"Paagii kak…"
Itu sapaan salah seorang cowok yang notabene adalah adik kelas Seviana. Baru masuk. Jadi masih ingusan, Perlu pengawasan agar tidak kebablasan dalam sapa menyapa.
"Yoi."
Yang kemudian Seviana tersenyum dan melanjutkan langkahnya. Seviana memang begitu. Dia tidak suka dengan keformalan. Tapi Seviana … tergolong orang yang anti sosial.
" Heh! Gentong, jalan biasa aja dong, itu dadanya gak usah di busung-busungin kali. Gak napsu gue mah."
Ini lagi. Anak baru masuk kemarin sore. Masih bersetatus adik kelas saja sudah tidak punya sopan santun terhadap kakak kelas nya. Lalu bagaimana dengan guru atau orang tuanya!? Miris!
"Kamu panggil saya apa tadi?Gentong!? Maaf tapi saya punya nama."
"Gue gak ngomong sama lo, gue ngomong sama temen gue, Yhaaaa … kepedean lo kak."
"Oh! Oke."
Memang Seviana ini bodoh apa. Apa lagi Seviana ini punya tingkat kepekaan yang sangat tinggi. Kalau untuk ejekan seperti itu, tentu saja Seviana sangat faham sekali. Bukankah ejekan itu makanannya sehari-hari, jadi memang harus dinikmati.
Menyebalkan. Untung Seviana ini baik hati,tidak sombong dan rajin menabung. Jadi adik kelas yang entah siapa namanya itu Seviana biarkan, kalau tidak mungkin nasib bocah ingusan itu sudah berakhir di rawa-rawa setelah Seviana bumi hanguskan.
Seviana melanjutkan jalannya menuju kelas. Masa bodoh dengan bocah ingusan yang sedang memperbincangkan bentuk tubuhnya. Memang tidak ada sopan-sopannya sama sekali bocah itu sebagai adik kelas.
Padahal dahulu jika Seviana hanya sekedar mau pergi ke kantin saja malunya setengah hidup. Masalahnya banyak kakak kelas yang nongki-nongki manja di kantin sana.
Lalu sekarang, Jangankan punya malu, bahkan jika Seviana ke kantin saja, bangku kantin sudah penuh dengan segerombolan dedek-dedek gemes yang suka ngegibah dan membicarakan skin care.
Atau mungkin para dedek-dedek ganteng yang terkadang mabar di kantin sana. Teriak-teriak ala tarzan bak di hutan belantara.
Memang jaman ambyar seperti sekarang ini para remaja sudah mengalami degradasi moral. Sangat bertolak belakang dengan jaman Seviana waktu jadi adik kelas dulu.
"Sev, lo tau kan kalo hari ini penjas nya di lapangan buat praktek. Soalnya tadi malem kan dibahas di grup tapi lo gak muncul tuh." Itu Amara, teman sebangku Seviana dari kelas sepuluh sampai sekarang.
Bosan!? Emang. Banget malahan. Tapi mau bagaimana. Jika Seviana ingin duduk sendirian, selalu saja Amara langsung duduk di sebelahnya. Alhasil ya… sebangku lagi.
Jadilah seorang Aqueenzie Amara Ratulangi teman sekaligus partner sejatinya.
"Gue tau. Prakteknya Senam lantai kan? Ogah ah gue. Bosen kalo suruh guling-guling terus"
"Kenapa, Sev?. bentuk tubuh kaya lo kan enak banget kalo suruh guling-guling. Hehehee."
Not funny! tapi Seviana santai. Biasa mendapat ucapan seperti itu. Maka dari itu Seviana punya bentuk badan yang jangan di tanya lagi. Selain kenyang makan nasi, Kenyang juga makan nyiyiran orang tentang bentuk tubuhnya.
"Lo kaya gak tau aja, gue kan kalo pulang bukan jalan. Gue guling-guling, lo lupa?."
Selalu seperti itu Sevina menanggapinya. Selalu di bawa bercandaan meskipun … ada yang sakit tapi tidak berdarah.
"Ahahahahaha Iya-iya. Lo itu ya Sev, ada-ada aja."
Amara terbahak, Seviana tersenyum simpul menanggapi nya. Hari ini Seviana sudah berusaha untuk percaya diri, tapi mulut orang-orang itu yang sungguh tidak tau diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Bantet Girl ✔
ChickLit[Book 1] "Mbak yang Gendut! silahkan" Selalu saja begitu, dan ini sudah kesekian kalinya gadis itu di omong Gendut, Gemuk, dan para jajarannya. Gendut itu bukan ukuran kecantikan, tapi kenapa orang gendut selalu di pandang remeh sih!, Bikin yang pu...