Bab 33 : Prom Night

498 43 1
                                    

***

Kita manusia hanyalah perencana, takdir Tuhan lah penentunya.

🌈

Gera berlari setelah melihat kejadian yang menyakitkan itu tepat didepan matanya. Luthfi yang dibelakang nya turut mengejarnya. Seketika itu, Fito menyadari keadaan Gera, hampir selangkah ia melangkah ingin mengejar. Pikirannya seperti bicara tanpa diminta.

Lupakanlah dia. Dialah yang membuat hidup lo rumit.

Hira menangkap pergelangan tangan Fito, menggenggam erat tangan pacarnya itu. Senyum manis tercetak diwajah Hira saat mata saling menatap. Fito hanya diam, memperhatikan.

Semoga, ini yang terbaik.

Setelah berlari jauh, hingga Gera tiba di taman dalam keadaan lengang. Saat ia berlari, banyak yang menatapnya dengan penasaran. Ia tak peduli, ia tetap berlari.

Luthfi berhenti mengejar ditengah-tengah koridor, karena ia tahu. Tempat mana yang akan cewek itu datangi. Ia juga melakukan itu, agar orang-orang tak berpikir hal-hal yang merepotkan nantinya.

Gera duduk di kursi taman dengan perasaan gundah. Air matanya lagi-lagi keluar tanpa dipinta. Luthfi datang kepadanya saat itu juga.

"Berhentilah lari dari kenyataan. Kalau lo emang menyukainya, mengapa lo nyerah dan gak peduli sama perjuangannya? Mengapa lo malah lari ke gue, yang jelas-jelas gak menyukai lo, dan lo pun gak menyukai gue, bukan?" omel Luthfi panjang kali lebar. Bisa dibilang, ini kalimat terpanjang yang Gera dengar sejak mengenal Luthfi.

Gera hanya diam dan mengeluh dalam hati dengan air matanya tetap mengalir. Luthfi yang melihat itu hanya bisa menggeleng tak abis pikir. Bagaimana tidak? Hanya dengan ancamannya yang bisa dibilang tak terlalu besar akan membuat Gera berlutut kepadanya? Kadang Luthfi hanya bisa menghembuskan napas lelah melihat tingkah gadis didepannya ini.

Luthfi ikut duduk disamping Gera. Ia memperhatikan wajah Gera yang terus saja menunduk. Muak? Tentu saja. Gadis didepannya ini terlalu lemah mengenal kata suka. Karena gak ada yang namanya menyukai tanpa mengenal luka. Kalau begini, lebih baik Gera tak menyukai siapapun, karena hatinya terlalu rapuh untuk menyukai seseorang.

Luthfi menarik dagu Gera agar menatapnya. Tentu saja gadis itu langsung menepis tangan Luthfi. Tanpa Gera duga, Luthfi menangkup wajahnya dan menatapnya dengan serius. Ketika Luthfi melihat mata Gera yang sembab, ada sedikit kekesalan terasa didalam dadanya. Jujur saja, ia tak tega melihat Gera seperti ini.

"Berhentilah menolak kata hati, karna ia tak pernah salah. Memang benar, hati tak boleh dimanjain, tapi, kita juga harus ikutin logika. Kalau cuma logika di ikutin, hati bakalan yang lebih terluka. Karena mereka saling melengkapi bukan saling memerangi," ujar Luthfi seraya menghapus air mata yang mengalir di pipi Gera.

Seketika, Gera memalingkan wajahnya dengan kasar hingga Luthfi terperangah dibuatnya.

"Berhentilah buat gue baper!" bentak Gera seraya berdiri, lalu pergi dari hadapan Luthfi.

Tercengang? Begitulah Luthfi saat ini. Susah emang, memberi tahu kepada orang yang keras kepala.

🌈

Tibalah saatnya, hari dimana dinanti-nanti oleh semua siswa. Prom Night. Nanti akan dilaksanakan, dan sudah ditata oleh anggota OSIS. Karena hal itu, lagi-lagi Gera harus bertemu Fito. Hanya diam yang hinggap diantara mereka.

Perang diam antara Cika dan Gera selesai kemarin, dan sekarang? Lebih pelik lagi masalahnya. Yang satu blak-blakan mengungkapkan perasaannya dan berjuang, yang satunya lagi menutupi perasaannya rapat-rapat dan membohongi perasaannya sendiri dengan memacari orang lain yang bahkan tak menyukainya. Sekarang, yang satu menyerah dan yang satunya lagi menyesal tapi berusaha biasa saja meski rasa tak bisa dibohongi.

Grafi [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang