18. Selalu Berakhir Pahit

672 68 1
                                    

So it's true, when all is said and done, grief is the price we pay for love.

-E.A. Bucchianeri

...

Kalandra Azura

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalandra Azura
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kedua kelopak mata yang memang sudah minimalis itu semakin menyipit tatkala netranya mengamati bagaimana adik sepupunya keluar dari kamar mandi sambil bersiul siul, mengamati pergerakannya menyurai rambut setengah basahnya kebelakang didepan cermin. Pemuda tiga tahun lebih muda darinya itu kemudian berjalan menuju kearah nakas samping tempat tidur dan mengambil sesuatu dari laci paling bawah.

"Mau kemana?"

Sejenak Azura dapat melihat reaksi terkejut si adik.

"Anjir bang kaget, sejak kapan disono?"

Azura menggeleng dua kali, emang dia hantu apa sampe nggak kelihatan?

"Sejak kamu keluar kamar mandi, terus ngaca ngaca gaje sambil siul siul terus jalan ke nakas ngambil hair dryer.."

Rafathan nampak mengamatinya yang duduk dengan kaki terangkat diatas sofa tunggal yang memang terletak disudut kamar itu. Kemudian si bocah itu nyengir sendiri.

"Hehe nggak lihat bang.."

Azura memilih tidak peduli, dan kembali mengulang pertanyaannya diawal,

"Mau kemana?"

"Jalan jalan dong bang, biar kekinian.."

Ucapan Rafathan dibumbui dengan nada nada mengejek. Telak menyindirnya yang memang hobi rebahan.

"Sama siapa?" Tanya Azura dengan nada lempeng.

"Sama cewek lah.."

Sejenak Azura terdiam sebelum tawanya meledak.

"Bwahah koen gak punya cewek kecuali si kekasih bayangan!"

Dapat ia lihat nampaknya Fathan sedikit kesal dari raut wajahnya. Ya memang benar kok, lagian menurutnya itu bodoh sekali.

Ada kaca nggak? Bang Azura kurang banyak ngaca.

"Bang gak pengen ngapain kek gitu sana sama kak Ve daripada disini serem deh kayak penunggu kuburan ae!"

"Maunya ngajak kamu juga, Vega ngajak ngopi bareng biar rame.."

"Sorry abang, aku ada kencan.."

Azura berdecih pelan. "Jadi kekasih bayangan aja bangga!"

"Tega abang ya adek sendiri gak disemangatin gitu perjuangannya? Malah diejek kekasih bayangan lagi!"

Zura mengedikkan bahu lantas bangkit dari duduknya.

{✔️Complete} Boy With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang