Mencintaimu bukanlah perihal yang mudah, aku harus berjuang dahulu untuk meyakinkanmu jika aku benar-benar serius. Tapi satu hal yang aku minta, jika aku sudah berhasil mendapatkanmu jangan coba-coba menyakitiku
***
Air itu mengalir dengan deras menusuk setiap pori-pori tubuh tanpa mau berhenti. Tubuhnya sudah mati rasa saat ini, sudah tiada lagi rasa sakit, pedih atau perih yang di terima oleh raga, semua sudah tiada arti baginya.
Shower yang mengeluarkan air dingin itu sudah setengah jam lamanya mengguyur tubuh ringkih milik Lita. Sang pemilik raga pun tidak mau menghentikan kegiatannya padahal ia sadar jika tindakannya dapat membuat tubuhnya menjadi bertambah lemah. Tapi itu semua ia singkirkan demi melampiaskan kekecewaan yang sedang ia rasakan saat ini.
Rasanya lebih perih dari pada tertusuk jarum, rasanya lebih sakit dari pada tergores pisau saat hendak memotong sayur. Ini benar-benar menyakitkan dari segala apapun itu, hanya sekedar kata 'jablay' tapi mampuh membuat semuanya hancur.
Perkataan orang tua kadang menjadi titik balik yang paling berbahaya jika sang orang tua tidak bisa menempatkan kata yang tepat di setiap kalimat yang mereka lontarkan.
Jaga ucapanmu ma, pa, yah, bun, abi, umi, karena ucapan kalian tanpa sadar bisa membuat anak kalian down, walau bagi kalian itu adalah ucapan yang baik.
Ga semua yang menurut kalian baik bisa di terima oleh kami para anak.
🥀
Empat puluh menit lamanya Alita duduk di bawah guyuran Shawer yang airnya terasa dingin. Ia diam, tidak menangis dan juga tidak berteriak. Ia hanya ingin mengeluarkan semua rasa sakitnya, rasa kecewanya, rasa tidak terimanya pada dingin yang tubuhnya rasakan.
"Aw!"
Teriak Alita ketika dirinya merasa ada sesuatu yang menghantam perut bagian kirinya dengan cukup keras dan rasanya cukup sakit. Bersamaan dengan itu, telinganya juga menangkap suara pecahan beling di dekatnya, ia menoleh ke kanan dan menemukan farfum dengan botol berbahan beling itu sudah pecah di sisi kanannya. Mungkin ini efek dari pantulan tubuhnya.
Alita merigis merasakan perutnya yang langsung terasa sakit. Lita memegang perut yang tadi menjadi santapan botol farfum miliknya sendiri. Ia menoleh ke pintu toilet saat mendengar suara deheman seseorang, betapa terkejutnya ia saat mengetahui jika Miranda lah yang ada di ambang pintu dengan posisi tangan bersedekap dada dan raut wajah penuh dengan amarah.
"Sakit?" tanyanya. Wajahnya terlihat bahagia persis seperti pemeran antagonis di sinetron.
Lita berkedib beberapa kali untuk menghilangkan rasa perih pada matanya, "Jadi ... mami yang lakuin ini-
"Ya. Saya yang melempar benda itu. Kenapa? Ga terima? Mau marah? Silahkan."
Alita menggelengkan kepalanya beberapa kali, bibirnya di kulum dan di ampit kuat agar suara tangisnya tidak keluar, "Kenapa?" tanyanya lirih
Miranda nampak berpikir kemudian menatap kembali Alita yang masih duduk di bawah Shawer dengan posisi tangan kanan memengang perut kirinya.
"Ga ada alasan yang kuat sih, hanya saja saya suka lihat wajah mendiritamu." terdengar kekehan yang cukup kuat dan itu berasal dari bibir Miranda.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLITA [Selesai] (Terbit)
JugendliteraturSeries # 1 MauNinda Series #1 *** Keasingan dan ketertekanan menjadi awal dari kisah ini. Cerita ini di buat untuk mengigatkan jika sesuatu di dunia ini tidak selalu manis dan berjalan dengan lurus. Ada hal yang harus di korbankan. Ada rasa yang ha...