Weekend kali ini Alana sudah janjian dengan keempat teman seangkatannya untuk jalan-jalan ke volendam sekaligus untuk berfoto menggunakan baju tradisional Belanda. Alana sedang mengunci pintunya ketika ia mendengar suara yang familiar dari arah belakangnya.
"Pagi-pagi mau ke mana, La?"
"Eh, aku belum bilang ya, Ta, mau ke Volendam sama anak-anak nih... foto pakai baju Belanda itu lho... kamu pasti udah pernah kan?" ujar Alana sambil berjalan menuju lift.
"Oh gitu... iya udah pernah... have fun ya, La...," ucap Genta sambil tersenyum.
"Kamu abis ngerjain laundry rencananya mau ngapain?" tanya Alana sambil melihat laundry bag yang dibawa Genta.
"Hmm... mau jalan-jalan sih paling, tapi belum tau mau ke mana...," jawab Genta sambil mengedikkan bahu.
"Nyusul ke Amsterdam mau nggak? Habis dari Volendam rencananya mau makan di New King...," ajak Alana dengan suara riangnya.
"Waaah... New King ya... tempting banget sih mie-nya..., tapi emang teman-teman kamu nggak papa kalau aku join?"
"Apaan sih, mereka bakalan seneng kali makin rame. Nanti aku ngomong juga sama mereka..., aku jalan dulu ya, Ta...," ucap Alana sambil melambaikan tangan dan membuka pintu dekat barisan kotak pos di lantai dasar.
"Yaudah nanti berkabar ya, La...,"
***
Alana sampai di stasiun Leiden dan dengan mudah menemukan Rendra, Raka, Kinan, dan Agni yang sedang mengobrol di peron sambil menunggu kedatangan kereta mereka.
"Hai, gengs..., udah lama ya?" ucap Alana seraya memeluk Agni dan Kinan bergantian.
"Santai, La, keretanya belum datang juga kok," jawab Raka.
"Gimana kuliah?" tanya Alana lagi yang langsung dijawab ringisan teman-temannya.
"Ya begitulah, yaaa... pintu UB aja kayaknya udah bosen liat muka-muka kita...," jawab Kinan sambil terkekeh.
"Mereka sih kuncen UB, La...," ujar Rendra yang sebenarnya juga kadang belajar di UB walaupun tidak sesering Agni, Kinan, dan Raka.
Kereta yang mereka tunggu akhirnya datang. Cewek-cewek duduk berhadapan sementara Raka dan Rendra duduk berhadapan di lajur sebelahnya. Canda tawa riang mengiringi perjalanan mereka dari Leiden Centraal menuju Amsterdam Centraal.
Sesampainya di Amsterdam Centraal, mereka lalu berjalan menuju halte bis di belakang stasiun untuk menuju Volendam. Kali ini Rendra memilih tempat duduk di samping Alana. Di antara mereka belum ada yang tahu tentang perasaan Rendra ke Alana. Mereka hanya tau kalau Rendra lebih sering mengobrol dengan Alana karena mereka berkuliah di fakultas yang sama, dengan jurusan yang beririsan.
Sesampainya di Volendam, bermodalkan Google Maps mereka berjalan melalui rumah-rumah penduduk dan toko-toko souvenir khas Belanda sampai akhirnya tiba di tepi danau, di mana banyak toko souvenir yang juga menawarkan jasa foto.
Mereka akhirnya menjatuhkan pilihan pada salah satu toko dan menunggu giliran untuk berfoto. Ternyata, mereka tidak bisa berlama-lama di sana. Tipikal orang Belanda yang straight to the point, mereka langsung diarahkan dan mendapat dua atau tiga kali foto lalu diminta untuk segera mengembalikan kostum dan menunggu di lantai dasar.
"Gila ya Belanda emang straightforward banget...," ujar Agni sambil geleng-geleng kepala.
"Asli...," ucap Raka mengiyakan, "eh, habis ini kita jadi kan makan di New King? Enak nih dingin-dingin gini...," lanjutnya lagi.
"Jadi dong, yuk? Eh by the way... nambah satu orang lagi boleh nggak?" tanya Alana malu-malu.
Keempat temannya saling berpandangan sesaat lalu mengangguk, "Boleh aja, La, jadi makin rame kan... mau ngajak siapa?" tanya Kinan dengan kening berkerut.
"Gue ajak Genta ya..., tadi waktu mau berangkat ketemu di apartemen, dia mau jalan-jalan tapi belum tau mau ke mana, gue bilang ikut kita makan aja,"
"Oooh Genta....," ujar Agni, Kinan, dan Raka bersamaan sambil tersenyum. Sementara Rendra hanya tersenyum tipis, terpaksa.
***
"Nggak papa nih gue tiba-tiba join?" tanya Genta saat mereka sedang menunggu makanan yang dipesan.
"Ya nggak papa, Mas Genta malah jadi rame..., udah lama sampe sininya?" tanya Kinan, yang termuda di antara kami.
"Lumayan, tadi gue sekalian mau liat-liat toko action figure gitu soalnya...," ujar Genta.
"Waah, ada toko action figure di mana? Gue mau lihat dong...," ucap Raka bersemangat. Dan obrolan di antara mereka mencair begitu saja, kecuali Rendra yang memilih diam dan mengamati interaksi Alana yang duduk di antara ia dan Genta.
***
Satu jam kemudian rombongan Alana sudah sampai kembali di Leiden. Alana dan Genta tetap di peron menunggu kereta ke Den Haag sementara yang lainnya kembali ke rumah masing-masing.
"Kamu tuh kayaknya nggak pernah marah ya, Ta? Pernah berantem sama orang nggak sih?" tanya Alana saat mereka sudah duduk berhadapan di kereta dari Leiden menuju Den Haag.
"What a random question... why, La?" tanya Genta sambil mengerutkan kening."Aku liat kali... kamu berusaha banget ngobrol sama Rendra dan Raka, tapi Rendra nyuekin kamu setengah mati... and you're handling it well, tetap ngobrol tanpa terkesan mengucilkan atau marah sama Rendra...," tutur Alana.
Genta menatap Alana sesaat lalu tersenyum, "To answer your question, ya pernah, lah, La... masa nggak...,"
"Ya abisnya self control kamu kayaknya oke banget deh, terus juga kayak nggak pernah punya masalah...," ujar Alana.
"Marah itu kan ngabisin energi, La... dan seringkali keadaan tidak berubah meskipun kita udah marah-marah. Rugi dua kali kan jadinya? Dibawa santai aja...," tutur Genta.
"Hmmm...," gumam Alana sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Mau tau tipsnya? Lower your expectation, La... because expectation kills... belajar menerima bahwa tiap orang punya standar, minat, tujuan, dan kemampuan yang beda-beda, kalau semua pakai standar kita, antara kita atau dia yang gila duluan...," terang Genta lagi, "satu lagi, main yang jauh, supaya makin banyak budaya, makin banyak tipe manusia yang kita temuin, kita makin bisa menerima keberagaman yang ada, dunia ini terlalu luas untuk ada di titik yang sama terus-menerus...,"
KAMU SEDANG MEMBACA
The GentAlana Story (REVISED)
Chick-LitBerawal dari iseng-iseng mengajukan aplikasi beasiswa, Alana (25) memulai petualangan barunya di negeri Belanda. Ia tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis dalam satu tahun ke depan. Terlebih setelah semesta mempertemukannya dengan Gent...