Part ini nggak mengandung bawang sama sekali. Jangan terlalu serius bacanya.
🌹🌹
Pengap!
Sesak!
Dan … penuh dengan isakan tangis.
Terlihat seorang wanita paruh baya yang sedang memeluk tubuh seorang gadis yang telah dinyatakan … pergi.
"S-Sev … ma-ma… maafinn … Mama …"
Parau.
Kacau.
Mama Wulan sudah terisak dan juga sesenggukan.
"Banguuunnn … ja-ngan ting …"
Kacau, sangat kacau.
Bahakan Mama Wulan tidak bisa melanjutkan perkataannya lagi karena dadanya sudah sesak.
Napasnya tersengal.
Air matanya terus banjir.
Menangis sesenggukan.
Dan terus menggoyangkan tubuh Seviana yang semua alat bantu nya sudah di lepas.
"Wulan … kasian Seviana, anak kita udah tenang …" Papa Aldi sudah kembali memproduksi air mata.
Di ruangan yang serba putih itu … penuh dengan rasa sesak yang mengudara.
"Arghhhh … Anak aku ngga mati … nak! m-masih b-bisa d-denger Mama kan? Jawab sayang, jawab …" Suara Mama Wulan bergetar. Sesekali tergagap, "Ini Mama … Mama nya Seviana … yuk bangun yuk. Mama kangen sayang …" Sangat parau.
"Tante … udah ikhlasin Seviana," Ucap Dio yang sudah mengalirkan air mata di sana.
"Seviana cu-ma … t-tid-ur kann …? I-iya kan nakk …?" Mama Wulan mengelusi wajah pucat Seviana.
Mama Wulan tersenyum sumringah, mengusap air matanya lalu mangatakan "Yuk k-kita pu-lang! Jangan main-main dong … Ma-Mama ngalah deh. Yuk bangun yuk, tidurnya di rumah aja!"
Terus mengelusi puncak kepala Seviana, merambat ke pipi membelainya dengan sayang. Di mana tubuh dingin Seviana pun Mama Wulan rasakan, namun tetap Mama Wulan menolak pada kenyataan.
"Wulan … Anak kita udah gak ada …" Papa Aldi menyentuh bahu Mama Wulan mencoba menyadarkan.
"Enggak-enggak, Nggak mungkin!! S-S-Seviana … A-Anak Mama … yuk bangun yuk …" Mama Wulan tetap menggoyangkan tubuh Seviana. Berharap Seviana bangun.
"Bangun nak … banguunn … Seviana bangun nak. Bangunnn, jangan tinggalin Mama dong. Ba-ngun Sev! Bangun! Bangun!" Mama Wulan menggoyangkan tubuh Seviana lagi. Tapi kali ini secara kasar.
Sungguh, Mama Wulan sangat frustasi. Keadaan yang memaksanya begini.
"Bangun … Nak … Banguun" Mama Wulan sudah menyandarkan kepalanya di ranjang Seviana.
"Bangunn, Jangan tinggalin Mama Sendirian… Ma-ma-nggak-akan-kuat! Seviana … bangun yukk … bangun!"
Ya ampun. Miris sekali melihat bagaimana Mama Wulan yang terus meminta Seviana bangun. Tapi mau bagaimana lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Bantet Girl ✔
ChickLit[Book 1] "Mbak yang Gendut! silahkan" Selalu saja begitu, dan ini sudah kesekian kalinya gadis itu di omong Gendut, Gemuk, dan para jajarannya. Gendut itu bukan ukuran kecantikan, tapi kenapa orang gendut selalu di pandang remeh sih!, Bikin yang pu...