Hari Kelulusan Jaemin

1.4K 248 50
                                    

Hari ini adalah hari kelulusan Jaemin. Aku bersama kedua orang tuaku ikut hadir dalam upacara kelulusan Jaemin bersama dengan Dokter Na dan istrinya. Buket mawar putih kini berada di tanganku.

Jaemin sudah lebih dahulu berangkat. Karena dia bersama dengan seluruh murid kelas tiga harus melakukan gladiresik.

"Rosé." Sebuah suara mengalihkan perhatianku. Di sana aku dapat melihat Jennie, Jisoo dan Lisa bersama dengan beberapa orang dewasa yang aku yakini adalah orang tua tunangan mereka yang juga sahabat Jaemin.

"Kau membawa mawar putih, Rosé?" tanya Lisa yang melihat mawar miliknya, Jisoo dan Jennie. Ketiga membawa mawar merah, sedangkan hanya aku sendiri yang membawa mawar putih.

"Mawar putih adalah lambang cintaku bersama Jaemin." Aku menceritakan bagaimana dulu Jaemin tidak ingin keluar kamar hanya untuk memilih bunga apa yang cocok untukku. Bahkan dia sampai harus berbohong kepadaku hanya untuk pergi ke toko bunga milik temannya dan berakhir aku yang munduhnya selingkuh.

"Kalian so sweet sekali. Tidak seperti bayi besar berototku itu. Setiap kali aja ada tingkahnya. Nyuci mobil aja harus aku temani dengan alasan aku harus melihat betapa kerennya dia ketika mencuci mobil denga tubuh basahnya," Jennie bercerita bagaimana Jeno yang selalu minta ditemani ketika mencuci mobilnya sendiri.

"Setidaknya kau tidak seperti aku. Kau tahu, Renjun itu selalu mengajariku masak dan dia tidak segan-segan untuk memarahiku setiap kali aku salah mengambil bumbu dapur. Garam dan micin itu sama-sama putih, bagaimana aku bisa membedakannya!" keluh Lisa.

Jisoo tampak tersenyum. "Untuk Haechan selalu melarangka untuk masak. Katanya urusan masak-memasak itu adalah tugasnya. Dia berkata, 'Tangan Kakak jangan sampai kasar. Cukup urus anak kita nanti saja' bagaimana aku tidak meleleh dibuatnya."

Jennie dan Lisa tampak berseru iri. Sedangkan aku? Ayolah Jaemin itu perpaduan tingkah Jeno yang kekanak-kanakan, Haechan yang romantis walaupun sulit diatur dan tegas seperti Renjun. Pasangan mereka itu ada semua di dalam Jaemin, jadi buat apa aku bersorak iri.

Semenjak pulang dari karyawisata, kami berempat menjadi sangat dekat. Bahkan kami memiliki grup sendiri untuk membicarakan tunangan kami masing-masing dari yang buruk hingga yang baik. Bahkan kami tidak segan-segan mengirimkan wajah jelek mereka berempat yang membuat kami tertawa. Menjelek-jelekkan calon suami sendiri tidak masuk dalam durhaka kepada mereka, 'kan?

Setelah perbincangan singkat, kami berempaat pisah ketika memasuki aula sekolah Jaemin. Di depan sana, terdapat kursi-kursi yang telah urut berdasarkan kelas masing-masing.

Acara berlangsung dengar sangat baik. Hingga sampai pada waktu penerimaan penghargaan atas siswa teladan tahun ini. Kepala sekolah membacakan siapa penerima penghargaan itu. Siapa lagi kalau bukan Na Jaemin.

Tunanganku berjalan dengan santai ketika namanya disebut. Memang sudah diberitahu kepada pihak sekolah bila Jaemin sebagai penerima penghargaan murid teladan dan diminta untuk menyiapkan pidatonya.

 Memang sudah diberitahu kepada pihak sekolah bila Jaemin sebagai penerima penghargaan murid teladan dan diminta untuk menyiapkan pidatonya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat pagi semuanya," sapa Jaemin tidak lepas dari senyumnya.

"Sebelumnya, saya mau mengucapkan terima kasih kepada pihak sekolah yang telah memberikan saya kesempatan untuk menerima penghargaan ini. Tanpa para guru, saya tidak mungkin bisa sampai seperti sekarang. Terima kasih saya ucapkan kepada seluruh dewan guru yang telah mengajarkan kami semua mata pelajaran, sabar menghadapi betapa nakal dan badungnya kami. Kalian memang pahlawan tanpa tanda jasa." Jaemin berbalik dan membungkuk kepada kepala sekolah dan ke arah tempat duduk para guru.

"Dan untuk pencapaian yang saya terima ini, tidak luput dari dukungan kedua orang tua saya. Mereka selalu memberikan dukungan dan berbagai kebutuhan yang memang saya perlukan selama bersekolah di sini." Jaemin tersenyum ke arah kedua orang tuanya. "Terima kasih, Papa ... Mama ...."

Pandangan Jaemin kini terarah ke arahku atau lebih tepatnya kedua orang tuaku. "Saya juga tidak luput mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua tunanganku yang kerap selalu memberikan dukungan kepada saya."

Hingga sampai pada akhirnya senyum Jaemin mengembang dengan sempurna. "Roseanne!" seru Jaemin yang membuatku menutup mukaku dengan buket mawar putih. "Teruntuk untuk kekasih dan tunanganku yang paling amat aku cintai. Yang setiap malam selalu menemaniku belajar untuk menghadapi ujian kelulusan. Na Jaemin ini mengucapkan terima kasih kepadamu."

Tangan itu melambai, mengabaikan seluruh pasang mata yang melihat ke arahnya dan ke arahku. "Tunggu aku di kampusmu ya. Calon dokter ini akan berada satu kampus denganmu. Aku tidak sabar pulang-pergi denganmu di satu tempat," katanya yang kubalas lambaian tangannya.

Apa Jaemin tidak malu mengatakan itu di atas podium? Aku sudah menahan malu, tapi memang sejak kapan rasa maluku itu muncul? Malu tetaplah malu, tapi aku suka dengan apa yang Jaemin lakukan.

Dan sekarang, aku tidak sabar menantikan hal-hal apa yang akan dikatakan Jaemin nanti saat dia menjalankan ospek. Aku tidak memberitahu Jaemin, kalau aku adalah salah satu panitia ospek.

"Sebelum itu, seperti tahun-tahun sebelumnya. Muris penerima penghargaan harus menerima sebuah tantangan acak dari bola yang harus diambil di kotak di depannya." Pembacara acara mengarahkan Jaemin untuk mengambil bola yang ada di kotak hitam.

Jaemin terlihat santai membaca tulisan pada bola itu dan aku dapat melihat dengan jelas dari layar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin terlihat santai membaca tulisan pada bola itu dan aku dapat melihat dengan jelas dari layar.

"Membuat sebuah aegyo untuk orang tercinta. Apakah tunangan Na Jaemin boleh berdiri? Siapa tadi namanya? Rosea—"

"Rosé! Jangan panggil Roseanne selain aku," potong Jaemin dengan nada tidak suka.

"Ah iya iya, Rosé. Untuk Rosé boleh berdiri?"

Aku mengembuskan napas pelan. Sepertinya aku harus membuang urat maluku saat ini juga. Tetapi saat Jaemi melakukan itu, sudah pasti urat maluku akan otomatis menghilang.

"Roseanne," panggil Jaemin. "Dengarkan aku baik-baik ya," katanya yang membuat ku mengangguk.

Hana Dul Set!
Niga Neomu Joh-a
Eoddeohke eoddeohke
Niga Neomu Yebbeo
Eoddeohke eoddeohke
Narang Manna Bolhae

Eoddeohke Saenggakhae
Janmal Malgo Malhae
Joh-dagu Joh-dagu

Dan saat itu Jaemin selesai, banyak yang bersorak melihat tunanganku begitu lucu. Dan selepas dari Jaemin menyelesaikan tantangan itu, aku memberikan heart sign kepadanya dan tidak lupa kiss bye yang langsung dibalas oleh Jaemin.

●○●○●○

October 31st, 2020

Jaemin-nya RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang