13🌾

634 52 0
                                    

Seviana masih memperhatikan keduanya yang sedang menikmati minuman 'Sambutan' itu. Mama Wulan dan juga Si Damar-Damar itu. Seviana hanya menampakkan seringai puasnya. Sebab, tinggal tunggu tanggal mainnya.

"Ma! Kita pulang sekarang! Tanpa ada basa-basi ataupun penolakan." Titah Seviana.

"Iya Sev, Ayo Mas kita pulang!" Ajak Mama Wulan pada manusia itu.

"Iya, sini kunci mobilnya. Biar aku yang nyetir aja."

"O--ho! Lo mau nginep di rumah gue lagi?? Dasar muka tembok! Lo punya rumah kan? Kenapa lo gak tidur di rumah lo aja!! Istri lo di rumah lagi nungguin! Jangan cuma selingkuh aja sama nyokap gue!!"

Plakk

Suara tamparan itu menggema di seluruh penjuru restoran. Membuat semua orang yang ada di sana memperhatikan ke arah meja mereka.

Seviana memegangi bekas tamparannya. Perih. Itu yang Seviana rasakan. Tapi Seviana hanya diam. Tak bergeming.

"Lo puas udah bikin gue di tampar sama nyokap gue sendiri?? Ini kan yang lo mau!! Selamat. Lo udah berhasil, tapi inget! setelah kejadian ini. Gue semakin yakin buat gak ngerestuin hubungan lo sama  nyokap gue."

"Sev. Maafin Mama!" Gemetar suara Mama Wulan. Tangannya mencoba menyentuh pipi chubby Seviana yang terdapat ukiran telapak tangannya.

Namun secepat kilat Seviana menjauhkan tangan Mama Wulan dari pipinya itu. Mata Seviana memanas. Air matanya ingin segera tumpah. Tapi sekuat tenaga Seviana tahan agar tidak terlihat lemah.

"Gak perlu Ma. Seviana cuma mau ucapin terima kasih, karena ini adalah hadiah terbaik yang pernah Seviana terima di hari ulang tahun Seviana" Parau. Seviana ingin segera pergi dari tempat itu. Dan akan Seviana lakukan sekarang.

"Seviana, Seviana!!" Mama  Wulan bangkit. Ingin mengejar Seviana. Namun terhalangi oleh tangan Damar yang langsung menarik tangan Wulan.

"Dia udah dewasa. Kamu gak perlu berlarut-larut sama ini. Karena emang dia pantes dapetin tamparan itu." Ucap Damar.

"Tapi ini semua kesalahan aku Mas. Aku harus kejar Seviana."

"Anak yang gak punya sopan kaya dia pantes dapetin itu sayang!, Lagi pula dia udah dewasa. Dia harus bisa mandiri."

"Kamu bilang, anak aku gak sopan?. Mas nanti dia juga bakalan jadi anak kamu!"

"Emang bener kan Dia gak sopan! Kamu gak liat perlakuan dia ke aku. Padahal aku ini kan calon Papa baru nya."

"Seviana kaya gitu karena aku udah bikin dia kecewa Mas, ini hari ulang tahun nya! Tapi aku sama sekali gak inget. Aku yang salah bukan Seviana."

"Tapi tadi …" Ucapan Damar terhenti. Perutnya melilit. Sepertinya Damar butuh pergi ke toilet sekarang. Dan benar, Damar langsung mengambil langkah cepatnya. Meninggalkan Wulan sendiri.

"Terserah." Mama Wulan ingin secepatnya menyusul Seviana. Namun terhalang lagi oleh seorang penjaga kasir.

"Maaf! Ibu belum membayar tagihan makanan tadi."

Ah sial! Segera Wulan mengambil dompet dari tas branded nya, mengeluarkan beberapa lembar uang kertas berwarna merah dari dalam sana.

"Nih! Cukup?"

"Iya tunggu, kembali…"

"Ambil aja!" Ucap Mama Wulan yang langsung pergi.

Mama Wulan benar-benar merasa bersalah sekarang. Dia harus memperbaiki semuanya dengan Seviana. Hingga saat Mama Wulan sudah dekat dengan mobilnya. Namun…

My Lovely Bantet Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang