Bersyukurlah saat kau masih bisa bertemu saat rindu, masih bisa melihat senyumnya saat kau ingin. Genggam ia jangan lepaskan, kau akan merasakan sakit yang luar biasa saat kau sudah berada di fase merindu tanpa pertemuan
***
Suasana kantin pagi ini cukup padat banyak siswa siswi yang berlalu lalang keluar masuk kantin hanya untuk membeli minum. Ada juga yang singah di meja untuk memakan sarapan pagi ini.
Di salah satu meja kantin ada tiga orang pria sedang duduk santai dengan gelas minuman didepan mereka ada gelas yang berisikan masing-masing minuman kesukaan mereka.
Arka, Rio dan Helmi adalah orangnya. Saat ini mereka tengah mengistirahatkan tubuh serta mendinginkan fikiran mereka dengan meminum minuman kantin. Rio meletakan gelas berisikan es teh di atas meja setelah tadi ia sempat meminumnya. Ia menatap kedua temannya yang duduk persis di depannya.
"Ini kan ulangan terakhir ya, gimana kalo malem ini kita kumpul?" Ajak Rio kepada kedua temannya.
Mata Helmi berbinar mendengar kalimat ajakan yang di keluarkan oleh mulut Rio, "Iya tuh. Kuy lah!"
Sedangkan Arka, Lelaki itu hanya diam tidak menghiraukan apa yang sedang di ucapkan oleh kedua temannya. Menurutnya pembahasan mereka tidak penting. Jujur saja, Arka lebih memilih pergi bersama Alita menghabiskan waktu dengan gadis itu dari pada berkumpul dengan keduanya yang sudah setiap hati bertemu. Rasa rindu Arka kembali hadir ketika gadis itu tidak mengizinkannya untuk bertukar pesan. Hal itu berlangsung sejak awal ulangan kenaikan kelas mereka.
Alita menghilang bagaikan debu di terjang angin. Bagaikan kejujuran tersapu kebohongan. Setelah menerima telepon dari Alita satu minggu lalu Arka jadi jarang sekali bertemu dengan gadisnya.
"Aku mau fokus ulangan dulu, selesai ulangan baru kita ketemu lagi."
Ucapan Lita satu minggu lalu selalu terbayang di otak Arka. Memangnya harus putus komunikasi ya buat bisa fokus belajar?
Tentu tidak. Itu alasan klasik.
Arka terkejut saat Helmi tiba-tiba menepuk bahunya kencang. Arka menatap temannya yang satu itu dengan tajam setelah membuatnya hampir kehilangan jantung lelaki itu malah tertawa terbahak-bahak akibat melihat respons kaget yang di berikan Arka.
"Komuk lo Ar, hahaha!"
Rio pun tak mu kalah. Ia tertawa dengan mulut yang terisi penuh dengan kacang, "Haha, muka lo kay-uhuk!" respon batuk yang di berikan tubuhnya terlihat seperti karma instans yang diterima Rio akibat menertawakan temannya yang sedang susah. Es teh di gelas sudah habis di teguk tidak tersisa.
"Mampus!" serkah Arka.
Arka dan Helmi saling tatap dengan bibir yang masing-masing menahan tawa, di depannya Rio masih berusaha mengatur nafasnya. Sebisa mungkin mereka menahan tawa agar Rio tak marah pada mereka.
Rio kalo udah ngambek kaya cewe pms, susah di bujuk.
Setelah berhasil mengendalikan semuanya Helmi mengambil ponsel miliknya yang sejak awal di letakan di atas meja. Sudah waktunya masuk kelas.
"Gue ga bisa ikut kalian."
Rio dan Helmi kompak menatap Arka. Lelaki itu kini sedang menunduk dengan arah pandang menatap sepatu teman-temannya.
"Gue harus ketemu sama Alita." Arka melanjutkan kalimatnya saat tidak ada sautan dari kedua temannya.
Helmi yang duduk di sebelah Arka langsung memutar tubuhnya menghadap Arka dengan sempurna. Helmi memang sudah curiga dengan kedekatan Arka dan Alita yang belakangan ini terlihat lebih sering berduaan dan pergerakan mereka pun aktif sekali. Beberapa kali Helmi melihat Arka membonceng gadis yang kenyataannya adalah Alita.
![](https://img.wattpad.com/cover/213500625-288-k777721.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLITA [Selesai] (Terbit)
Teen FictionSeries # 1 MauNinda Series #1 *** Keasingan dan ketertekanan menjadi awal dari kisah ini. Cerita ini di buat untuk mengigatkan jika sesuatu di dunia ini tidak selalu manis dan berjalan dengan lurus. Ada hal yang harus di korbankan. Ada rasa yang ha...