Ini kisah tentang segelintir hati, seuntai rasa yang terpendam dalam bungkam, penggalan jiwa yang rapuh dan potongan hati yang tak pernah utuh.
-BWL22 by Karizka
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Irene Jovana . . . . . . . . . .
"Hah? Kamu jadian sama Reksa?"
Si cantik Zoya Abigail mengangguk malu-malu, pipinya bersemu merah menahan senyum membuatnya semakin mirip apel yang semburat matang.
Irene masih tidak habis pikir sih, ya dia tahu Zoya ini sering pulang bareng Reksa atau minta diantar kemana gitu oleh cowok itu. Tapi pikirnya dia hubungan mereka itu sebatas teman dan dari keduanya tidak kelihatan ada sesi baper-baperan nya tuh, jadi dia sama sekali tidak menyangka. Atau mungkin dia tidak peka saja.
Yang membuatnya lebih heran itu mereka ngalor ngidul kayak begitu dari lama, sudah seperti layaknya dia sama Zoya jadi lebih kelihatan teman daripada gebetan.
Misteri kehidupan memang tidak ada yang tahu, begitu Zoya bercerita kalau antara dia dan Reksa setelah kedua manusia yang baru official jadi pasangan itu menjalani sesi saling terbuka satu sama lain, ternyata ada banyak hal yang terungkap. Salah satunya perasaan Zoya yang dipendam lama, yang Irene sendiri juga sama sekali tidak tahu menahu. Anehnya ia merasa ada sedikit perasaan tidak enak mendengarnya.
Bukan perihal hubungan keduanya, tapi tentang dirinya sendiri, ia merasa buta dan tidak tahu apa apa sebagai sahabat Zoya. Irene merasa tidak berguna, ia kecewa karena ternyata Zoya memendamnya sendiri dalam kurun waktu yang lama. Memang, mungkin Aldebaran benar. Kalimat yang dikatakan lelaki itu saat mereka berpisah mungkin benar adanya.
"Kamu itu kayak seberkas cahaya yang silau banget Rin, sesuatu yang dekat tapi tidak mampu aku lihat.."
Menatap gadis disampingnya ia semakin sadar bahwa cahaya yang dimaksud Aldebaran itu membutakan dirinya sendiri, tak hanya membuat orang lain silau. Cahaya itu yang akhirnya melahap habis dunianya sehingga ia merasa selalu sendiri meski dikelilingi oleh pendar hangat yang bercahaya lebih redup darinya.
"Jo.."
"Hmm?"
"Am I look like someone else?"
"Apa?"
"Aku sebegitu buta ya sama orang lain, begitupun sama kamu, sekarang aku paham kenapa Aldebaran pengen putus waktu itu.."
"Ren kamu ngomong apasih?"
"Oh iya Jo, kayaknya aku mau ke perpus dulu. Aku mau cari buku buat acuan judul.."
"Ren.."
Irene bangkit dari duduknya, meninggalkan Zoya yang kemudian berniat mengejarnya namun urung ketika bahunya ditahan oleh dua tangan yang secara tiba tiba menekannya untuk kembali duduk.