song to listen along this chapter:
Nadin Amizah - Soraihappy reading~
Orang kedua yang paling seneng waktu lihat Chaewon balikan lagi sama Haechan adalah: Yireon. Chenle juga seneng, Ryujin juga. Tapi gak ada yang bisa ngalahin kehebohan nona muda itu saking senengnya. Udah gak bisa dibayangin. Padahal biasanya yang tukang ribut itu Ryujin. Malah cewek itu cuma bisa cengo.
"Belum tau Papa ikut dateng apa enggak," kata Chaewon. "Soalnya di kantornya juga lagi sibuk, mau bikin kantor cabang baru di luar kota."
Chenle ngangguk-angguk, gak berkomentar apapun karena udah paham banget masalah bisnis. Kadang dia juga gitu kok, harus rela ngejadiin Yireon nomor dua kalo urusan kantor lagi urgent banget.
"Bu Irene gimana kabarnya, Le?" tanya Chaewon.
"Fine," jawab Chenle. "D-day nanti hari terakhir dia di sini."
"Loh?"
"Soalnya kayaknya bakal sibuk banget ngurusin brand nya di Paris," terang Chenle kemudian.
"Nggak balik ke sini lagi?"
Chenle cuma nggerakin bahunya sekilas, terus senyum. Dan semua orang tau apa artinya.
Kelihatannya egois, tapi siapa yang tau apa yang ada di benak seseorang? Bisa jadi tindakan yang terkesan heartless justru merupakan sebuah healing. Gak ada yang bisa disalahkan, bahkan waktu sekalipun.
"Semoga lancar, ya, D-day nya."
Chenle ngangguk. "Makasih."
"Kamu dateng, kan?" tanya Yireon.
"Mm.. hehe.."
a b d i
"Dateng laaaaahhhhhh," rengek Haechan panjang. Masih ditambahin pake uget-uget padahal lagi nyetir.
"Liat depan, tar nubruk!" omel Chaewon sambil ngedorong pipi Haechan biar cowok itu fokus ke jalanan. Tapi percuma, soalnya abis gitu Haechan nengok Chaewon lagi.
"Chaaaann!" gemes Chaewon.
"Dateng, ya?"
"..."
"Ya?"
"..."
"Aaaaaayoolaaaahhhhh~"
Chaewon menghela nafas. "Aku pikir-pikir dulu."
Akhirnya Haechan nyerah. Ya udah lah, kalo gak mau jangan dipaksa.
"Aku gak enak sama Bu Irene, Chan," kata Chaewon kemudian.
Haechan nengok Chaewon sebentar, kemudian ngulas senyum dan ngusak kepala cewek itu pelan.
"Iyaa, saya paham," katanya. "Saya juga kok, agak gak enak mau nginjekin kaki di kediaman Zhong lagi kalo keinget dulu pernah bikin beliau marah-marah."
Dibilangin gitu, perasaan Chaewon makin campur aduk. Jadi keinget Pak Suho —perceraiannya yang katanya dilakuin karena udah gak betah cuma dianggep partner bisnis.
Padahal Chaewon tau banget kalo itu gak sepenuhnya bener. Tapi Pak Suho selalu ngelak.
"Tapi kan hidup harus berlanjut," kata Haechan lagi. "Ada yang jauh lebih penting daripada mikirin apa yang udah berlalu."
Chaewon menghela nafas.
Haechan nekuk bibirnya ke dalem, sekilas natap kekhawatiran yang jelas tersirat dari ekspresi Chaewon walaupun cewek itu lagi lurus natap jalanan di depan. Makanya, kemudian Haechan nelusupin tangannya di antara kedua telapak tangan Chaewon yang berpautan gusar, dan narik kedua ujung bibirnya ngebentuk sebuah senyum waktu Chaewon noleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abdi 2.0 ✔
Fanfiction[ bahasa | completed ] sequel ABDI 1.0 "berat ya jadi abdi." winterwoops ©2020