Jaemin dan Targetnya

853 137 13
                                    

Semenjak Jaemin berada di semester 5 dan aku yang kini tengah mulai bekerja di rumah sakit milik keluargaku, kami berdua tengah sibuk kegiatan masing-masing. Jarang bertemu dan hanya bisa berkomunikasi melalu panggilan video atau panggilan biasa. Orang tuaku menargetkan Jaemin untuk bisa menyelesaikan studinya tepat waktu dan memberikan jangka waktu untuk setiap program ketika lulus dan bukan semerta-merta atas kehendak mereka saja, tapi orang tua Jaemin pun ikut andil akan hal tersebut.

Tidak ada lagi sosok Jaemin yang terlalu kekanak-kanakan, tidak ada lagi sosok Jaemin yang menangis dikala kami bertengkar hebat dan hanya ada sosok dewasa yang kini dimilikinya. Semenjak berada di semester tiga, tunanganku kini terlihat lebih serius dibandingkan dengan saat-saat pertama kali masuk kuliah yang mana masih membawa sifat anak remaja sekolah pada umumnya.

"Ayah tidak meragukan cintamu kepada Rosé, tapi Ayah hanga memberikan satu ujian terakhir untuk kamu Jaemin. Kalau kamu memang serius, maka selesaikan semua tahap-tahap menjadi dokter dengan tepat waktu. Dan, bila semua itu berhasil kamu lewati, kamu berhak menikahi Rosé saat itu juga."

Aku di sana ketika mendengar hal itu dan melihat bagaimana perubahan wajah Jaemin yang sangat terkejut kala itu. Tegang, takut dan terlihat tidak bisa berpikir ketika mendengar semua penuturan ayahnya. Syarat yang tidak mudah bagi setiap mahasiswa kedokteran, tapi itu semua didasarkan bagaimana Dokter Na menyelesaikan semua rangkaian pendidikan kedokterannya tepat waktu sesuai dengan target yang sudah ditentukannya ketika masih menjadi mahasiswa.

"Ayah tidak mau kamu menjadi dokter hanya seperti syarat kamu untuk menikahi Rosé. Ayah mau kamu menjadi dokter atas keinginan kamu sendiri. Nilai kamu memang bagus, tapi Ayah tidak pernah melihat kamu serius hingga detik ini. Nilai bagus dan lulus dengan predikat terbaik pun bukan syarat utama, tapi bagaimana kamu menyelesaikan tugas kamu sebagai mahasiswa, sebagai calon suami dan juga sebagai calon dokter yang diberi tugas oleh Tuhan untuk membantu-Nya menyelematkan orang-orang yang terluka, sakit dan diujung kematian. Don't be a doctor, if you just want to marry her."

Aku tahu itu adalah syarat yang sulit, tapi aku pun menyetujui hal itu. Jaemin memang rajin mengerjakan tugas-tugas kuliah, tapi hal itu semata agar ia bisa pergi dengan bebas untuk bertemu denganku. Waktu ketika berada di sekolah dan di kampus pun sangat berbeda. Jika ketika berada di sekolah dia memiliki banyak waktu, tapi ketika kini berada di kampus waktu yang biasa dimiliki oleh Jaemin tidak sebanyak dulu. Semua waktunya yang biasa kini tergerus habis oleh masa-masa kuliahnya.

Semua orang di kampus yang sudah tahu akan pertunanganku dengan Jaemin pun sudah menduga, bahwa sosok Na Jaemin memiliki jalan kehidupan yang terbaik. Berasal dari keluarga dokter yang terkemuka dan memiliki calon tunangan pewaris rumah sakit. Tidak perlu susah mencari pekerjaan karena namanya sudah dengan mudah masuk untuk bekerja di rumah sakit milik keluarga, banyak yang berpikir seperti itu.

"Iya. Jaemin akan membuktikan kalau menjadi dokter bukan alasan utama untuk Jaemin menikahi Roseanne. Bukan alasan semata untuk menerusi Ayah, tapi untuk menyelamatkan semua orang. Untuk itu, Roseanne mau menunggu Jaemin dengan jangka waktu yang diberikan oleh Ayah?"

Aku tersenyum. "Tentu. Aku akan selalu menunggu Jaemin hingga menyelesaikan itu. Kita sama-sama mulai dari bawah tanpa ada bantuan dari keluarga kita," jawabku kala itu. Dan, memang benar kini aku tengah merintis karirku di rumah sakit milik keluarga sebagai karyawan biasa pada umumnya. Datang sebelum jam kerja dan pulang ketika jam kerja usai, serta lembur bila memang ada pekerjaan yang harus diselesaikan saat itu juga.

Di sana, di lobi rumah sakit. Aku dapat melihat Jaemin yang tengah duduk menungguku dengan masih mengenakan pakaian praktiknya dengan membawa sekuntum mawar. Hari ini, setelah satu minggu kami tidak bertemu, akhirnya kami dapat menghabiskan waktu bersama.

"Menunggu lama?" tanyaku kepada Jaemin ketika melihat guratan lelah di wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Menunggu lama?" tanyaku kepada Jaemin ketika melihat guratan lelah di wajahnya.

"Tidak terlalu lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak terlalu lama. Roseanne mau makan di tempat biasa?" tawarnya yang memberikan sekuntum mawar untukku.

Aku mengangguk dan membalas genggaman tangannya sebelum mengatakan, "Mawar dari toko milik Renjun dan Lisa tidak pernah salah. Mereka benar-benar membangun sebuah taman untuk membuka toko bunga."

"Dan kita berdua adalah pelanggan setia mereka berdua," balas Jaemin yang kini tersenyum dengan sangat tampan dikala wajah lelah yang sejak tadi masih terlihat jelas.

"Hari ini biar Kakak Roseanne yang membawa mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hari ini biar Kakak Roseanne yang membawa mobil. Adek Jaemin istirahat saja," kataku yang seketika membuat perubahan pada wajah Jaemin.

Kalian mau tahu reaksinya apa ketika aku berkata seperti itu? Sudah jelas muka tidak suka. "Berhenti dengan panggilan seperti itu, Na Roseanne! Huh aku bukan adikmu dan kamu bukan kakakku. Aku ini tunanganmu!"

Jaemin tidak suka dengan panggilan itu karena satu bulan lalu ketika kami menemukan kafe baru, pelayan di sana mengira kami adalah sepasang kakak-beradik. Dan, berakhir dengan Jaemin menarikku keluar pergi dari kafe.

"AKU INI CALON SUAMINYA! KAMI TIDAK AKAN DATANG KE SINI LAGI!"

May 16th, 2022

Jaemin-nya RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang