Part 27

1.6K 44 2
                                    

Happy reading, semoga suka:v

Salma berjalan terburu buru dikoridor yang cukup sepi. Rupanya ia terlambat, dan tak sempat sarapan. "Lunaaa!" teriak Salma.

Dari kejauhan Luna membawa setumpuk buku yang ia pinjam dari perpustakaan. "Telat lo?" ujar Luna yang langsung diangguki kepala oleh Salma.

"Pak Edi udah di dalem mending tas lo lempar ke dalem lewat jendela deh. Ntar lo pura pura bantuin gue bawa buku"

"Debes lo Lun gue makin sayang sama lo" ucap Salma. "Dih najis!"

Salma segera melempar tas ransel kecilnya ke jendela lalu membawakan setengah buku yang dibawa Luna. Si Keysha masih di rumah gaes belum boleh sekolah dulu.

"Permisi pak ini bukunya" ucap Luna sopan. "Loh kamu kok sama Salma Lun?" ujar pak Edi.

"Tadi dia nylempit ke toilet pak jadi saya ajak bareng aja sekalian suruh bantuin bawa buku yang berat!" ucap Luna sedikit menyindir. Ya kali ada ketua kelas cowok lagi si Luna yang lemah lembut di suruh bawa buku tebel tebel kan capek.

"Yaudah kalian cepat duduk!"

Ditempat Beni, ia sedang sibuk mengerjakan tugas kuliahnya. Walaupun liburan, ia tetap rajin mengerjakan tugas. Rencananya minggu depan ia akan kembali ke Kanada.

"Eh lo udah ke rumah Keysha belum?" Ujar Luna yang sudah mendudukan bokongnya di bangku.

"Sono yuk ntar, gue gabut dirumah".

"Dih ogah gue udah kesana kemarin jemput dia sama mamanya lu kemana aja sahabatnya balik malah gak dijemput"

"Gue ada urusan Lun" tanpa disadari keduanya pak Edi memperhatikan kedua bocah tengil itu.

"Kalian berdiri didepan kelas sampek pelajaran saya selesai" Salma dan Luna saling pandang. "Maksud bapak kami?" Ujar Luna dengan polosnya.

"Siapa lagi jika bukan siswi pembuat onar ini" ucap pak Edi sambil membenarkan kacamatanya.

Dengan ogah ogahan, Salma dan Luna berdiri didepan kelas. Sambil menatap lapangan disana ada gerombolan anak anak kelas Rendy dan Devano. Namun satu cowok lagi yang membuat matanya memicing karena merasa familiar dengan wajahnya.

"Aldo" gumam Salma lirih. Luna menatap Salma lalu mengikuti arah pandang Salma. Tangannya mengepal kuat saat tau siapa yang sedang gadia itu lihat. Tanpa babibu Luna melenggang keluar dari kelas mengacuhkan teriakan pak Edi.

"Luna mau kemana kamu, kembali hey!" Salma membelalakan matanya lalu berlari mengejar sahabatnya itu.

Alangkah terkejutnya lagi saat Luna meninju rahang Aldo membuat  sudut bibirnya sedikit berdarah. Salma menganga, apa itu tadi Luna? Sahabatnya? Atau samson anak Betawi?

"Luna kamu kenapa?" Ujar Devano sambil menenangkan kekasihnya yang menatap tajam Aldo.

"Lo ngapain balik lagi ke sekolah ini ha? Gue belum puas ya nonjok lo. Lo udah buat Salma menderita dan buat Keysha masuk rumah sakit. Kalian berdua juga ngapain mau temenan sama dia?!" Ucap Luna dengan amarah meledak ledak sambil menunjuk wajah Aldo.

"Sal, maafin aku" ucap Aldo lirih sambil mendekati Salma. "Stop!" Salma mengangkat tangannya agar Aldo tidak mendekatinya.

"Gue benci sama lo, seharusnya lo gak boleh ada di kehidupan gue Aldo" ucap Salma lalu pergi dengan berlinang air mata. Berusaha melupakan lalu kenangan itu terlintas kembali. Begitulah yang difikirkan Salma. "Puas lo bajingan!" Maki Luna ke Aldo.

Luna melepaskan tangan Devano lalu berlari menyusul Salma ke toilet. Dia harus bisa menguatkan hati sahabatnya itu.

"Lo gapapa?" Ujar Luna dan Salma tersenyum. Mereka kembali dari toilet dan masuk kekelas.

"Ekhem" pak Edi berdehem sambil menatap Salma dan Luna bergantian. Sedangkan Salma dan Luna menyengir lebar.

