18🌾

553 50 0
                                    

"Pacar nya Dio?"

What! Apa tadi katanya? 'Pacar?' Rasanya jantung Seviana berhenti bekerja!. Duh! Kenapa malah jadi seperti ini sih!

"Bukan Bun, Temen aja," Ucap Dio yang memberikan senyum simpul pada Wanita paruh baya di depannya.

Perkenalkan calon mertua Seviana, Ehh! Maksudnya ibu dari Rayhan Dio Adinata. Namanya Bianca Wendy Maharani. Panggil saja Bunda Rani. Cantik, kalau menurut Seviana juga tidak kalah cantiknya dengan Mama Wulan.

Tapi anehnya, Si Damar-Damar itu malah memilih Mama nya dibandingkan Bunda Rani. Biasalah, namanya juga laki-laki, gak bisa liat cewek yang bening sedikit. Memang sudah kodratnya begitu, mau bagaimana lagi?

"Oh... Temen apa temen nih?" Goda Bunda Rani pada Seviana.

Sial! Hanya begitu saja wajah Dio jadi bersemu!. Ah! Ini pertama kalinya Dio seperti ini. Untung malam hari, atau kalau tidak pasti Dio akan bingung cara menutupi rasa malu-malu nya.

"Temen aja Tan." Seviana nyengir dan langsung menyalimi tangan Bunda Rani.

Duh! Seviana jadi malu. Habisnya kan Seviana ini cewek bantet, ya kali pacaran sama cowok pendiem, lebih banyak mengumbar senyum dari bibirnya yang berbentuk love ketimbang berbicara, dan punya mata bulat namun setajam elang itu.

"Jangan panggil Tan dong! Emangnya Setan apa. Panggil Bunda aja! Biar sama panggilannya sama Dio."

Seviana meringis " Hehe, Iya Bun."

"Oh iya, Namanya siapa?? Bunda belum pernah kenal loh, lagi pula ini kali pertama Dio bawa anak gadis orang ke rumah ini! Ya kan Nak!" Mata Bunda Rani mengerling jahil pada Dio.

Duh! Dio jadi salah tingkah, dan tangannya tanpa diaba-aba sudah menggaruk tengkuk dengan sendirinya. Yang lalu beralih menggaruk belakang telinganya.

"Seviana Bun, Seviana Ferandita Reynaldi"

"Oh... Sini-sini ayo masuk! Masa mantu, Eh, maksudnya tamu cuma berdiri di depan pintu! Gak sopan ah." Bunda Rani sudah menggeret tangan Seviana masuk ke dalam.

Sekilas Seviana berpikir bahwa Bunda Rani ini normal. Dia baik dan juga humoris, lalu kenapa Dio mengatakan kalau Bunda Rani itu deperesi dan pernah mau bunuh diri.

Ah! Seviana jadi tidak mengerti. Tapi jika dipikir lagi, Bukan kah sama macam Seviana yang kalau sedang dalam mode terendah nya, mainannya sama Katty Si Cutter kesayangannya itu.

Kan setiap orang punya titik terendahnya dan tingkat keputus asaan nya masing-masing. Benar begitu kan?.

"Aduh Bun. Jangan deket-deket deh sama Seviana! Seviana masih bau asem. Abisnya Dio tadi ngajakin ke sini gak bilang-bilang. Jadi Seviana belum sempet mandi, tadi abis ngerjain tugas bareng sih! Terus kelamaan ngobrol ya ... gitu, he he he."

"Ouhh...Ya udah gih! Nak Via mandi dulu, entar pake baju Bunda aja."

"Panggil Seviana aja Bun. Ngga usah pake Via-Viaan segala, emang Via apa? Via telepon? Via esemes? Atau Via Vallen? Hihi" Seviana sudah cengengesan.

"Gak apa apa, kalo Bunda pengen panggil Via boleh kan?, itung-itung jadi panggilan kesayangan Bunda buat calon mantu. Semoga aja jodoh sama anak Bunda, iya kan nak?"

Kampret si Bunda Rani ini, Seviana malah dijodoh-jodohin sama Dio. Seviana hanya merespon dengan cengiran saja. Ya... mau bagaimana? Masa Seviana harus bilang kalo Seviana gak suka dijodoh-jodohin gitu.

Ah kan!. Dio jadi menggaruk belakang telinganya. Ketauan sekali kalau Dio sedang grogi.

"Udah ayo Bunda anterin ke kamar Bunda, entar sekalian Bunda pilihin baju yang cocok sama kamu." Lagi. Bunda Rani menggeret tangan Seviana menaiki anak tangga rumahnya.

My Lovely Bantet Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang