Permintaan Maaf, Jaemin

3.1K 402 20
                                    

"Jaemin?"

Panggilku saat bangun, namun tidak ada tanda-tanda kehadiran Jaemin. Sejak aku minum obat pereda nyeri, Jaemin menyuruhkan untuk tidur dan beristirahat.

"Dia bilang mau menemaniku tidur. Tapi mana? Kok enggak ada?"

Aku merubah posisiku yang sebelumnya masih tiduran kini menjadi duduk. Langkah kakiku membawaku keluar dari kamar untuk mencari keberadaan Jaemin di rumah.

Tas dan kemeja sekolah Jaemin masih ada di kamarku. Dan membuatku untuk mencarinya. Aku ingin meminta maaf karena telah membentaknya sejak tadi karena rasa sakit di hari pertamaku.

Aku semakin bingung saat tidak menemukan Jaemin di manapun. Biasanya dia akan ada di ruang keluarga untuk menonton televisi atau di ruang makan. Tapi, aku sama sekali tidak menemukannya.

Hanya ada satu tempat yang dituju oleh Jaemin bila tidak di ruang keluarga atau ruang makan, maka dia pasti berada di halaman belakang.

"Jaemin," panggilku lagi saat melihatnya sedang duduk di kursi teras belakang. Aku sedikit terkejut saat melihat wajah Jaemin yang terlihat begitu murung. "Jaemin kenapa?"

Jaemin hanya menggeleng dan mengulurkan tangannya kepadaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin hanya menggeleng dan mengulurkan tangannya kepadaku. Aku tahu, kalau Jaemin menginginkanku untuk lebih dekat. Aku terima uluran tangannya dan berjalan mendekatinya.

Benar saja. Saat aku mulai mendekat, Jaemin menarikku dan memeluk pinggangku. Dia menyembunyikan kepalanya di perutku.

"Maaf."

Satu permintaan maaf dapat aku dengar. Aku tidak mengerti, kenapa Jaemin meminta maaf kepadaku?

"Maaf karena aku sudah membuat Roseanne marah seharian."

Hatiku seperti tersayat mendengar perkataan Jaemin. Seharusnya aku yang meminta maaf, bukan Jaemin.

"Jaemin. Aku yang seharusnya minta maaf. Aku membentakmu tanpa sebuah alasan."

Aku dan Jaemin jarang atau hampir tidak pernah bertengkar. Kami berduapun tidak pernah saling membentak satu sama lain.

Aku berpikir, Jaemin pasti merasa dirinya salah kareba aku membentaknya.

"Aku lupa hal-hal yang seharusnya aku ingat. Hal-hal yang bisa Roseanne lakukan. Seharusnya aku ingat pembalut yang sering Roseanne gunakan. Bukannya bertanya kepada penjaga toko dan bertanya lagi kepadamu."

Perkataan Jaemin seketika membuat hatiku kembali teriris. Aku membalas pelukan Jaemin.

"Aku juga salah Jaemin. Seharusnya aku mengatakannya dengan jelas, bukan memarahimu."

Aku mengelus lembut rambut Jaemin. "Masa calon suami aku nangis kayak anak bayi. Memangnya enggak malu?"

"Siapa yang nangis? Aku enggak nangis, ya, Roseanne."

Aku tersenyum saat dia melepas pelukannya dan terlihat tidak suka dengan perkataanku. Sebelum aku duduk di sampingnya, aku mencium kedua pipinya terlebih dahulu.

"Aku sayang Jaeminnya Roseanne."

"Aku juga sayang Roseannenya Jaemin."

***

Jaemin-nya RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang