22 || Take off Miss

5.2K 310 0
                                    

Seperti berada di antara kepingan fuzzle yang tidak beraturan, kamu memang ada dan nyata tapi di butuhkan banyak bukti untuk menggungkapkan siapa kamu sebenarnya

***

Pukul tujuh Alita baru sampai di sekolah dengan keadaan lebih bersemangat. Wajahnya lebih segar dan terlihat berseri. Ia bangun kesiangan sebab semalam ia banyak bercerita dengan Kirana. Menceritakan tentang semuanya yang ia alami selama tinggal di rumah itu.

Selama itu, Kirana banyak memberikan wejangan tentang hidup. Ia bahkan sampai di nyanyikan sebuah lagu pengantar tidur yang terakhir dirinya dengar saat umurnya menginjak dua belas tahun.

Alita tersenyum mengigat kejadian tadi malam. Ia sangat bersyukur kepada apa yang sudah Tuhan berikan padanya.

Hari ini adalah hari pertamanya masuk ke area sekolah dengan keadaan hati yang berbeda. Entah mengapa hari ini ia sangat ingin tersenyum dan menyapa semua orang yang ia temui. Ini adalah hari pertamanya tinggal di rumah keluarga Jonathan dan hari pertamanya pula menjadi anak Jonathan dan Kirana. Biologis.

Setiap hari ia selalu berdoa agar semua lukanya hilang seiring berjalannya waktu. Tidak mudah melupakan apa yang sudah terjadi selama dua tahun belakangan hanya karena dirinya yang memutuskan untuk tinggal bersama omnya, ia masih ingat semuanya termaksud ucapan papinya yang mengatakan 'Angkat kaki dari rumah ini'

Bukan maksud hati ingin membenci kedua orang tuanya, tapi jika seseorang sudah mengeluarkan kalimat seperti itu dapat di pastikan jika mereka sudah tidak membutuhkan kehadirannya lagi dalam hidup mereka.

Pergi kau dari sini, angkat kakimu dan jangan pernah kembali lagi. Kalimat yang singkat, namun memberikan efek yang cukup parah bagi mereka yang menerimanya.

Tapi tetap, Alita masih anak Teddy dan Miranda.

Benar jika kalian menduga mobil putih yang terparkir di depan pintu rumahnya adalah mobil Jonathan. Kenyataannya memang seperti itu. Jonathan sendiri yang menyuruhnya masuk dengan ekspresi wajah yang menyeramkan.

Bisa saja saat itu ia menolak dan kabur mengabaikan Perintah Jonathan, tapi itu tidak di lakukan karena dirinya yang sangat menghormati Jonathan serta istri. Bagaimana pun, Jonathan dan Kirana adalah orang yang sangat berarti dalam hidupnya.

Saat ini gadis itu sedang duduk di bangku yang ada di depan kelasnya, memperhatikan keadaan koridor yang masih sangat ramai. Di lepasnya tas hitam miliknya dan di letakan di tas pangkuannya. Ia mengambil ponsel bercase hitam miliknya dalam tas tersebut.

Ditekannya tombol on/of untuk menghidupkan ponsel itu. Ponselnya memang sengaja ia matikan saat lomba berlangsung dan itu keterusan.

Semua barang yang di berikan kedua orang tuanya ia tinggal di dalam kamar, ia hanya membawa beberapa pakaian dan juga ponselnya. Mengapa ia berani membawa ponselnya? Alasannya satu, ponsel itu pemberian Kirana. Kado saat usianya menginjak enam belas tahun.

Matanya membulat saat melihat beberapa panggilan tidak terjawab dari beberapa orang terdekatnya.

Arka : 56 panggilan tak terjawab.

Devan : 3 panggilan tak terjawab.

Kak Haikal : 2 panggilan tak terjawab.

Sherly : 6 panggilan tidak terjawab.

Lita tersenyum tipis. Ia tidak mengerti dengan keadaan, apakah mereka yang meneleponnya peduli atau hanya sekedar penasaran apakah dirinya masih hidup atau sudah tiada?

ARLITA [Selesai] (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang