Kuncinya hanya satu, jangan menilai seseorang dari luarnya saja, masuk lah lebih dalam untuk melihat semua kebaikan tentangnya
***
"Pisau bedah."
Seseorang yang ada di sampingnya mengambilkan apa yang di ucapkan oleh orang tersebut.
Benda yang ia minta sudah ada di tangannya. Kedua tangannya mulai melakukan apa yang harus ia lakukan pada organ yang ada di dalam tubuh pasiennya.
"Jarum."
Jarum yang ia minta sudah ada di tangannya, kemudian dengan tangan lihainya jarum itu mulai di tusukan pada bagian yang ia robek tadi, wajahnya nampak serius karena disini ia harus benar-benar berkonsentrasi pada hal yang sedang ia tangani.
"Suster, cek tekanan darah," ucapnya masih dengan pandangan lurus menatap perut pasiennya.
"Baik dok." tanpa banyak bicara suster yang berada di tempat mulai melakukan apa yang di minta oleh dokter itu.
"Normal dok." paparnya saat dirinya selesai memeriksa tekanan darah pasien.
"Bagus. Penutup sus"
Suster yang berada disampingnya menyerahkan beberapa alat penutup untuk menutupi luka jahit pada perut kanan pasien.
"Selesai. Operasi selesai."
"Alhamdulillah." empat orang yang berada di dalam ruangan pun dapat bernafas dengan lega setelah mendengar kalimat yang di ucapkan oleh dokter tersebut. Ini adalah ssbuah kebahagiaan bagi dokter dan perawat jika mereka malakukan operasi dan berhasil.
"Bersihkan semuanya, saya yang akan berbicara pada keluarganya." kata sang dokter itu dengan tangan yang sibuk membuka sarung tangan bedah yang tadi ia kenakan.
"Baik dok" serempak suster yang membantunya.
🥀
"Bagaimana dengan keadaan anak saya dok?"
Seorang dokter baru saja membuka pintu ruang operasi langsung di sambut dengan wajah panik milik keluarga dari pasien yang ia tangani tadi. Dokter itu tersenyum hangat pada seorang wanita paruh baya yang ada di hadapannya.
"Alhamdulillah bu, Anak ibu sudah selesai di tangani. Usus yang terbuang sekitar tujuh sentimeter. Sebentar lagi sudah bisa di lihat di ruang inap ya Bu."
"Terima kasih banyak dokter,"
Dokter itu mengangguk dan tersenyum,"Sama-sama ibu. Saya Permisi dulu." Orang tua pasien itu mengangguk.
Dokter tadi berjalan melewati lorong yang cukup ramai. Berjalan dengan wajah yang dingin dan tanpa senyum seperti sebelumnya.
Ia memasuki salah satu bilik toilet khusus Dokter dan Suster untuk melakukan pembuangan cairan yang sudah lama ia tahan dan saat ini benar-benar sudah tidak dapat tertahan lagi. Selesai dengan itu, ia berdiri di depan cermin besar, mencuci tangannya serta merapihkan sedikit tatanan rambutnya.
"Dok,"
Ia menoleh dan mengangguk seadanya pada seorang suster yang menyapanya barusan.
"Buseh, sombong banget tuh dokter,"
Suster ber-nametag Sophi itu berkomentar setelah memastikan dokter yang ia omonggi tadi sudah pergi keluar dari toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLITA [Selesai] (Terbit)
Novela JuvenilSeries # 1 MauNinda Series #1 *** Keasingan dan ketertekanan menjadi awal dari kisah ini. Cerita ini di buat untuk mengigatkan jika sesuatu di dunia ini tidak selalu manis dan berjalan dengan lurus. Ada hal yang harus di korbankan. Ada rasa yang ha...