Bab 13 : Aneh

734 107 14
                                    

***

Mungkin banyak misteri yang belum terungkap. Gapapa, jalani dulu hari ini. Biarkan semesta menjalankan tugasnya.

🌈

Bunyi alarm menyambut pagi hari dengan suaranya yang menggelegar. Perlahan mata Gera terbuka, menjangkau alarm yang memekakkan telinga. Mematikan suaranya, dan mulai terduduk dari tidurnya tadi. Menguap sesekali. Terduduk agak lama untuk menghilangkan rasa kantuk.

Terlihat dari jam alarm tadi, bahwa sekarang pukul 5 pagi. Sesegera mungkin, Gera pergi ke toilet untuk berwudhu. Mensucikan diri dari hal-hal yang tak luput dari dirinya. Apalagi kalau bukan dosa? Tak ada manusia yang sempurna dimuka bumi ini. Sebaik apapun manusia itu, pasti mereka tak luput dari dosa.

Selesai berwudhu, Gera mengambil mukena dan sajadah. Dan mulai sholat shubuh. Setelah selesai sholat, ia berdo'a.

Ya Allah, ya Tuhanku. Jika semua hal yang Engkau titipkan padaku itu adalah yang terbaik. Maka berilah aku kekuatan untuk menerima semua itu. Ya Allah, ya Tuhanku. Ampunilah aku, karna aku hanyalah hamba-Mu yang tak luput dari dosa. Aamiin ya rabbal'alamin.

Setelah selesai shalat, ia menatap ke jendela kamarnya. Menatap indahnya pagi hari yang selalu disambut oleh para makhluk-Nya.

Kemudian, ia ke kamar mandi. Bersiap-siap untuk pergi sekolah. Bersiap-siap menentang dunia yang keras. Bersiap-siap atas apapun yang Allah berikan padanya.

Gera turun dari kamarnya, menuju meja makan yang telah berisikan Mama Gea, Oma Ratih, dan Kak Gio. Seorang saudara laki-lakinya yang lain telah menikah, yang bernama Ghava. Jadi, sekarang Gera tinggal berempat.

"Ra, makan dulu." Mama Gea menawarkan.

"Gak usah, Ma. Ara cuma mau roti aja," tolak Gera sambil mengambil sepotong roti dan mengolesinya dengan selai.

Mamanya mengangguk mengerti.

"Tumben gak makan? Diet?" tanya Gio, saudara laki-lakinya Gera.

Gera yang tengah mengunyah makanannya, seketika berhenti sejenak. "Enggalah. Badan udah kurus gini, mau diet? Ckckck," ucap Gera berdecak pelan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Trus kenapa gak makan?" tanya Gio penuh selidik. Kakaknya yang satu ini memang rada perhatian. Tapi salah dikit aja, bisa bikin Gio ngamuk. Agak gimana aja gitu? Risih aja bagi Gera. Padahal mah, mereka gak akrab-akrab amat.

"Yahh.. Lagi gak mood aja," ujar Gera cuek bebek.

Ting Tong!

Bel rumah Gera berbunyi. Sontak yang tengah makan berhenti sejenak.

"Siapa tuh?" tanya Gio penasaran.

"Gak tau dan gak mau tau," ucap Gera cuek, lalu memakan rotinya kembali.

"Gue gak nanya sama lo kali!" ketus Gio.

Gera berhenti mengunyah, lalu menghembuskan napas gusar, dan menatap wajah Gio. "Trus sama siapa? Hantu?" Gera mulai kesal.

"Iya, hantu. Hantunya kan elo. Hahaha, nyadar juga lo, kalau lo itu udah mirip spesies hantu." Gio tertawa puas melihat wajah Gera yang kesal.

"Eh, kalian ini. Bukan bukain pintu, malah ribut," ucap Oma, menengahi keributan antara adik kakak ini.

Ting Tong!

Bel rumah kembali berbunyi.

"Ya udah, biar Mama aja yang bukain pintu," putus Mamanya.

Grafi [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang