"Sev??"
Tidak ada sahutan dari Seviana. Matanya menerawang kosong ke arah taman yang terletak di luar Rumah Sakit sana. Tanpa memikirkan apa-apa, atau bisa dikatakan dia sedang melamun sekarang.
"Gue abis nonton drakor viral tau. Kesel gue dari kemaren, ihh kenapa begok banget sih jadi orang. Udah tau diselingkuhin masih ... aja mau bertahan"
Itu mulutnya Amara, sudah lebih dari dua minggu semenjak Seviana sadar dari komanya Amara selalu menyempatkan datang mengunjungi Seviana. Hanya sekedar bercerita atau ingin melihat kondisinya saja, tentu saja bersama dengan teman-teman yang lainnya.
"Ya ampunn ... pengen gue sentil ginjalnya tuh orang" Amara terus menggerutu.
Dan Seviana?
Tetap diam termangu di kursi rodanya, matanya masih menerawang jauh ke sana. Terdiam tanpa kata, membisu dan membeku tanpa mau tau apapun itu. Dan inilah Seviana sejak bangun dari koma nya.
"Sev! Lo denger gue nggak sih. Gue lagi curhat loh ini" Amara mengerucutkan bibirnya.
Mengambil kursi yang ada di sana lalu menempatkan ke dekat Seviana. Dan seperti ini rutinitas Amara di sela-sela kesibukannya sebagai perancang busana yang cukup terkenal.
"Lo liatin apa sih. Serius banget, sampek ngacangin gue kaya gitu, tega bat lu" Cerocos Amara.
Tapi Seviana tetap Diam. Entah Seviana seperti merindukan seseorang, tapi Seviana tidak tau itu siapa.
"Woii! Ngelamun aja!" Amara mementikkan jari nya di depan wajah Seviana.
Membuat Seviana menoleh pada Amara, memandang lekat orang di sebelahnya. Mengamati setiap inci wajahnya, mencoba mengingat-ingat kembali dia siapa. Sebenarnya Amara ini sering datang, tapi Seviana benar-benar tidak mengingatnya.
"Kamu kenapa ada di sini?, nggak ada kerjaan lain?" Ucap Seviana yang kembali mengarahkan pandangan nya ke taman itu.
Kembali acuh dengan orang di sebelahnya.
"Lo masih belum inget siapa gue dan temen-temen kita, Sev?"
"Aku aja nggak inget siapa aku!" Ucap Seviana datar.
"Gak papa, tapi gue akan berusaha jadi temen baik buat lo. Oh iya, cepet sembuh ya, kita semua nggak akan lengkap tanpa lo."
"Apa aku punya temen? Apa ada yang mau temenan sama cewek bantet dan nggak terlalu cantik kaya aku?"
Ah iya, jadi Seviana mengatakan dirinya bantet karena ulah Dio yang pernah menyebutnya seperti itu. Padahal sebenarnya tubuh Seviana itu body goals sekali. Tapi karena ucapan Dio itu, Seviana seperti mengingat sesuatu dan membuat kepalanya sakit.
Dan itu sering terjadi, semakin Seviana berada di dekat Dio dan berusaha mengingat-ingat semuanya. Maka kepalanya yang akan berdenyut nyeri, hingga akhirnya Asisten Dokter yang bernama Jaehyun itu memberikan saran kepadanya agar menyuruh orang yang bernama Dio itu menjauh darinya kalau ingin segera sembuh.
Dan tentu saja Seviana menyanggupinya, karena menurut Seviana itu juga adalah cara yang terbaik.
"Yang beberapa hari yang lalu dateng ke sini tapi lo usir itu, yang lo bilang kalo lo nggak mau ketemu sama siapa-siapa!"
"Ohh ... mereka ya? Tapi sebenernya kamu juga aku usir tapi kamu bandel dan tetep jengukin aku. Kamu punya telinga kan?"
Shit! Ini kebiasaan baru Seviana semenjak bangun dari komanya selain diam dan melamun, Seviana kalau bicara suka seenaknya. Bahkan kata-katanya pun nyelekit luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Bantet Girl ✔
ChickLit[Book 1] "Mbak yang Gendut! silahkan" Selalu saja begitu, dan ini sudah kesekian kalinya gadis itu di omong Gendut, Gemuk, dan para jajarannya. Gendut itu bukan ukuran kecantikan, tapi kenapa orang gendut selalu di pandang remeh sih!, Bikin yang pu...