Selamat pagi dunia, jadilah pagi yang cerah untuk Seviana. Sebab mungkin saja mood nya sedang tidak baik hari ini. Ah iya, mana mungkin bisa baik mood nya, sedangkan ada yang terluka.
Iya luka yang terlihat ada di tangannya. Dua goresan sekaligus. Tapi bagaimana dengan luka yang tidak berdarah di hatinya? Mungkinkah bisa sembuh.
Entahlah, tapi Seviana akan mencoba memperbaiki mood nya hari ini, atau jika tidak Amara akan terus-terusan bertanya. Bahkan para boy sahabatnya juga.
"Gini aja kali ya, kan gak akan keliatan luka nya" Gumam Seviana di depan cermin
Seviana sudah memakai sweater kesayangannya. Salah satu cara untuk menutupi luka goresan dibagian tangan kirinya.
"Inget Sev, lo masih ada harganya. Meskipun bukan di mata orang lain, tapi seenggak nya coba buat hargai diri sendiri," Ucap Seviana masih di depan cermin. Meyakinkan agar jangan insecure hari ini.
Yang kemudian Seviana berjalan ke luar kamar nya dan menuruni anak tangga. Di mana sudah terlihat batang hidung sang ratu yang maha agung beserta seseorang yang tak diinginkan Seviana lihat pagi ini.
Shit! Apakah hari ini Seviana harus makan disatu meja makan bersama si penghasut yang ulung itu. Memang siapa lagi kalau bukan kekasih sang Mama tercinta, alias orang yang bernama Damar-Damar itu.
Sial! Minta ditimpuk ban mobil truk container saja di wajahnya yang sok kegantengan itu.
"Sev! Udah siap ya?. Makan dulu sini sama kita, nanti berangkat sekolahnya sama Mas Damar aja. Ya kan Mas?" Ucap Mama Wulan.
"Iya. Tenang, nanti Om anter."
Bodo Amat! Seviana tidak perduli, yang malah Seviana balas bertanya…
"Om tadi malem nginep di sini?." Sinis Seviana.
Ya memang begitu pekerjaan calon suami Mama nya. Tapi maaf. Tidak akan pernah, dan tidak akan sudi Seviana mengakuinya sebagai ayah sambungnya, Seviana jijik!
"Iya, kenapa?"
Wah! Santuy sekali human ini menjawabnya. Dia kira ini rumahnya apa!, sah jadi bagian keluarga ini saja juga belum.
"Lo udah nggak punya malu ya?. Udah nggak punya harga diri?. Ouh … gue lupa, lo kan emang nggak punya harga diri." Ketus Seviana
Yang malah mendapat respon…
"Yang sopan dong sama orang yang lebih tua. Apalagi Om Damar ini kan calon Papa kamu!" Ucap Mama Wulan
Idih! Najis mugholadoh! Calon Papa katanya, sori-sori mister simple-simple saja. Seviana tidak akan iklas jiwa raga memanggil si penghasut yang ulung itu dengan sebutan 'Papa'.
"Papa? Maaf ma. Papa Seviana cuma satu, cuma Papa Aldi aja!" Seviana mengambil roti untuk sarapan paginya dari sana dan bergegas berangkat ke Sekolah nya.
"Seviana, Seviana! Hey! Mau kemana??" Ucap laki-laki itu.
Sungguh menyebut namanya saja Seviana malas, apalagi harus memanggilnya Papa! Ah Seviana berat hati rasanya.
"Gak penting buat lo!!"
"Heh Seviana! Jaga bicaranya, Lagian kamu kenapa sih pake sweater segala!! Bikin bentuk tubuh tambah lebar aja! Kurusin tuh body nya!!"
Tuh kan!? Hingga Seviana akan berangkat Sekolah lagi pun tetap saja nyinyir mulutnya. Memang benar-benar Mama semata wayangnya ini perfeksionis sekali jadi manusia.
Percuma perkataan Seviana di depan cermin tadi, sekarang Seviana kembali insecure lagi. Bahkan sekarang Seviana sudah jadi orang paling konyol karena sweater nya. Tapi bagaimana lagi, Seviana tidak mau orang lain tau apa yang sudah dia lakukan saat dalam mode frustasi nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Bantet Girl ✔
Chick-Lit[Book 1] "Mbak yang Gendut! silahkan" Selalu saja begitu, dan ini sudah kesekian kalinya gadis itu di omong Gendut, Gemuk, dan para jajarannya. Gendut itu bukan ukuran kecantikan, tapi kenapa orang gendut selalu di pandang remeh sih!, Bikin yang pu...