Mengejutkan Jaemin

2.3K 353 68
                                    

Aku tersenyun setiap kali datang ke sekolah Jaemin. Rasa rinduku pada masa-masa sekolah.

Sekolah Jaemin hari ini mengadakan sebuah festival setelah ujian semester berlangsung. Hanya sebuah festival yang di mana setiap kelas bebas membuat apa saja untuk menarik pelanggan.

Jaemin mengatakan satu minggu lalu sebelum ujian di mulai. Kelasnya akan membuat sebuah kafe. Dan dirinya dipaksa untuk menjadi seorang pelayan.

Apa kalian mau tahu apa yang Jaemin katakan? Dia berkata, "Aku tidak mau melayani orang lain. Pokoknya!" Aku tidak mengerti kenapa Jaemin menolaknya.

Padahal maksud dari teman sekelasnya menjadikan dia sebagai pelayan hanya untuk menarik para pelanggan. Aku mengerti sekali mengenai itu. Karena dulu, kelasku juga membuat kafe dam kami memilih mereka semua yang memiliki muka di atas rata-rata. Dan itu berhasil menarik pelanggan.

Aku melangkah menuju lantai dua berada. Mencari kelas 12 IPA 1, kelas unggulan yang ada di sekolahnya.

Sepanjang jalan aku terkejut saat melihat sebuah banner terpasang di langit-langit koridor yang bertuliskan, "Kafe Cinta Kelas Unggulan", "Mau dilayani oleh pelayan idola favoritmu? Datang ke kelas kami, kelas 12 IPA 1 dan lakukan pendaftaran sekarang juga!". Kepalaku menggeleng saat membaca semua itu.

Sekarang aku mengerti kenapa Jaemin menolaknya. Kalian tahu bukan, seberapa besar tingkat budak cintanya Jaemin kepadaku? Besar sekali. Dan jelas dia akan menolak kalau mereka--para pelanggan--harus memilih sendiri pelayannya.

Anak kecil. Pikirannya ada-ada saja.

Semakin dekat dengan kelas Jaemin, aku dapat melihat sebuah kotak putih yang tertata dengan rapih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semakin dekat dengan kelas Jaemin, aku dapat melihat sebuah kotak putih yang tertata dengan rapih. Senyumku mengembang saat melihat sebuah kepala muncul dari sana dan terlihat mencari sesuatu.

Jaemin pasti menungguku di sana. Kebiasaan dia selalu membuatku terkejut. Kali ini aku yang akan membuatnya terkejut.

Aku berjongkok dan berjalan mengendap-endap. Bersembunyi di balik punggu setiap siswa yang lewat. Ya. Aku tidak peduli dengan pandangan aneh mereka.

Beberapa orang melihatku, termasuk teman sekelas Jaemin yang bertugas sebagai penerima tamu saat aku berjongkok di depan kotak putih itu. Kepalaku mendongak dan melihat kepala Jaemin mulai muncul.

1 ... 2 ... 3 ...

"Baaaaak!"

"Astaga! Roseanne!"

Aku tertawa saat melihat wajah terkejutnya. Tangan kanannya mengusap-usap dadanya.

"Roseanne. Kamu membuatku terkejut."

"Tahukan rasanya jadi aku setiap kali kamu gitu."

Aku melihat Jaemin keluar dari kotak. Ia memutar tubuhku ke depan dan posisi Jaemin ada di belakangku.

"Pelangganku sudah datang. Jadi, tolong siapkan meja yang aku pesan tadi, ya," katanya kepada teman sekelasnya.

"Ck! Kau memesan seorang diri dengan nama yang sama, Na Jaemin. Untung kau mau membayar. Kalau tidak, akan kutolak permintaanmu itu."

Aku tersenyum.

"Sudau kukatakan kepadamu, Jihoon. Aku hanya ingin melayani calon istriku seorang. Kau tidak lihat jari manis kami berdua?" Jaemin dengan mudahnya berkata dengan menunjukkan cincin kami berdua.

"Tercantum di jari manis kekasihku, Na Jaemin. Dan jari manisku, Roseanne Park. Tandanya aku sudah terikat dengan seseorang dan hanya melayani dia," katanya menunjuk diriku. "Roseanne Park yang nanti akan menjadi Na Roseanne atau lebih enak Roseanne Na."

Aku tertegun saat Jaemin memelukku dari belakang sebelum dia berkata, "Kamu lebih nyaman Na Roseanne atau Roseanne Na?'

"Jaemin. Lepas dulu. Ini di sekolah, semua mata tertuju kepada kita."

Jaemin menggeleng. "Roseanne harus jawab dulu. Kamu lebih nyaman yang mana?"

Tidak ada cara lain untuk melepaskan pelukannya kecuali mencium pipinya. Dengan menghilangkan rasa maluku sendiri. Aku mencium pipinya di depan anak-anak yang masih sekolah itu.

"Yang mana aja. Asal laki-laki yang sedang memelukku ini menyukainya."

Aku merasakan pelukkan Jaemin mengendur dan ini membuatku lepas dari pelukannya. Memangnya kau saja yang bisa bersikap manis? Aku juga bisa, Na Jaemin-ku.

"Jadi, mau sampai kapan pelayanku berdiri di sana? Pelangganmu ini sudah lelah menunggu."

Jaemin tersenyum. "Pelayanmu ini siap melayanimu 24 jam setiap hari!"

***

Jaemin-nya RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang