Bab 5 : Nyaman

1.1K 171 17
                                    

☝️👆Song : Benar nyata - nagita feat nino (cover bintan feat ilham)

***

Sekokoh apapun pintu hatimu. Pasti akan runtuh jua oleh rasa nyaman

🌈

"Mau gak, gue yang sembuhin trauma lo?" tanya Fito sambil menoleh kepada Gera. Menatap tepat di manik matanya.

Gera tersenyum. "Gak usah."

"Why?" tanya Fito penasaran.

"Karena-" Gera mendongak menatap langit sejenak, lalu berganti menatap Fito. "Inilah yang gue mau. Gue berubah karena kemauan dan keadaan. Kalau gue gak mau, ngapain juga berubah, kan?" lanjut Gera.

"Kenapa lo mau berubah?" tanya Fito penasaran lagi.

"Semua orang gak bakal pernah sama, sama diri mereka yang dulu. Semua orang pernah berubah. Baik sadar maupun nggak sadar. Gue yakin, lo juga pasti pernah berubah, kan? Alasan kenapa gue berubah. Maaf, gue gak bisa bilang. Itu masalah pribadi. Gak bisa seenak jidatnya gue umbar-umbar ke semua orang. Apalagi ke elo. Yang bahkan belum gue kenal sepenuhnya."

Fito hanya ber'oh'ria dan menganggukkan kepala, mengerti. Kemudian Fito tersenyum. "Apapun itu. Gue harap, keputusan lo, gak ngebuat lo nyesel dikemudian hari," ucap Fito tulus.

Gera tersenyum kecut. "Iya. Makasih. Semua keputusan punya resikonya masing-masing. Baik maupun buruk, kita gak tahu. Yang jelas, gue hanya bisa memutuskannya hari ini. Entahlah di masa yang akan datang. Syukuri saja hari ini. Terkadang, kita lupa diluar sana masih banyak yang lebih parah dibanding kita. Kita lupa, bahwa yang Tuhan berikan hari ini, mungkin yang terbaik untuk kita. Jadi, jangan pernah mengeluh. Tapi bersyukurlah! Tuhan Maha Adil." Gera tersenyum.

"Iya, lo benar." Senyuman Gera seolah menyihir Fito untuk tersenyum juga.

Entah mengapa hati Fito terasa hangat mendengar ucapan Gera. Kata-kata itu menyematinya. Lega sekali rasanya. Ada seorang yang dewasa dalam menyikapi masalah. Salut kepada Gera, cewek tegar yang bisa menjalani hidupnya, walau ia harus merubah sikap karena keadaan. Berbanding terbalik dengan dirinya sendiri, yang malah lari dari masalah. Membuat dirinya lemah. Membuat dirinya menjadi seorang pengecut.

"Ra?" Fito mendekat.

"Apa?" Gera menjauh.

"Sini dulu. Gak usah takut gitu. Gue gak gigit, kok." Fito terkekeh kecil.

"Gak lucu, To."

"Inget loh. Gue kakak kelas lo!" Fito menatap Gera, sebal.

"Iya, Kak Fito. Jangan becanda. Gak lucu, soalnya," ucap Gera terpaksa.

"Iyalah, gak lucu. Yang lucu, kan, elo."

Gera terkekeh kecil. "Cheesy."

"Nah gitu dong! Ketawa. Walau gak lebar. Manis."

"Emang gue gula apa?"

"Iya. Gue semutnya."

"Gak mempan gombalan receh kaya gitu mah," cibir Gera.

"Berarti, lo mau yang anti mainstream dong?"

"Idih. Ogah," cibir Gera

"Lain dikata, lain dihati," ledek Fito

"Apaan sih," ucap Gera kesal.

Mereka berdua saling tertawa. Membuat beban masalah mereka masing-masing, menguap begitu saja.

Grafi [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang