Lindungi selagi ada, jaga selagi mampu dan rawat selagi bisa. Karena jika ia sudah pergi, air matamu tidak akan berarti
***
Gadis dengan rambut di kuncir kuda itu sedang duduk di bangku tribun lapangan in door basket di temani oleh buku tebal yang sedang ia jadikan media untuk di baca.
Matanya terus saja ter-arah pada buku tebal yang mempelajari tentang kedokteran. Buku itu ia beli minggu lalu di pameran buku di dekat sekolah. Gadis itu memang sangat menyukai dunia berbau obat-obatan.
Tribun ini cukup sepi, hanya ada dirinya dan dua orang berbeda jenis di pojok sana yang entah sedang apa. Ia sengaja menghindar dari temannya saat ingin membaca buku tujuannya ingin tenang dan bisa lebih berkonsentrasi. Karena taman-temannya sangat heboh dan tidak bisa tenang. Pengganggu.
"Lita!" gadis itu menoleh pada saat telinganya menangkap ada seseorang yang meneriaki namanya. Di sana, di depan pintu tribun ada dua orang gadis yang sedang melambaikan tangannya dengan sangat gembira.
Gadis yang di panggil Lita langsung menutup bukunya dan bangkit dari duduknya berjalan menghampiri dua orang yang memanggilnya tadi.
Lita tersenyum saat sudah menghadap dengan dua orang gadis yang bernotabe temannya.
Gadis berambut panjang nan lurus yang ada di depannya itu langsung merangkul dan membawa dirinya untuk keluar dari tribun.
"Ayo kekelas, bentar lagi masuk!" ucapnya.
Alita mengangguk dan ketiganya berjalan melewati lorong-lorong kelas untuk memasuki kelas mereka yang ada di lantai dua.
Sesampainya di dalam kelas, ketiganya langsung duduk di bangku mereka masing-masing yang ada di pojok dekat tembok.
Dua orang temannya duduk di bangku depannya sedangkan dirinya duduk seorang dirinya di bangku belakang. Bukan tidak memiliki teman atau tidak ada yang mau berteman dengannya, murid dikelasnya berjumlah ganjil dan dirinya adalah yang ganjil.
Gadis bernama lengkap Alita Kesya Maulidyah itu kembali sibuk dengan buku yang tadi sempat ia baca. Sementara Sherly dan Ara yang duduk di depannya hanya diam dengan ponsel di tangannya masing-masing.
"Ehh iya, Lita! Bebeb Arka tadi senyum sama gue!" ucap gadis itu semangat.
Lita menonggak menatap gadis dengan rambut lurus itu. Ara. Dahinya mengerjit saat gadis itu menyebut nama seseorang yang tidak asing di telinganya, "Bebeb Arka siapa?"
"Muhammad Arkana, anak IPA dua." Celetuk gadis berwajah sangar dengan ciri rambut panjang yang sedikit bergelombang di bagian bawahnya.
Alita mengangguk berpura-pura mengerti dan kembali fokus pada buku tadi, toh dirinya tidak ada sangkut pautnya dengan lelaki bernama Arkana itu.
Ara merengek,"Ihhh Lita mah. Gue kan lagi ngomong kenapa di cuekin!"
Alita kembali menonggak menatap Ara yang sedang menatapnya dengan wajah merah, "Terus gue harus apa Ra?"
"Ga ngapa-ngapain sih, cukup jadi saksi kalo gue nanti bakalan jadi pacar-
"Mimpi lo ketinggian Ararya Adira!" seru Sherly tegas. Bukan tanpa sebab Sherly berucap demikin, sebagai seorang teman Sherly tidak mau membuat Ara-temannya sakit hati lantaran cintanya bertepuk sebelah tangan. Cinta yang tidak terbalaskan jauh lebih sakit dari pada ucapan yang di abaikan.
Ara menatap Sherly yang ada di sebelahnya dengan tajam, "Iri bilang Bossss!"
Mulut Sherly menganga, alisnya saling bertautan, wajahnya shok, "Gue iri sama lo? Idih! najis banget!"

KAMU SEDANG MEMBACA
ARLITA [Selesai] (Terbit)
Teen FictionSeries # 1 MauNinda Series #1 *** Keasingan dan ketertekanan menjadi awal dari kisah ini. Cerita ini di buat untuk mengigatkan jika sesuatu di dunia ini tidak selalu manis dan berjalan dengan lurus. Ada hal yang harus di korbankan. Ada rasa yang ha...