Hari ini adalah hari kedua aku tidak bertemu dengan Jaemin. Dia saat ini tengah melakukan study tour yang diselenggarakan oleh sekolahnya selama satu minggu. Terakhir kali Jaemin mengabariku adalah tepat dua hari lalu saat dia baru tiba di hotel.
Seharian tanpa mendengar suara Jaemin, melihat wajah Jaemin dan bahkan wangi parfume kekasihku dan sekaligu tunanganku itu terasa berat. Hari begitu lama seakan terasa seminggu. Sejak kemarin aku terus melihat ponsel milikku hanya untuk menunggu video call darinya.
Aku tahu jadwal study tournya sangatlah padat. Dan aku memegang full jadwal miliknya yang telah dicopynya hanya untukku. Terhitung dari pagi hingga jam makan siang, dan dilanjutkan setelahnya sampai malam tiba. Benar-benar jadwal yang padat.
Aku memang sengaja melarang dirinya untuk menghubungiku selama kegiatan mereka berlangsung. Dan nyatanya dia menurutiku. Tapi apakah malam tidak bisa menghubungiku? Kalau begini aku jadi sedikit menyesal berkata seperti itu kepadanya
Tapi aku enggak boleh egois. Jaemin juga butuh bersenang-senang dengan teman sekolahnya.
Suara nada dering terdengar dari ponsel milikku. Nada dering yang mampu membuatku senang. Ya. Itu adalah nada dering khusus untuk panggilan masuk dari Jaemin.
Aku bergegas meraih ponsel milikku. Dan menggeser ikon berwarna hijau untuk mengangkat panggilan darinya.
"ROSEANNE~!"
Ah! Aku jadi semakin rindu saat Jaemin memanggil namaku. Panggilan yang memang hanya Jaemin.
"JAEMIN!" kataku tidak kalah bahagia seperti dirinya.
Seperkian detik kamu hanya saling memandang dari layar ponsel yang menghubungkan panggilan kami. Wajahnya terlihat begitu senang, tapi juga terlihat letih. Sepertinya kegiatan mereka sangat banyak.
Urgh! Terdengar sekali nada bicaranya yang merajuk. Hanya karena aku tidak membalas perkaraan rindunya.
"Memangnya ada orang yang enggak rindu sama tunangannya sendiri?" kataku tersenyum.
"Ada!"
Aku memgernyitkan keningku mendengar jawaban dari Jaemin. Apa coba maksud dari jawabannya itu? Orang bodoh mana yang tidak rindu sama tunangannya?
"Siapa? Mana ada coba, Jaemin."
"Ada pokoknya. Coba Roseanne tebak."
Aku terlihat berpikir. Terlintas di dalam benakku sebuah tayangan drama yang kutonton sore ini dan juga sebuah cerita online milik orang lain. Sepertinya aku tahu siapa.
"Orang yang enggak rindu sama tunangannya itu adalah orang yang dipaksa bertunangan."
"Ckckckck ... Roseanne salah," katanya yang menggerakkan jari telunjuknua ke kanan dan ke kiri.
"Hah? Terus apa jawabannya, Jaemin?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Orang yang tidak rindu sama tunangannya itu kamu," jawab Jaemin dengan senyumannya.
"Kok aku? Aku aja rindu setengah mati sama kamu tahu, Jaemin." Aku merajuk kepadanya.
"Pokoknya aku melarang Roseanne untuk rindu sama Jaemin."
"Kok gitu?"
"Karena aku enggak mau Roseanne bawa-bawa rindu yang berat. Cukup aku aja yang menampung semua rinduku padamu, Roseanne."
"Ih! Jaemin apa, sih!"
"Roseanne baper, ya?"
"Siapa? Aku? Enggak, ya!"
"Itu merah pipinya sampai ke telinga."
"Ini karena panas. Bukan karena baper sama kamu! Lagian kamu dapat kalimat itu dari mana, sih?"
"Hehehehe ... itu tadi aku sama teman sekelas nonton salah satu film luar negeri. Subtittlenya tuh cheesy banget. Seingatku kata-katanya kayak tadi."
Aku mengangguk paham. Dan aku harus melarang Jaemin menonton film seperti itu. Tidak baik untuknya.
"Lain kali jangan ditonton, ya, Jaemin."
"Loh? Kenapa?"
"Enggak sehat buat kamu. Jaemin sayang dan cintakan sama aku?"
"Iya. Aku cuman sayang sama cinta, Na Roseanne seorang."
Aku tersenyum. "Kalau gitu ikutin kata-kataku, ya." Demi kebaikan hati dan jantung ini. Aku harus melarangnya nonton film yang sejenis itu. Bahaya!
