Aura Jaemin Yang Berbeda

3.1K 403 79
                                    

Hari ini aku berangkat seorang diri menuju kampus. Aku masih kesal dengan Jaemin perihal kemarin. Sebenarnya rasa kekesalanku sendiri ini dikarenakan aku cemburu. Ya. Aku cemburu.

Jaemin itu terlalu baik kepada siapapun. Dan kebaikan yang diberikannya itu bisa menimbulkan kesalahpahaman. Dan itu terjadi.

Sungguh aku cemburu kepada bocah berumur tujuhbelas tahun itu. Benar-benar tidak elit. Tapi, coba kalian berada di posisiku. Saat sedang mengendarai sepeda dan tiba-tiba ada sebuah sepeda muncul dari belakang. Dan kalian tahu apa yang terjadi? Pengendara itu, ah, bukan, tapi bocah yang berpura-pura tidak bisa naik sepeda terjatuh tepat saat dia mendahului kami.

Dan saat itu, Jaemin sadar kalau itu adalah teman sekelasnya. Dia bergegas menolongnya. Dan kalian tahu apa yang dikatakan, Jaemin? Dia berkata, "Roseanne. Dia teman sekelasku. Mari kita antar dia pulang. Sepertinya lukanya parah."

AKu hanya memutar kedua bola mataku. Saat aku melirik ke arah bocah perempuan itu. Aku dapat melihat sebuah senyum menyebalkan. Oke. Sangat terencana sekali.

Aku tahu. Bocah itu menyukai Jaemin. Heol! Seharusnya dia sadar kalau Jaemin itu sudah memiliki tunangan, Dan tunangannya itu adalah AKU! Garis bawahi AKU YANG BERADA DI DEPANNYA SAAT ITU.

Karena itu, aku meminta Jaemin untuk segera pulang setelah mengantar bocah perempuan perusak segalanya. Dan aku mengabaikan Jaemin sepanjang malam hingga pagi ini. Itu lah kenapa aku menuju kampus seorang diri.

Setelah kelas selesai, aku mendengar sebuah suara dari luar kelasku. Aku keluar dan meihat Jemin yang menggunakan kemeja putih sekolanya. Dan entah dari mana sebuah angin berhembus begitu saja. Menerpa wajahnya saat melihat ke arahku.

Ganteng, Sebuah kata yang terucap dalam batinku,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ganteng, Sebuah kata yang terucap dalam batinku,.

"Roseanne."

Oke. Aku dapat mendengar sebuah suara yang berbeda dari seorang Na Jaemin, anak dari Dookter Na yang bekerja di rumah sakit keluargaku. Bulu kudukku seakan terbangun saat mendegar suaranya yang tegas.

"Kenapa tidak memberitahuku kalau Roseanne berangkat sendiri?"

Pertanyaan itu kenapa terkesan menyudutkanku? Seakan aku yang bersalah. Padahal dia yang salah karena membuatku cemburu.

Jaemin semakin berjalan mendekat. Aku ingin sekali mundur, tapi kakiku sama sekali tidak menurut.

"Apakah sopan bila seorang perempuan pergi tanpa izin kepada calon suaminya?"

Aku meneguk ludahku dengan kasar. Kenapa aura Jaemin seakan semakin mendominasi seperti ini? Aku sedikit ketakutan.

"Na Roseanne. Kenapa tidak menjawab pertanyaan calon suamimu?"

Aku hanya dapat melihat kedua kakiku dan tidak lama sepasang sepatu kets berwarna hitam tepat di depan kakiku. Oh God! Jaemin sudah berada di depanku.

"Katakan kepadaku, Na Roseanne?"

Bibirku bergetar. Pertama kalinya aku berada dikondisi seperti ini. "A-aku cemburu," kataku sedikit terbata di depan.

"Cemburu? Sama siapa?"

"Temanmu yang kemarin."

"Jeon Heejin?"

Aku mengangguk. Walaupun aku tidak tahu siapa namanya. Suara desahan dapat aku dengar. Aku sedikit menangkat kepalaku. Dan melihat Jaemin tengah menatapku dengan tatapan teduhnya. Berbeda denan sebelumnya.

"Hanya karena itu?"

"Hanya karena itu?" Kataku mengulang perkataannya dengan keningku yang berkerut.

Terdengar sebuah suara desahan lagi dari Jaemin. Ia meraih tanganku.

"Lihat kedua jari manis kita. Ada sebuah cincin terpasang. Dan lihat lagi di cincin yang kamu kenakan ada nama siapa, Roseanne?"

"Jaemin."

"Dan yang aku kenakan?"

"Roseanne."

"Kamu tahu, aku tidak akan melepaskan cincin ini. Aku sampai meminta izin kepada kepala sekolah hanya demi menggunakan cincin pertunangan kita. Dan itu bukti kalau hanya kamu perempuan yang dilihat oleh bocah berumur tujuh belas tahun bernama Na Jaemin ini. Apakah itu kurang, Roseanne?"

Aku menggeleng.

"Jadi," katanya yang saat inin menyamakan tingginya denganku. "jangan marah seperti ini lagi karena cemburu, ya. Aku senang kamu cemburu. Tapi, tidak sampai seperti ini."

Aku kembali mengangguk.

"Kelasmu sudah selesai, bukan? Aku rela bolos untukmu hari ini. Karena Na Jaemin ingin mengabiskan waktu dengan Na Roseanne hari ini. Menggantikan acara kencan kita yang terganti."

Aku menggeleng. "Balik ke sekolah."

"Enggak."

"Aku enggak mau punya calon suami tukang bolos."

Suara tawa Jaemin terdengar. "Sekolahku sudah pulang. Ada rapat guru dadakan dan semua murid dipulangkan."

"Hah?"

"Yuk."

Aku dapat merasakan genggaman tangan Jaemin yang kuat. Hangat dan penuh sayang. Memang tidak sepantasnya aku marah sampai seperti ini, hanya karena rasa cemburuku. Maafkan aku, Jaemin.

***

Jaemin-nya RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang