Kau pemeran utama dalam ceritaku, tapi aku hanya figuran dalam ceritamu
***
Pukul sepuluh malam tapi Arka belum memejamkan matanya sama sekali. Tangannya sibuk bermain di atas layar persegi miliknya mendiel nomor seorang gadis yang sejak siang belum memberikannya kabar. Entah kemana gadis itu, yang jelas terakhir ia melihat gadis itu ada diruang istirahat.
Arka duduk di tepi kasur, tangannya kembali memencet nomor gadisnya tapi yang ia dapat hanya suara mbak-mbak operator yang mengatakan 'nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, coba lah beberapa saat lagi'
Arka mengacak rambutnya frustasi. Ia menghela nafasnya berat. Bingung dengan keberadaan Alita yang sampai saat ini belum ia ketahui ada di mana. Sejak tadi kepalanya di isi oleh kemungkinan-kemungkinan yang buruk tentang Alita, ia takut gadis itu kenapa-kenapa.
Pintu kamarnya terbuka dan menampilkan sosok wanita yang sudah melahirkannya. Bundanya berjalan mendekatinya dan duduk di samping kiri Arka.
Tangan kasar yang setiap hari di gunakan untuk memasak, mencuci dan melakukan pekerjaan rumah lainnya itu, menempel pada pundak kokoh Arka. Arka menoleh pada bundanya, ia tidak mengeluarkan suara apapun hanya menatap lalu kembali lagi pada posisi semula.
Kedua alis Karmila mengkerut, apa yang terjadi dengan anaknya?
Kedua tangan bundanya menangkup sempurna wajah Arka dan membawanya untuk menatap matanya, "Kenapa?" Arka hanya diam membisu.
Karmila melepaskan tangkupan tangannya pada wajah Arka. Ia menghela nafas saat Arka sama sekali tidak mengeluarkan suara.
Dalam hati Karmila mengatakan jika putranya yang seperti ini pasti ada sangkut-pautnya dengan gadis yang bernama Alita. Gadis yang sering Arka bawa kerumah dengan alasan belajar bersama. Memang benar, tapi pada akhirnya mereka bermesraan dan pasti Karmila melihat itu.
Karmila bangun dari duduknya berniat untuk keluar dari kamar anak satu-satunya yang tak kunjung membuka suara. Mungkin anaknya butuh sendiri. Baru dua langkah ia berjalan namun sudah terhenti kembali akibat panggilan Arka yang terdengar peruh di telinganya.
"Bunda..."
Karmila berbalik badan dan kembali mendekati sang putra, "Ada apa?" tanyanya pada Arka yang terlihat sangat kacau.
"Alita ga ada kabar seharian, Bun."
Karmila mengangguk-anggukan kepala, ia sudah dapat menebak jika Alita lah yang membuat putranya uring-uringan tidak jelas seperti ini.
Bukan tanpa sebab Arka begini, ia paham betul dengan sifat anaknya yang jika sudah mencintai wanita akan sepenuhnya mencintai. Arka tidak akan pernah main-main dengan gadis yang sudah ia klaim sebagai kekasihnya.
"Bukannya tadi lomba bareng kamu?"
Arka mengangguk mengiyakan pertanyaan bundanya. Benar, Alita memang bersamanya beberapa jam yang lalu, tapi setelahnya gadis itu hilang bagai di telan bumi tidak ada yang tau di mana keberadaannya.
Ia menatap Karmila, "Selepas lomba Alita hilang Bun, kata Sherly dia pulang duluan karena kebelet tapi sampe sekarang nomornya ga aktif, Arka khawatir."
Karmila menepuk pundak Arka dua kali, "Nak, mungkin Alita-nya cape dan ketiduran jadi lupa untuk chager hp. Lagipun Alita punya kesibukannya sendiri Ar, mungkin aja dia lagi keluar bersama keluarganya atau mungkin sama teman-temannya-
"Tapi Bun-
Karmila tersenyum, "Udah, sekarang kamu tidur besok sekolah kan? - Arka mengangguk. "Nah, siapa tau aja nanti kalian ketemu di sekolah."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLITA [Selesai] (Terbit)
Подростковая литератураSeries # 1 MauNinda Series #1 *** Keasingan dan ketertekanan menjadi awal dari kisah ini. Cerita ini di buat untuk mengigatkan jika sesuatu di dunia ini tidak selalu manis dan berjalan dengan lurus. Ada hal yang harus di korbankan. Ada rasa yang ha...