Bab 39 : Tak terduga

796 44 1
                                        

***

Diterbangkan tinggi setinggi nya, lalu dijatuhkan sejatuh-jatuhnya. Hingga lupa bagaimana rasanya berdiri tegak.

🌈

Sang mentari telah tenggelam dengan segala masa lalu yang ia bawa. Entah itu bahagia, luka, sendu, maupun rindu. Cuma ada bintang yang mulai muncul dengan terang gemintangnya nan indah.

Binar itu mulai terang seiring terbitnya senyum. Semua sendu menguap seiring terbukanya hati. Tak ada lagi keraguan, yang ada hanya keingintahuan, ingin tahu bagaimana cara memperbaiki yang lalu dan mempertahankan yang sekarang.

"Aku bingung harus bilang apa," ujar Gera dengan kepala yang menengadah menatap langit gelap dengan bintangnya yang cerah.

"Ku harap, semua ini gak mimpi. Walau semua terasa mimpi. Kalaupun memang mimpi, aku gak mau bangun. Kalau ini memang nyata, mungkin... Aku harus berterimakasih banyak kepada semesta, memberiku kejutan yang bahkan gak pernah terlintas didalam harapku," lanjutnya seraya tersenyum singkat.

Gera menoleh menatap Fito. "Boleh aku tahu, kamu kemana aja?" tanyanya dengan suara yang bergetar.

Senyum kecut terbit di wajah Fito. "Aku cuma berusaha mengejar masa depan tanpa terbelenggu akan masa lalu," ujarnya membuat dada Gera terasa perih. Gera mencoba untuk mencerna ucapannya dengan baik, walau ia taku, maksud perkataan itu sama dengan isi pikirannya.

"Maksudnya?" tanya Gera berusaha untuk tak membenarkan prasangkanya. Jangan bilang, Hira?

Fito tersenyum miring melihat Gera yang terdiam merenung. "Kamu pasti ngira, aku sama cewek lain kan?" godanya membuat wajah Gera blushing. Gera memalingkan wajahnya dari Fito, kekehan kecil keluar dari mulut Fito.

"Ya ampun, gak berubah ternyata," ujar Fito yang tertawa lepas.

Ger menatap Fito dengan mengerucutkan bibirnya. "Aish! Apaan sih! Nyebelin!" Gera memicingkan matanya yang merasa kesal.

Keduanya saling memalingkan wajah seiring berhentinya tawa dan datangnya sunyi. Tiba-tiba, tangan Fito terangkat untuk membelai puncak rambut gadis disampingnya itu. Gera terkejut mendapat hal manis itu. Ia menikmatinya dengan angin malam yang membelai lembut kulit mereka.

"Sebenarnya, aku sering dikasih chat dari orang. Tapi, entah kenapa, ada satu chat aneh yang sering banget datang, meski aku biarin. Di spam mulu." Fito yang awalnya menatap bintang beralih menatap manik gadis yang juga menatapnya. "Ya, biasa aja sih awalnya, cuma karena aku lumayan kesal dan penasaran, aku jawab seadanya aja." Fito berhenti membelai rambut Gera. "Ketika dia ngaku sebagai Rara. Ketika itu pula, aku inget lagi tentang kamu. Padahal belum tentu Rara yang dia maksud itu kamu, jadi aku berpikir untuk tak terlalu dipikirkan dan dibiarkan saja."

"Anehnya, aku selalu berusaha ikutin chat itu tentang keberadaan Rara. Namun, yang ku lihat hanyalah kamu. Namun, aku gak ngeh sama sekali. Gila ya, disaat mencari seseorang, ternyata orang yang dicari ada didepan sendiri. Semesta benar-benar pandai memainkan kita," lanjutnya dengan Gera yang matanya mulai berkaca-kaca.

Ternyata, semesta gak sejahat itu membuat Gera terluka sampai trauma. Karena, dibalik itu semua, ada kejutan yang gak bakal diduga. Datang, tanpa kamu pinta dan harapkan.

"Sudah sejelas itu, kode yang telah di kasih Shana ke aku, tetap saja, aku meragu. Aku takut berharap lebih. Disaat, harap hampir hilang, semesta berikan kebenaran agar harapan itu kembali tertata." Fito meraih jemari Gera dan mengaitkannya.

"Maaf, karena telah melupakan mu," lanjutnya sambil tersenyum kecut.

Gera ikut sedikit tersenyum. "Gapapa, wajar kamu lupa. Sepuluh tahun bukan waktu yang sebentar," jawabnya. "Wajah kamu benar-benar beda ya, sama dulu?" lanjutnya.

Grafi [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang