15🌾

592 57 6
                                    

"Makasih! Tiati!!" Ucap Seviana sesaat setelah turun dari motor besar Dio.

Mereka sudah ada di depan gerbang rumah Seviana. Dan tentu saja ada dua pasang mata yang sedang memperhatikan mereka, dari balkon sana. Tepat di balkon kamar Seviana.

"Iya! Kalo lo mau tanya sesuatu bisa tanya ke gue! Lo punya nomor hape gue kan??" Ucap Dio yang mendapat anggukan dari Seviana.

"Gue pulang!" Dio melajukan motor besarnya, keluar dari komplek perumahan Seviana.

Seviana menghela napas berat. Setidaknya sekarang ada orang yang akan membantunya menyusun rencana. Dan tempat tadi sedikit membuat Seviana jadi lebih tenang.

"Sev! Dari mana!" Tau sendiri itu mulutnya siapa.

"…"

"Ini udah malem, dan kamu baru pulang, diantar cowok lagi!"

"…"

Seviana tetap berjalan lurus. Ingin segera istirahat. Atau mungkin bermain sebentar dengan katty, iya benda itu yang sudah membuat Seviana merasa tenang. Memangnya apa lagi kalau bukan cutter.

Tapi jangan!. Nanti kalau sampai Cowok Sadis itu tau pasti akan mengomel lagi. Seviana kepedean ya!??

Emang iya. Kan Seviana ini gampang baper, apalagi kan mereka sekarang satu tim. Pasti akan lebih sering bertemu setiap hari. Ah! Mikir apa Seviana, gak inget bentuk tubuh.

Tapi tenang, kan sebentar lagi Seviana akan berubah. Layaknya Power Ranger. Lihat saja nanti.

"Sev! Kamu gak dengerin Mama ngomong apa??"

"…"

"Sev!" Mama Wulan sudah menarik tangan Seviana.

"Apa sih! Lepasin deh! Gue mau tidur! Capek tau gak!"

"Siapa Cowok itu! Kenapa kamu sama dia! Ketemu di mana??"

"Gak usah kepo jadi orang!"

"Jawab Mama! Siapa Dia! Kamu jangan bikin Mama marah ya!?"

"Kenapa? Mau pukul gue lagi? Pukul-pukul lah! Kalo perlu sekalian sampek mati! Biar gak nyusahin hidup lo lagi, biar gak ada yang ngerecokin hubungan lo sama pacar lo itu!"

"SEVIANA!" Mama Wulan naik pitam. Emosinya sudah berada di ubun-ubun, Membuat Mama  Wulan refleks mengangkat tangannya. Ingin menampar Seviana.

Seviana memajukan wajahnya "Nih pukul!! Kalo kurang nanti gue ambilin pisau gimana? Biar langsung mati!"

Pasrah. Mama Wulan menurunkan tangannya. Tidak jadi memukul Seviana.

"Kenapa gak jadi?? Kasian sama gue!?? Gak perlu. Bukannya masih kurang ya nampar gue di depan umum. Sekarang lanjutin lah!"

Mama Wulan meluruh tak berdaya. Air matanya sudah membanjiri pipinya. Ah! Si baik dalam diri Seviana berontak. Tapi maaf! Si sadis dalam dirinya lebih menguasai.

"Maafin mama Sev…"

"Apa yang perlu di maafin??"

"Maafin Mama karena udah nampar kamu di depan umum… maafin Mama karena mama udah lupa hari  ulang tahun kamu…"

"Oh! Baru sadar??"

Ya ampun! Apa-apaan Seviana ini. Sungguh durhaka sekali, nanti kalau di kutuk jadi batu gimana!!?

"Tenang aja. Gue anggep tamparan tadi itu hadiah kok. Hadiah terindah karena gue lahir di dunia ini. Karena mungkin seharusnya gue gak pernah ada di dunia ini. Hadiah terindah karena gue selalu berharap kalo gue masih punya orang yang selalu sayang sama gue!"

My Lovely Bantet Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang