sembilan

2.4K 423 83
                                    

"Ih, kamu nih mau masak tapi megang pisau kayak mau ngebunuh orang," omel Yireon waktu ngelihat Chenle lagi berusaha ngiris daging di atas telenan.

Btw, mereka akhirnya nyusul ke apartemen Chaewon. Padahal tadi Chaewon udah sarapan dimasakin sama si ayang, tapi Yireon sama Chenle dateng-dateng bawa bahan mentah banyak banget —sampe tadi dipinjemin troli sama karyawan yang jaga di resepsionis bawah.

"Gak jadi ajang memasak, malah jadi ajang saling membunuh ntar itu," komentar Haechan. Cowok itu berdiri sambil sebelah pundaknya nyandar di mulut pintu, di sebelahnya Chaewon ketawa cantik.

"Ya iniiiii ajarin kenapa Chan," protes Yireon.

"Ish, aku udah jago, gak usah diajarin," kukuh Chenle.

Tapi terus ribut gara-gara Chenle numpahin garem di lantai.

"Yaaahhhhh," rengek Yireon.

Akhirnya Haechan yang gerah. "Sana deh, cuci tangan, cuci kaki, ganti baju, terus duduk manis di depan tv," usir Haechan sambil nyamperin Chenle sama Yireon yang lagi jongkok ngebersihin tumpahan garem disana.

Mau gak mau akhirnya dua anak muda itu nurut. Setelah cuci tangan dan kaki, mereka berdua pindah ke ruang tengah buat nonton tv. Kalo udah begitu jadi anteng. Emang dasar masih bayi semua sih.

"Kamu malah kayak bapaknya daripada abdi," komentar Chaewon sambil ngambil lap yang baru aja Haechan gunain buat ngebersihin lantai.

"Eh, kotor," tahan Haechan. Tapi akhirnya dikasih juga.

Chaewon ngebawa lap kotor itu ke mesin cuci. Tapi setelah dipikir-pikir, akhirnya dibuang aja lah. Praktis.

Sekembalinya Chaewon ke dapur, Haechan ngomong, "Kalo saya bapaknya, berarti Non Chaewon ibunya, dong?"

Chaewon loading. Maksudnya apa coba tiba-tiba bilang gitu?

"Katanya tadi saya kayak bapaknya Den Chenle sama Non Yireon dibandingkan kayak abdi?" ingat Haechan. "Kan Non Chaewon pacar saya, berarti Non Chaewon ibunya, dong?"

Chaewon masih loading lagi sebentar sebelum akhirnya ketawa garing. "Apa sih," katanya. Gak tau aja itu kupingnya merah nahan salting.

Haechan ketawa.

Mereka lanjut pagi itu sambil ngobrolin hal-hal kecil sambil masak berdua di dapur. Haechan sih yang masak, soalnya kalo dia lihat Chaewon mau ngapain gitu pasti langsung diambil alih. Jangan berharap Haechan bakal sok-sokan meluk Chaewon dari belakang atau hal lain yang orang dewasa lakukan waktu di dapur, karena Haechan gak mungkin melakukan itu.

Haechan masih sadar diri ada batasan yang gak bisa dengan sembarangan dia langkahi. Tapi kalo mikirin itu, justru Chaewon bernilai lebih di mata Haechan.

Makanya, daripada "menjajal", Haechan lebih berusaha buat "menjaga".

Kayak, Chaewon pegang pisau mau motongin bawang, Haechan ambil alih pisaunya. Chaewon ambil spatula buat ngebalik daging yang lagi digoreng di atas teflon, Haechan ganti spatula itu pake sendok terus disuruh ngicipin masakan di kompor satunya. Chaewon ngambil lap buat mindahin sayur dari atas kompor ke atas meja, Haechan ambil lapnya dan cewek itu malah digiring buat duduk di kursi makan.

Chaewon mandang Haechan sambil nyebik, sedangkan cowok itu cuma senyum.

"Udah duduk aja, kan saya abdinya," kata Haechan, paham apa maksud Chaewon.

Chaewon sih mana mau diem, cewek itu bangun dari duduknya terus jalan ke lemari dapur buat ngambil piring.

Udah selesai masak, piring sendok dan gelas juga udah tertata rapi, Haechan manggil Yireon sama Chenle buat sarapan. Dua tuan mudanya yang ternyata lagi main kertas batu gunting buat nentuin siapa yang lebih ganteng antara Rio Dewanto dan Reza Rahadian itu langsung lari saling mendahui buat masuk ke dapur.

Abdi 2.0 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang