Dio mondar-mandir di depan ruang ICU. Entah, Dio sangat khawatir. Dio bukan siapa-siapa Seviana, tapi tidak salah kan kalau Dio mengkhawatirkan Seviana?
Yang padahal ada yang lebih berhak mengkhawatirkan Seviana. Mama Wulan dan juga Papa Aldi. Mereka orang tua Seviana.
"Dio! Bisa jangan mondar-mandir gitu? Kamu bikin kita tambah khawatir," Ucap Damar yang merasa terganggu dengan Dio yang sliwer sana-sini.
Sedangkan Dio malah memberikan tatapan setajam elangnya itu pada Damar.
"Kamu tenang. Seviana masih dalam penanganan Dokter," Ucap Papa Aldi.
Yang malah Dio tidak indahkan sama sekali omongan Papa Aldi dan Damar barusan. Bagaimana mereka bisa tenang disaat Seviana mungkin ada dalam bahaya. Disaat Seviana mungkin tidak terselamatkan.
Oke! Katakan saja Dio lebay. Tapi Dio sangat-sangat-sangat khawatir. Apalagi kondisi Seviana sangat mengenaskan.
"Ini semua karena anda!" Tunjuk Dio pada Papa Aldi yang sedang memangku kepala Mama Wulan di bangku panjang sana.
Ah, iya. Kejadian kecelakaan Seviana membuat Mama Wulan sangat syok, tadi setelah sampai di Rumah Sakit ini Mama Wulan sempat sadar, tapi melihat tubuh mengenaskan Seviana yang penuh dengan lumuran darah membuat Mama Wulan kembali jatuh pingsan lagi.
"Kalo anda biarin Seviana dan nggak emosional, sekarang Seviana baik-baik aja. Kalo anda nggak bersikap gegabah dan nggak maksa Seviana tadi, Seviana gak bakal jadi seperti ini," Ucap Dio digin. Penuh dengan kengerian disetiap ucapannya.
Damar tertunduk penuh penyesalan, benar yang Dio bilang barusan. Kalau saja Papa Aldi tidak emosional, kalau saja Papa Aldi tidak gegabah. Maka sekarang Seviana dalam keadaan baik-baik saja.
Ini salah nya, iya ini Salah Aldi. Kalau saja tadi …
"Dok gimana keadaan Seviana dok," Ucap Dio panik setelah melihat seorang Dokter keluar dari ruangan di mana Seviana ditangani.
"Anda keluarga korban?" Tanya Dokter itu.
"Saya-saya Papa nya dok!"
"Begini, luka yang dialami putri anda cukup parah. Dia kehilangan banyak darah, jadi saya butuh pendonor darah untuk putri anda. Sebab golongan darah putri anda B. Sedangkan golongan darah B di rumah sakit ini dan Bank darah sedang kosong karena telah digunakan kemarin saat ada yang kecelakaan juga. Jadi kalian sebagai keluarganya ada yang punya golongan darah B?."
"Istri saya golongan darah A dok," Ucap Papa Aldi masih dalam posisi sama, memangku kepala Mama Wulan yang masih belum sadarkan diri. Mengusap lembut kepala Mama Wulan di sana.
"Dan saya AB positif dok," Ucap Papa Aldi lesu.
Tunggu!
Tahan!
Bagaimana Papa Aldi bisa menyebut Mama Wulan sebagai istri di saat Joy ada di sana. Hati Joy rasanya tercabik-cabik, sangat perih. Bahkan air mata nya saja sudah menggenangi pelupuk matanya.
Bagaimana bisa seperti ini?
Papa Aldi terus saja menangis tersedu. Mereka orang tuanya, hanya saja golongan darah mereka tidak cocok dengan Seviana. Lalu bagaimana dengan kelanjutan hidup Seviana kalau seperti ini.
Spertinya memang ini akhir dari kehidupan Seviana.
"Golongan darah saya B dok," Ucap Dio yakin.
Yang langsung mendapat fokus oleh Papa Aldi, Damar dan juga Joy di sana.
"Baiklah, bisa kita mulai tes nya, tolong ikut saya," Ucap Dokter itu yang langsung Dio angguki.
Disearching dalam sebuah website kemudian diberi kesimpulan bahwasannya orang tua yang yang memiliki Golongan darah A dan AB, akan memiliki keturunan dengan kemungkinan golongan darah yang sama seperti salah satu dari kedua orang tua nya yaitu A atau AB. Atau bisa juga memiliki golongan darah lain yaitu B atau O.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Bantet Girl ✔
ChickLit[Book 1] "Mbak yang Gendut! silahkan" Selalu saja begitu, dan ini sudah kesekian kalinya gadis itu di omong Gendut, Gemuk, dan para jajarannya. Gendut itu bukan ukuran kecantikan, tapi kenapa orang gendut selalu di pandang remeh sih!, Bikin yang pu...