Part 42

847 43 9
                                    

Happy reading dan semoga suka:v

Beni baru saja pulang bimbel dengan Robbie. Dia menunggu Airyn yang menjemputnya. Robbie sudah pulang beberapa saat yang lalu dijemput oleh supir pribadinya. Memang di tempat bimbelnya dilarang untuk membawa kendaraan sendiri karena tidak ada tempat parkirnya.

Airyn tersenyum saat melihat Beni di sebrang jalan sana. Kekasihnya itu melambaikan tangannya membuat Airyn tersenyum. Ia berjalan terburu buru sampai tak melihat kanan kiri. Di arah yang berlawanan sebuah truk melaju dengan kecepatan tinggi.

"AIRYN" teriak Beni yang terkejut. Airyn menjerit terkejut truk itu menghantam tubuhnya hingga terpental beberapa meter. Jantung Beni serasa berhenti melihat gadisnya terkapar di aspal.

"AIRYN" teriak Beni sambil berlari menghampiri Airyn. Beni bersimpuh didepan Airyn ia meletakkan kepala Airyn di pahanya. Tak terasa air matanya jatuh tanpa seizinnya.

"Ryn bangun Ryn, jangan tinggalin aku" Airyn masih bisa mendengar Beni. Ia tersenyum lalu tak sadarkan diri.

"HELP ME HELP ME" beberapa orang berlarian kearah mereka. Airyn segera dilarikan kerumah sakit.

"Tolong selamatkan Airyn dokter" ucap Beni pada dokter Carlie.

"Kita akan berusaha untuk menyelamatkan nyawa Airyn. Kamu tunggu saja disini" Beni mengusap wajahnya kasar. Cairan bening mengalir dimatanya beberapa saat lalu ia masih bisa melihat senyum Airyn. Dan kini gadis itu berjuang melawan maut didalam ruangan sana.

"Halo ma" ucap Beni serak dengan handphone berada di telingannya.

"Ada apa Beni kamu kenapa?"

"Airyn kecelakaan ma. Dia ditabrak truk"

"Kok bisa, bagaimana keadaan dia?" Terdengar suara panik di sebrang sana. Beni menghembuskan nafasnya. Nafasnya tercekat ia tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Ia takut, takut gadisnya meninggalkannya.

"Dia masih ditangani dokter ma"

"Hari ini mama akan berangkat ke Kanada kamu jagain Airyn"

Tut

Panggilan diputuskan oleh Desti, wanita paruh baya itu kini sedang memesan tiket pesawat menuju ke Kanada. Ia sudah menganggap Airyn sebagai putrinya sendiri. Ia bahkan sampai menangis di sepanjang perjalanan ke bandara.

Sedangkan disisi lain Salma dan Jay juga sedang berada dibandara. Salma bahkan sudah menangis sedari tadi. Ia tidak menyangka kakak iparnya akan mengalami nasib seperti ini.

Disini dirumah sakit ini Beni sedang menunggu dokter keluar dari ruang icu. Tak beberapa lama kemudian dokter keluar dari ruangan tersebut. Beni terkesiap langsung menghampiri dokter.

"Gimana keadaan Airyn dok?" Tanya Beni.

"Pembuluh darah diotakknya pecah jadi kita harus melakukan tindakan operasi"

"Lakukan apapun dok, selamatkan nyawa Airyn" dokter mengangguk lalu masuk ke dalam icu. Beni menatap wajah pucat gadisnya yang terbaring dan didorong beberapa perawat menuju ke ruang operasi.

Disisi lain Jay sedang menenangkan Salma yang masih menangis. "Airyn bakal baik baik aja kan?"

"Iya sayang Airyn pasti baik baik aja" ucap Jay menenangkan Salma yang sedari tadi menangis. Mereka berjalan cepat ke bandara penerbangan menuju ke kanada setengah jam lagi.

"Kamu minum dulu" ucap Jay lalu menyodorkan botol minum untuk Salma. Salma menengguk air tersebut, kini perasaan agak sedikit tenang.

Jay memijat telapak tangan Salma. "Udah mendingan?"

Brother, I Love U (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang