London

393 44 7
                                    

Setelah melalui proses aplikasi visa yang relatif cukup mudah karena segala sesuatunya dilakukan secara daring, dan hanya cukup satu kali datang untuk melakukan foto visa dan biometrics, Alana bersorak gembira saat menemukan paspornya di kotak surat gedung apartemennya lengkap dengan stiker visa UK yang berlaku untuk enam bulan ke depan. Alana pun langsung mengambil ponselnya dan menghubungi satu nama teratas di recent calls-nya, siapa lagi kalau bukan Genta. 

"Taaaa... visa udah dateng, Taaa.... visa!" sorak Alana begitu nada sambung di ponselnya terhenti dan bahkan Genta belum sempat mengucapkan sepatah katapun.

"Assalamualaikum, La...," ujar Genta mengucapkan salam sambil berusaha menahan tawa. Ia tahu London adalah bucket list Alana yang harus kudu wajib terlaksana dalam masa studinya di Belanda bagaimanapun kondisinya. 

"Waalaikumsalam, Bapak Genta...," jawab Alana dengan nada setengah menggerutu karena lawan bicaranya membuat antusiasmenya drop seketika. 

Genta tertawa terbahak-bahak menyadari perubahan nada suara Alana, "Di mana-mana tuh kalau telepon minimal halo dulu, La, salam. Ini baru juga aku angkat, udah nyerocos panjang kali lebar begitu. Untung nggak aku lempar nih HP gara-gara kaget," 

"Ya maaf, Ta... namanya juga excited banget. Jadi yaah kita summer trip ke UK, Ta! Kamu summer nggak ada kelas atau re-sit atau apa gitu kan?" berondong Alana lagi tidak sabar. Kepalanya sudah sibuk membayangkan itinerary yang akan ia jalani bersama Genta. 

Di ujung sana Genta mengerutkan keningnya berpikir sejenak, "Semoga nggak ada re-sit ya, La, doain aja. Tapi ya seperti biasa aku akan bawa laptop dan ngerjain tesis di mana aja, nggak papa kan?" tanya Genta meminta persetujuan Alana. Memang ini bukan kali pertama Genta dan Alana traveling bersama, tetapi tetap saja hal-hal semacam ini perlu disampaikan sebelumnya supaya tidak mengganggu rencana perjalanan mereka nantinya. 

***
 


Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu Alana tiba juga. Keberuntungan sepertinya memang berpihak padanya, satu minggu sebelum rencana keberangkatan mereka, Alana berhasil mendapatkan dua buah tiket nonton pertandingan antara Chelsea FC dengan Bristol Rovers. Walaupun hanya piala liga, kejuaraan kelas dua yang kalah bergengsi dibandingkan dengan Premier League atau Piala FA, bisa menyaksikan pertandingan secara langsung di Stamford Bridge adalah bucket list Alana. Malam ini mereka akan berangkat menggunakan bis karena tarifnya lebih murah dibandingkan dengan menggunakan pesawat. Lokasi terminal bis Victoria London pun relatif lebih dekat dengan tengah kota dan beberapa tempat yang ada di dalam itinerary Alana dibandingkan dengan bandara. Perjalanan menggunakan bis malam ini juga salah satu cara untuk menghemat biaya penginapan. Bis yang mereka tumpangi  berangkat pada pukul enam sore waktu Amsterdam dan tiba  di London pada pagi hari.  

Sesampainya di Victoria Coach Station London, Alana dan Genta bergegas mengayunkan langkah menuju Buckingham Palace untuk melihat pergantian pasukan penjaga istana Kerajaan Inggris tersebut. Tidak disangka ternyata mereka datang di waktu yang tepat. Kerumunan orang sudah berbaris rapi menunggu pergerakan pasukan berkuda bergerak masuk ke dalam Buckingham Palace. Rupanya musim panas di Inggris cukup berbeda dengan Belanda yang suhunya masih seperti di Puncak Bogor. Matahari bersinar cukup terik dan hampir tidak ada semilir angin bertiup di sana. Alana sesekali menyeka bulir keringat yang jatuh di pelipisnya. Genta yang menangkap gerakan-gerakan kecil itu segera mengambil botol air mineral dari dalam tas ranselnya, "Minum dulu, La, biar nggak dehidrasi," ujarnya seraya menyodorkan minuman kepada Alana. 

Tanpa ba bi bu Alana menenggak air mineral tersebut dan menyisakan setengahnya untuk Genta. "Seger banget, kamu kok masih punya minum aja sih, Ta? Punyaku udah habis dari tadi malam," ujar Alana. Genta tersenyum sesaat sebelum menghabiskan air mineral tersebut, "Waktu kita lagi lewat tunnel dan turun bis tadi malam itu aku beli air mineral di salah satu minimarket di dalam kapal. Somehow aku ngerasa kamu akan lebih beli cemilan daripada minuman," tebak Genta sambil terkekeh pelan.  Tunnel yang dimaksud Genta adalah Eurotunnel atau terowongan bawah laut yang menghubungkan antara daratan Eropa dengan daratan Inggris Raya. Perjalanan darat dari Belanda menuju London akan melalui Belgia dan Perancis, sebelum akhirnya menyeberangi lautan. Selama beberapa waktu bis akan terparkir di dalam kapal dan penumpangnya dipersilakan untuk turun dan dapat berjalan-jalan, makan, ataupun berbelanja di gerai-gerai yang tersedia di dalam kapal. 

"Udah hafal banget kebiasaan aku ya, Ta? Thank you ya...," ucap Alana lalu mengecup pipi Genta cepat sebelum buru-buru sibuk dengan kameranya mengabadikan pergerakan tentara-tentara berbaju merah dan bertopi hitam tersebut, meninggalkan Genta yang terdiam sesaat mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Genta menarik napas panjang. Pikirannya sibuk membayangkan bagaimana hari-harinya akan berjalan tanpa Alana di sisinya saat masa studinya selesai sebentar lagi.  Apakah Alana akan kehilangan dirinya? Apakah keberadaannya akan tergantikan oleh Rendra yang masih akan melanjutkan studinya bersama Alana setengah tahun lagi?

"Taaa.... halo, Ta.... haloo... udahan lho prosesinya," panggil Alana sambil melambai-lambaikan tangan di depan wajah Genta dan membuyarkan lamunannya. 

"Eh... iya aku sampe nggak sadar udah selesai, keren banget ya, La...," ujarnya berbohong. Genta sama sekali tidak menyimak apa yang terjadi di depan matanya barusan. 

"Iya... terus sekarang aku laper deh, Ta... mau makan di Camden Market nggak? Kita belum bisa check-in juga kan belum jam dua siang, sekarang baru jam sebelas. Masih cukup waktu kalau kita mau jalan yang agak jauh dulu...," celoteh Alana dengan seluruh excitement-nya terhadap kota ini. 

"Aku juga laper... yaudah yuk, kita jalan...," jawab Genta seraya menggenggam jemari Alana dan melangkah bersamanya menuju underground station terdekat.

The GentAlana Story (REVISED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang