"La, are you okay?" tanya Genta kepada Alana yang terlihat mulai gemetar. Mereka sudah sampai di destinasi terakhir dari perjalanan satu minggu di tengah-tengah break kuliah.
"Hhh... ternyata... dingin banget ya, Ta... perasaan... suhunya belum minus kan?" ucap Alana terbata-bata. Ia merapatkan penutup kepalanya sampai ke telinga, ditambah dengan topi jaketnya yang berbulu.
Genta merangkul pundak Alana sambil terus berjalan, "Tadi aku cek sih real feel-nya minus 8 derajat Celcius, La...,"
"Hah? Kok bisaaa... nggak terlalu berangin lho ini, tapi dinginnya nusuk banget ke tulang..." keluhnya, "padahal pengen banget naik ke Citadel, tapi kayaknya kalo harus hiking ke sana, bisa pingsan di jalan aku...," ujar Alana sambil menunjuk sebuah patung di kiri atas, tempat tertinggi di Budapest. Kabarnya, beberapa hari lalu bis yang biasa membawa turis ke sana, tertahan di tengah jalan karena tidak bisa menembus salju. Akhirnya, akses kendaraan ditutup, dan yang mau ke sana harus berjalan kaki menaiki ribuan anak tangga.
"Ya namanya juga peralihan antara winter sama spring, La... kita nggak tau tombol musim yang lagi diaktifin yang mana... apalagi semalam baru turun salju. Katanya, sehari setelah snowfalls itu yang paling dingin...," tutur Genta lalu terkekeh pelan, "lagian, udah tau nggak tahan dingin, gaya banget mau winter trip... masih mau lanjut atau kita balik ke hostel aja?""Nanggung ah, Ta... sekalian ke atas dulu aja sambil cari makan atau minuman panas, nanti juga aku anget lagi...," jawab Alana sambil berjalan ke loket pembelian tiket funicular - semacam kereta kecil yang bergerak naik - yang akan membawa mereka ke kompleks istana Buda.
***
"Ta..., katanya kan hidup ini tentang meninggalkan dan ditinggalkan, kalau begitu kok rasanya nggak ada senang-senangnya ya...," ucap Alana sambil menatap jauh ke depan.
"Kalau menurutku, tergantung cara kita melihatnya sih. Coba kamu lihat ke sana...," ujar Genta mengarahkan pandangannya ke hamparan salju putih jauh di bawah mereka.
"Ke manapun kita pergi, akan selalu ada jejak langkah yang kita tinggalkan. Nggak kelihatan aja, kecuali kalau lagi salju tebal begini, jadi bisa tercetak. Bisa aja, jejak-jejak sepatu itu menjadi penunjuk arah bagi mereka yang datang setelah kita," lanjut Genta lagi.
"Hmm... bener juga kamu, Ta...," gumam Alana sambil mengangguk.
"Aku pernah dengar wawancaranya Bambang Pamungkas, dia bilang, salah satu yang menginspirasi dia untuk menjadi pemain timnas adalah ketika melihat coretan nama 'Kurniawan' di atas tempat tidurnya sewaktu masih diklat di Salatiga. Jaman itu, siapa sih yang nggak mengidolakan striker Timnas Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto? Dan akhirnya bahkan mereka sempat main bareng walaupun nggak lama...," Genta mengakhiri ceritanya sambil tersenyum lebar. Sepakbola memang salah satu topik yang bisa membuat dirinya dan Alana mengobrol panjang lebar.
"Seriusan? Kok gemes amat...," ujar Alana sambil menaikkan alisnya.
"So..., meninggalkan nggak selalu jadi sesuatu yang menyedihkan kan? There's always a good in goodbye...,"
"And I will be saying goodbye to you in few months...," ucap Alana dengan mata berkaca-kaca. Genta tertegun menatap perempuan yang berdiri di sisinya. Sedetik kemudian ia menarik Alana ke dalam pelukan dan mengecup keningnya lama."No we're not, I promise you it's just a see you again, La..., besides... ini thesis aku masih setengah jalan lho... we still have six months... let's just make the most of it, shall we?"
***
Kecupan di kening Alana tadi adalah pertama kalinya setelah hubungan mereka terjalin dua bulan belakangan ini. Masa studi Genta yang tinggal kurang lebih enam bulan lagi membuat Alana takut kebersamaan mereka akan segera berakhir. Genta pun mulai merasa khawatir harus meninggalkan Alana menyelesaikan studinya sendirian. Ia tahu, Alana sangat mandiri dan mampu menghadapi apapun sendirian. Hanya saja, kedekatan mereka inilah yang memberatkan Genta.Alana dan Genta memutuskan untuk beristirahat sejenak di sebuah cafe kecil yang terletak di dekat Fisherman's Bastillon, salah satu icon kota Budapest yang terletak di sisi kanan dari kompleks Buda Castle. Alana memesankan segelas hot chocolate untuk dirinya dan caffe latte untuk Genta, sementara Genta memilih tempat duduk di dekat jendela sambil mulai mengeluarkan laptopnya.
"Aku thesisan bentar ya, La...," ujarnya pada Alana yang datang dengan membawa nampan berisi dua gelas minuman dan sepotong cheesecake.
"Take your time, Ta... paling nanti aku tinggal keluar sebentar foto-foto. Keren banget ya mereka bisa punya benteng yang bentuknya lebih kayak istana di atas bukit begini...," celoteh Alana sambil menatap ke luar.
"Iya, La, beda sama Belanda yang kontur tanahnya cenderung rata, di sini lebih banyak bukit naik turun gitu ya...," timpal Genta sebelum menyesap kopinya.
Inilah salah satu suka duka menjadi mahasiswa di luar negeri. Walaupun terkesan banyak jalan-jalannya, kadang di tengah-tengah itu tetap ada episode buka laptop dan mengerjakan tugas atau thesis. Suasana baru di luar dinding kamar, kampus, dan perpustakaan serta udara segar seringkali membuat otak lebih lancar berpikir.
Setelah menikmati setengah gelas coklat panasnya, Alana meninggalkan Genta untuk berfoto-foto di kompleks istana itu. Sesekali ia membantu turis-turis lain berfoto di spot-spot cantik. Rata-rata mereka berpasangan. Pikiran Alana melayang kembali ke hubungannya dengan Genta. Jujur ia tidak menyangka kalau hanya dalam waktu dua bulan, hatinya terbuka dengan mudahnya dan membiarkan Genta mengisi hari-harinya. Jalan pikiran Genta yang seolah mampu melengkapi kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut Alana, perdebatan ringan mereka tentang hal-hal sederhana yang seringkali dianggap lalu oleh orang lain, dan perhatian Genta pada hal-hal kecil menyangkut diri Alana membuatnya merasa seperti memiliki seorang kakak di kala support system terdekatnya berada ribuan kilometer jauhnya di tanah air.
KAMU SEDANG MEMBACA
The GentAlana Story (REVISED)
Literatura KobiecaBerawal dari iseng-iseng mengajukan aplikasi beasiswa, Alana (25) memulai petualangan barunya di negeri Belanda. Ia tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis dalam satu tahun ke depan. Terlebih setelah semesta mempertemukannya dengan Gent...