Jaemin Kerja Sambilan

700 140 15
                                    

Sudah hampir dua bulan, aku mengawasi Jaemin secara diam-diam. Tunanganku ini tengah kerja sambilan di salah satu kafe di dekat kampus kami. Dan sampai saat ini, aku dapat melihat wajah bahagianya ketika meracik secangkir kopi bersama dengan ketiga temannya, Jeno, Haechan dan Renjun.

Sampai saat ini, aku hanya tahu alasan Jaemin berkerja sambilan adalah mencari pengalaman dan kepuasaan sebelum dirinya hanya berfokus di rumah sakit setelah lulus. Aku pun hanya bisa mendukungnya. Karena sebagai seorang perempuan, harus bisa menjadi penyemangat dan pendukung untuk laki-lakinya.

Terkadang Jennie, Lisa atau Jisoo juga berkunjung dan menghampiri kekasih mereka. Sedangkan aku? Jangankan untuk menghampirinya, datang saja aku dilarang oleh Jaemin. Katanya, aku bisa menghambat kerjanya.

"Roseanne enggak boleh datang! Nanti fokusku hilang. Roseanne kan mengalihkan duniaku selama 7 hari dalam seminggu."

Jadilah, aku berkunjung sebagai seorang pelanggan secara diam-diam. Setiap Renjun atau Haechan yang melihatkut, aku selalu menemparkan jari telunjuk tepat di bibirku untuk memberikan memberikan isyarat diam.

"Vanilla Latte untuk Kak Jungwoo."

"Ice Americano pesanan Kak Hyunsuk."

"Yak! Lee Jeno! Jangan sentuh kopi apapun! Buat saja sana susu atau coklat keahlian lo."

Aku tertawa ketika mendengar Jaemin mengomeli Jeno. Kekasih Jennie benar-benar tidak pandai dalam melalukan apapun, kecuali belajar.

Ponselku bergetar menandakan pesan masuk. Kulihat notifikasi sebelum membukanya. Aku terkejut ketika melihat siapa pengirimnya. Kulihat Jaemin yang tengah melihat ke arahku dengan bersedekap dada. Ooooh, dia marah!

Kedua tanganku membentuk gestur meminta maaf. Tanpa aku sadari Jaemin sudah berjongkok di depan mejaku.

"Roseanne kenapa enggak mendengarkanku? Aku melarangmu ke sini, 'kan?"

Bibirku maju. "Aku kan mau lihat Jaemin kerja di kafe. Masa Jennie, Jisoo dan Lisa saja boleh sama pacar mereka untuk datang. Kenapa aku enggak boleh?"

"Renjun. Sampaikan ke Kak Mark, ya. Gue pulang duluan," kata Jaemin meminta izin. "Roseanne tunggu sebentar, ya."

Aku hanya mengangguk dan melihat Jaemin masuk ke dalam ruang khusus karyawan. Tidak memakan waktu lama, dia sudah kembali setelah berganti pakaian.

"Padahal aku ingin memberikan ini setelah uangku terkumpul, tapi karena Roseanne sudah tahu. Jadi, aku harus memberikannya sekarang."

Jaemin meraih tanganku. Melepas cincin pertunangan kami dan membuatku bingung. "Jaem—"

"Roseanne jangan bicara dulu."

Kulihat Jaemin mengeluarkan sebuah kotak merah dan membukanya. Sepasang cincin yang terlihat biasa.

"Sejujurnya, aku merasa iri ketika mendengar Haechan memberikan sebuah hadiah kepada Kak Jisoo dengan uangnya sendiri. Sedangkan hadiah yang aku berikan untuk Roseanne semua menggunakan uang milik Ayah," kata Jaemin memasangkan cincin itu ke jari manisku.

"Aku nyicil uang ini ke Ayah dari uang hasil jerih payahku sendiri. Walau terlihat biasa dan murah, aku sangat senang ketika membayar cicilan pertama cincin ini. Seperti, aku bisa memberikan sesuatu untuk Roseanne dengan jerih payahku sendiri."

Air mataku turun. Aku sama sekali tidak membayangkan Jaemin melakukan ini hanya untuk memberiku hadiah.

"Roseanne enggak apa-apa cincin tunangan kita diganti dengan cincin biasa yang masih aku cicil?" tanya Jaemin setelah memasangkan cincin pertunanangan yang baru.

Jaemin-nya RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang