Warning!
Part ini mengandung kata-kata kasar dan terdapat gejala 'Akhlak not found. Co. Id.' , segala bentuk percakapan apapun di sini, jangan pernah di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Yang nggak suka, boleh skip (tapi kayanya nggak bisa, karena dari awal sampe akhir part ini emang nggak ada akhlak😅)
🌹🌹🌹
"Jadi, Seviana nggak hamil? Jadi kalian bohongin kami semua! Keterlaluan!" Papa Aldi memasang wajah tidak bersahabatnya.
Kini Dio dan Seviana sudah disidang kembali. Duduk di tengah-tengah orang tua mereka yang sudah memberikan tatapan ingin menerkamnya. Dan mereka berdua … hanya tertunduk lesu.
"Jadi ini didikan kamu selama ini, Wulan!?. Anak aku pandai jadi pembohong, dan semua ini karena kamu!,.anak aku salah pergaulan gara-gara kamu nggak becus jadi orang tua. Anak aku malah bergaul sama laki-laki urakan kaya dia!" Murka Papa Aldi dan menampakkan raut tidak sukanya pada Dio. Menunjuk-nunjuk Dio dengan jari telunjuknya.
"Apa maksud anda anak saya urakan, hah! Anak anda yang lebih gak punya sopan, anak saya Dio gak pernah berbuat serendah itu tanpa ada yang mengajaknya!" Balas Damar tak kalah sadis.
"Apa maksud kamu ngomong kaya gitu, Mas Damar! Kamu ngatain kalo Seviana yang ngajakin anak kamu ini buat jadi urakan gitu!" Wulan mengimbuhi. Dia tidak terima Seviana di katai seperti itu.
Persetan dengan Damar yang pernah jadi pacar. Tapi di sini, mereka saling tidak terima kalau mereka yang jadi korban. Maka dari itu mereka main salah-salahan satu dengan yang lain.
Dio terus memperhatikan perdebatan mereka dengan serius, biarkan mereka menyelesaikan masalahnya dulu. Yang lalu Dio akan berpikir bagaimana cara mengatasi masalahnya bersama Seviana saat ini.
Tidak untuk Seviana.
Perdebatan ini membuatnya de javu, melihat Papa Aldi dan Mama Wulan yang sedang cekcok sekarang membuatnya mengingat masa tiga tahun lalu. Persis seperti itu hingga akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah.
Bedanya saat itu Seviana yang beranjak remaja hanya berani mengintip dari balik pintu luar kamar Mama Wulan dan Papa Aldi yang sedikit terbuka. Sebab saat itu Seviana kebetulan terbangun dan ingin memgambil minum dari dapur.
Yang mana saat kata pisah itu terucap, Seviana kembali ke kamarnya lagi. Menutup pintunya, menangis sejadi-jadinya dan membenturkan kepalanya ke dinding berkali-kali. Sampai titik puncaknya Seviana menggoreskan Katty --Cutter kesayangannya-- pada lengan dan pergelangan tangan nya berkali-kali.
Seviana sangat frustasi. Hingga saat pagi menjelma, Seviana harus berangkat ke sekolahnya dengan menggunakan sweater di tubuhnya. Bahkan saat Mama Wulan bertanya kenapa dahinya bisa memar pun Seviana hanya menjawab memar itu karena tidak sengaja jatuh terpeleset di kamar mandinya.
Mama Wulan tidak curiga sedikitpun, yang dengan segera mengantarnya ke sekolahannya.
"Jangan salahin mereka! Di sini yang salah itu kamu! Kamu yang paling bertanggung jawab sama Seviana, kalo kamu gak mentingin perusahaan dan juga orang itu, Seviana gak akan berlaku seburuk ini!" Papa Aldi tambah emosi.
"Mas! Kamu nyalahin aku karena aku kerja buat kehidupan Seviana? Kalo aku gak kerja dari mana aku bisa bertahan hidup sama Seviana sampek detik ini hah!?. Dari mana? Uang kamu, iya?. Sadar Mas, istri matre kamu aja yang kurang ajar!" Sinis Wulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Bantet Girl ✔
ChickLit[Book 1] "Mbak yang Gendut! silahkan" Selalu saja begitu, dan ini sudah kesekian kalinya gadis itu di omong Gendut, Gemuk, dan para jajarannya. Gendut itu bukan ukuran kecantikan, tapi kenapa orang gendut selalu di pandang remeh sih!, Bikin yang pu...