"Bersihkan seluruh toilet di sekolahan ini!"

****

"Salma, dengerin gue dulu"

Plakk. Salma menatap bengis cowok yang dulu sangat ia sayang. "Lo gak perlu temuin gue lagi!"

"Sedikitpun gak mau lo dengerin penjelasan gue Sal?" Ujar Aldo lirih.

"Gue bahkan udah gak mau liat lo lagi!"

Salma melenggang pergi meninggalkan Aldo yang menatapnya sendu. Tidak ia duga gadisnya itu menamparnya dan tatapannya pun berubah. Sepertinya gadis itu sangat membencinya.

"Udah lo perlu banyak banyakin sabar, kalo lo sayang sama dia lo harus kejar dia terus bro" ucap Rendy menyemangati.

"Iya gue harus bisa dapetin hati Salma lagi" ucap Aldo.

"Gimana kalo kita kerumah Keysha nanti?" Ujar Devano.

"Bener, lo bisa minta maaf sama Keysha juga Al" ucap Rendy menyetujui ajakan Devano.

"Oke gue ikut aja"

Kembali ke Salma, gadis itu sampai di rumahnya dan langsung merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu tanpa melepas dulu sepatunya. "Sal, baru pulang?" Ujar Airyn sambil menaruh cemilan di meja.

"Iya kak, aku capet banget" ucap Salma sambil mendudukkan tubuhnya lalu mencomot cemilan.

"Oh ya kak, minggu depan mau balik ke Kanada ya?" Ujar Salma di angguki kepala oleh Airyn.

"Kenapa sal?"

"Gapapa hehe"

"Baru pulang kamu?" Ujar Beni langsung duduk di sebelah Salma. Airyn tersenyum miris menatap kedekatan mereka berdua.

"Iya kak Ben" Salma agak canggung dan menjauhkan dirinya dari Beni, disadari juga tatapan Airyn seperti menahan sesuatu. Mungkin Airyn cemburu?

"Oh ya mama kemana kak?" Ujar Salma. "Mama ke luar kota dan baliknya minggu depan waktu kakak mau berangkat ke Kanada" ucap Beni.

"Dih lama banget, huh untung aja Salma ada kak Beni sama kak Airyn jadi gak kesepian" ucap Salma.

"Mau ikut ke Kanada?" Ujar Beni lembut sambil membelai rambut adiknya itu. Airyn menahan gejolak di hatinya, tentu saja ia sangat terluka bahkan Beni yang dikenalnya dingin mampu bersikap sangat lembut kepada adiknya terlebih Airyn tau perasaan Beni lebih dari seorang kakak.

"Ya gak mau lah, ya kali aku masih sekolah kak" ucap Salma sambil mengerucutkan bibirnya. "Lagian juga kenapa kakak kuliah harus jauh jauh ke Kanada, disini kan banyak universitas bagus"

"Mangkanya cepet lulus nanti nyusul kakak kesana" ucap Beni sambil tersenyum. Airyn berusaha mati matian menahan air matanya yang siap jatuh kapan saja.

"Eh Ben, Sal, aku kekamar dulu ya ada yang mau aku kerjain" Salma dan Beni mengangguk, Airyn berjalan agak cepat menuju kamarnya dan siap menumpahkan seluruh air matanya.

"Kakak beneran pacaran sama kak Airyn?" Ujar Salma dan Beni mengangguk. "Keknya kak Airyn cemburu sama Salma kak"

"Kenapa ngomong gitu? Gak mungkin dek. Udah jangan mikir aneh aneh" ucap Beni.

Disisi lain Airyn menatap pantulan dirinya di cermin kamar mandi, air matanya meluruh begitu saja. Ia menyalakan shower dan duduk dibawahnya dengan baju masih melekat pada badannya. "Kenapa perasaan gue lebih menyiksa Ben?"

"Hikss, gue capek sayang sendiri, gue capek berjuang sendiri" Airyn merasakan sakit yang teramat pada hatinya. Pernahkan kalian mencintai seseorang tapi orang itu mencintai orang lain, dan kalian hanya bisa diam dan untuk marahpun kalian tidak berhak. Walaupun orang yang kalian cintai tau perasaan kalian seperti apa.

"Gue pengen lo perlakuin gue kek gitu gue pengen hikss" Airyn merasakan kepalanya sangat berat dan pandangannya meredup.

Jangan lupa vote, komen dan share sebanyak banyaknya makasih.

Salam sayang

Aurora Dewi

Brother, I Love U (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang