknya.
Semua hal jika dirawat dengan baik dan sepenuh hati, maka suatu saat hal yang indah pun akan muncul. Termasuk tanaman. Seohyun yang tidak pernah sekalipun absen dalam merawat miliknya, sekarang dia dapat melihat dan merasakan keindahan tersebut.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Mereka cantik sekali" Seohyun memejamkan mata dan mencium aroma semerbak yang menyegarkan.
Pesona mawar merah itu hadir berserta duri yang sewaktu waktu dapat melukai. Memberi luka kecil yang pasti akan hilang dalam kurun waktu tertentu.
Dan seperti yang telah Seohyun pahami, semua luka pasti akan sembuh. Walau hanya sebatas fisik, karena kenangan akan luka tersebut justru akan tetap ada dan tertanam di dalam ingatan masing masing.
Tap tap tap
Bunyi langkah kaki membuat Seohyun membuka mata. Dia kemudian tersenyum cerah melihat sosok itu di depan matanya.
"Tuan Kim"
Kedatangan pria tua yang sudah lama tidak terlihat itu, membuat Seohyun kembali mengingat masa masa dimana dia mendapat banyak bantuan selagi tinggal di rumah tersebut. Tanpa adanya ikatan hubungan dengan sang pemilik seperti sekarang.
"Saya baru saja selesai melihat lihat taman ini, dan sekarang bertemu dengan Nona"
"Sudah sangat lama... Bagaimana kabar anda?"
"Seperti yang Nona lihat sekarang, tidak banyak yang berubah"
"Syukurlah"
Pria tua itu mengarahkan bola matanya pada kelopak merah yang masih menempel membentuk mahkota bunga.
"Saya lihat anda merawat semua tanaman disini dengan sangat baik. Semuanya tumbuh seperti telah ditangani oleh seorang profesional"
"Anda terlalu berlebihan tapi... terima kasih atas pujiannya. Tuan Kim satu satunya orang yang mengatakan begitu"
"Padahal saya pikir Tuan adalah yang pertama"
Seohyun menggeleng. "Dia... tipikal yang tidak peduli dengan hal hal seperti ini"