Bab 38 : Kejutan

566 42 1
                                        

***

Semesta telah mempertemukan, disaat hati masih saling mencari. Semesta memang suka bercanda.

🌈

"Na, maksud lo apa?" tanya Gera heran bukan main. Pasalnya, Gera hanya diajak datang kesini melihat surprise. Tapi, baginya ini bukan surprise. Sebaliknya, baginya ini musibah.

Shana tersenyum mendengar itu. Ia memalingkan wajah kepada Fito yang raut wajah nya tak bisa dilukiskan.

"Lo mungkin lebih terkejut akan hal ini. Memang, bukan Rara yang ngechat lo selama ini. Tapi, gue. Yang ada didepan lo inilah Rara. Gadis kecil yang dulu lo tinggal tanpa mengucapkan selamat tinggal," jelas Shana yang membuat kerutan di dahi Gera.

"Hah?" Gera seakan meminta jawaban atas pertanyaan di kepalanya.

Fito menatap Gera, lalu beralih ke tangan gadis itu. Terlihat sebuah gelang yang warnanya telah memudar. Inisial R terpampang jelas di dekat pengikat gelang itu. Dalam hati, ia mengatai dirinya sendiri bahwa ia sangat bodoh tak menyadari hal kecil yang ada didekatnya, sebaliknya ia tak pernah memakai gelang itu lagi. Ia hanya lelah berharap.

Shana menoleh pada Gera. "Gue tahu kok, Ra. Alasan lo pindah sekolah. Siapa yang lo temui saat umur kita tujuh tahun dahulu. Gue tahu itu semua. Lo nyari Anta 'kan? Dia ada didepan lo sekarang," ujar Shana membuat mata Gera berbinar.

Gera merasa sesuatu terjadi pada perasaannya, entah itu lega, sedih, atau bahagia tercampur aduk. Membuatnya berusaha tak mengeluarkan air mata.

"Itu... Beneran?" lirih Gera dengan suara bergetar bertanya kepada Fito yang masih menatapnya dengan tatapan syok.

Fito memalingkan wajahnya. Ia mengangkat bahu dan mengangguk dalam satu waktu, membuat Gera mengernyitkan dahinya.

Shana terkekeh kecil melihat respon Fito. "Iya, Ra. Dia cuma lagi syok aja," duga Shana yang memang begitu adanya.

Entah harus bagaimana Fito merespon kabar ini. Semesta ternyata telah mempertemukan, disaat saling mencari. Aneh, tapi begitulah semesta. Ada saja yang datang, tak terduga dan tak terpikirkan oleh makhluk-Nya.

Suara telapak kaki mengalihkan perhatian Gera dan Shana. Fito mendekati dengan langkah pelan. Tanpa Gera duga, Fito memeluknya erat. Ia membeku ditempat, ia bingung harus bagaimana.

"Tolong bilang, ini bukan mimpi," bisik Fito dengan suara yang bergetar.

Saat itu, pertahanan kedua sejoli itu runtuh. Semua kerinduan kini telah meluap. Hal-hal yang dicari, kini ditemukan. Semua penantian, kini terbayar. Mereka saling lega dan sedih disatu sisi karena tak menyadari hal yang telah semesta berikan kepada mereka.

"Satu hal yang kamu tahu, Anta. I'm always waiting for you. Hingga akhirnya ku mencari, namun semua itu sia-sia karena tanpa ku caripun, ternyata kamu telah berada di sisiku," bisik Gera dengan membalas pelukannya.

Setelah dirasa cukup, Fito melepaskan pelukan itu. Mata mereka saling memerah. Tangan kanan mereka berdua terjulur ke depan saling mengusap ujung mata satu sama lain. Senyum merekah terlihat diwajah mereka.

Shana berdeham pelan, membuat kedua sejoli itu kalang kabut saking malunya. Shana tersenyum melihat aura kebahagiaan dari mereka.

Gera menatap Shana dengan rasa penasaran. "Tolong jelasin dengan lengkap!" pinta Gera pada Shana.

"Sederhana, Ra. Semenjak lo pindah, gue selalu baca buku diary lo. Makanya gue gak pernah nanya kabar lo, disaat lo minta dijauhin. Gue selalu ke rumah lo meski lo gak ada. Maaf, karena gue baca diary lo. Tapi seenggaknya dengan itu, gue gak perlu terus terusan khawatir sama lo. Jangan kan gue, kak Gio juga baca, cuma dia gak suka lo lebih milih perasaan lo sendiri daripada mimpi.

Grafi [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang