9 || Jablay!

5K 287 3
                                        

Jaga lisanmu seperti kau menjaga kehormatanmu

***

Gadis itu sedang duduk di atas kasur memperhatikan setiap sudut kamarnya yang terlihat sama setiap harinya, tiba-tiba ponselnya bergetar dan tertera nama bos di tempat ia bekerja. Tanpa banyak berfikir tangannya menggeser tombol hijau lalu kemudian menempelkannya pada salah satu daun telinganya.

"Hallo bu?"

"Hallo Alita, maaf menganggu waktu istirahat kamu." ucap orang di sebrang sana memulai pembicaraan.

"Ga kok bu, ada apa ya?"

"Kamu bisa kerja ga hari ini, soalnya Vivi ga masuk, kasir kosong Lit."

"Sekarang bu?" Lita menatap jam di dinding kamarnya yang sudah menunjukan pukul 16:01 wib. Sudah sore dan ia sedikit bingung dengan alasan yang akan di keluarkan nantinya.

"Iya Lit sekarang. Kamu bisa kan?"

"Bisa bu, saya berangkat sekarang."

Panggilan di putus oleh sih penelpon. Dengan sigap Alita berganti pakaiannya dan kemudian memasukan baju kerjanya yang baru ia ambil ketika pulang sekolah di tempat pencucian baju atau biasa di sebut laundry.

Segera ia keluar kamar dan berjalan menuruni anak tangga. Wajahnya panik saat melihat semua anggota keluarganya sedang berada di ruang keluarga.

Sial! Mengapa ia tidak tau jika seluruh keluarganya sedang berkumpul di rumah ini, terlebih ada kakek dan neneknya.

Lita menarik nafasnya pelan lalu menghembuskannya melalui mulut. Ia berjalan mendekati seluruh anggota keluarganya terlebih dahulu untuk segedar berpamitan.

"Ehh Lita, keponakan tante kamu dari mana aja?"

Lita tersentak kaget saat mendengar suara ini, ini suara milik Kirana, tantenya. Bagaimana bisa ia tidak melihat kehadiran tantenya itu. Alira sempat memalingkan wajahnya sebentar untuk menarik nafas, ia harus bisa mengendalikan ekspresi wajahnya.

Kirana langsung memeluk Alita dengan erat, mengelus rambut halus milik keponakannya yang paling ia sayangi. Jujur saja, dari ketiga keponakannya Alita lah yang paling di sayang oleh Kirana dan juga Jonathan-suaminya. Selain karena Alita keponakan perempuan satu-satunya Alita sendiri memiliki sifat yang berbeda dari kedua ponakannya yang lain, Alita berbeda, Lita istimewah.

Keduanya melepaskan pelukannya dan saling tatap. Tatapan Kirana seolah bertanya dengan keadan batin Alita saat ini, namun Alita sendiri hanya tersenyum saat mendapati tatapan khawatir dari tantenya.

Alita mencuri pandang di sekitarnya, semua sedang menatap kearah mereka tanpa terkecuali mami, papi berserta Haikal dan juga Devan. Ruang keluarga ini benar-benar penuh.

"Kamu mau kemana Lit?"

Matanya kembali fokus menatap tantenya yang ada di hadapanya, "Mau kerja kelompok, Tan,"

Kirana mengangguk mengerti. Kemudian ia memperhatikan Lita yang mendekat kearah Kakek dan Neneknya untuk berpamitan.

Senyum di bibirnya mengembang saat melihat Alita mencium tangan Miranda dan di balas senyuman oleh Miranda sendiri. Mereka tidak tau jika dua orang ini sedang bermain-main.

"Lita izin keluar sebentar ya semua."

"Jangan lama-lama ya Lit"

Lita menoleh ke arah maminya berada, "Iya Mi, ga lama kok"

"Assalamualaikum semua,"

"Wa'alaikumsallam"

Lita berjalan keluar rumah dengan santai, tapi pada saat sudah sampai di pintu gerbang rumahnya ia langsung lari menghampiri abang ojek yang sudah menunggunya lebih dari sepuluh menit lamanya.

ARLITA [Selesai] (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang