64. Pulang

560 52 5
                                    

Selamat pagi....

Ini bab yang kalian tunggu, pesan saya cuman jangan menyesal karena menunggu bab ini.

Dan aku gak bermaksud mengulur atau apa tapi semalam aku lupa kalau malam minggu😂

Siap siap yaa..

○ Pulang    #64 ○

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

○ Pulang    #64 ○

○ Pulang    #64 ○

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

<]_BWL_[>


Segalanya selalu mudah bagi Irene, sejak lahir ia merasa beruntung sebab memiliki kesempurnaan yang melekat pada nama belakangnya. Ia lahir dikeluarga kaya, segala macam benda yang ia inginkan dapat terwujud hanya dengan satu ucapan. Meski, kedua orangtuanya memiliki keyakinan yang berbeda namun kehidupan rumah tangga mereka harmonis dan Irene merupakan satu satunya putri yang sudah pasti menjadi kesayangan.

Namun, ternyata segalanya dalam hidup Irene itu tak berpengaruh pada kisah romansa nya. Kenyataannya ketika ia meletakkan kepercayaan pada sosok yang telah ia tetapkan, sekedar rasa cinta dan kepercayaan saja tidak cukup. Terlalu banyak perbedaan bisa berubah menjadi alasan kehancuran yang sebenarnya. Pada akhirnya segala angannya terpatahkan.

Menghirup kembali udara pagi di Surabaya, Irene merasa lega. Menyeret koper perlahan ia tersenyum melihat salah satu sopir pribadi keluarganya melambai-lambai padanya.

"Aduh Pak Adi berangkat jam berapa dari Malang?" Tanyanya pada sopir paruh baya itu.

Pak Adi terkekeh pelan sambil meraih koper Irene untuk dibawanya. "Jam lima mbak." Jawabnya.

Irene melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya, pukul tujuh lebih empat puluhan. 

"Bapak belum sarapan kan? Cari makan dulu yuk, Pak!" Ajaknya.

"Siap nona!" Balas Pak Adi cepat sembari belagak hormat. Ahh~ dasar bapak ini.

Irene terkekeh melihatnya. "Padahal bapak gak usah jemput, Ren naik taksi juga bisa."

"Aduh mahal ongkos, kan mending ongkosnya buat beliin bapak sarapan, hehe~" Canda Pak Adi.

Irene tertawa mendengarnya. Perbincangan ringan mengiringi perjalanan mereka menuju rumah makan terdekat. Meski berstatus sopir dan majikan, keduanya lebih nampak seperti keluarga. Pak Adi juga memakai pakaian rapi, kemeja flanel kotak-kotak dengan warna merah mendominasi. Tidak memalukan bersanding dengan Irene yang nampak modis dengan fashion airport-nya yang terlihat branded dari ujung kepala hingga kaki.

{✔️Complete} Boy With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang