20 || Really gone

5.5K 333 15
                                    

Dia tidak mengecewakan, tapi ekspetasiku yang berlebihan

***

"Malam bu." terdengar seorang wanita menjawab sapaan si penelepon.

"Saya mau kasih tau kalo non Lita tadi abis bertengkar dengan bapak."

"Non Lita di usir dari rumah dan sekarang sepertinya sedang merapihkan pakaiannya Bu."

"Iya Bu, sama-sama"

Orang itu buru-buru mematikan ponselnya dan menaruhnya di saku celemek yang ia pakai. Dengan sigap ia langsung melakukan aktivitasnya yang tertunda saat mendengar suara seseorang yang sedang mendekat.

🥀

Gadis itu masuk kedalam kamar dengan wajah datarnya, ia berjalan memasuki kamar mandi hanya untuk membasuh wajahnya dengan air mengalir.

Selesai dengan urusannya di kamar mandi, Alita langsung keluar dan mengganti pakaian sekolah yang masih bertengker manis di tubuhnya dengan jeans hitam dan kaos hitam bertangan tiga per empat.

Dengan sigap ia memasukan seragam serta almamater yang ia pakai tadi kedalam kantong plastik hitam dan menaruhnya di koper hitam miliknya.

Alita memasukan semua seragam sekolah serta baju-baju yang biasa ia kenakan kedalam koper. Tidak lupa ia juga memasukan semua buku-buku pelajaran dan buku lainnya kedalam tas sekolahnya.

Selesai dengan pakaian dan juga bukunya. Lita berjalan kearah meja rias miliknya dan mengambil bingkai foto yang ada di dalam laci. Ia membuka bingkai tersebut dan hanya mengambil fotonya saja.

Lita juga mengambil make-up sederhana miliknya dan menaruhnya di dalam tas ransel berwarna biru laut.

Semua siap, pakaiannya sudah, bukunya sudah dan printilan lainnya pun sudah. Sekarang ia siap untuk pergi dari rumah ini.

Lita menarik pegangan koper dan meletakan ranselnya di atas koper.
Di punggungnya sudah ada tas sekolah miliknya yang berisi beberapa kebutuhannya.

Kakinya melangkah membawa dirinya kedepan pintu. Tangan Lita memengang knop pintu tapi belum sempat ia menariknya pintu itu sudah di buka dari luar.

Refleks Alita mundur beberapa langkah untuk memberi jalan pada si pelaku. Wajah Lita masam seketika mengetahui siapa orang yang membuka pintunya dan sekarang ada di hadapannya.

Wanita itu tersemyum sinis saat melihat barang bawaan yang di bawa Alita.

"Bagus deh kamu pergi, jadi saya ga repot-repot lagi bikin kamu sakit hati." jelas, singkat dan menyakitkan.

Tanpa beban Miranda mengatakan itu seakan-akan gadis di depannya ini memiliki hati yang terbuat dari baja.

Kokoh dan keras.

Padahal tidak, ia rapuh.

Lita menatap maminya yang saat ini ada di depan matanya, ia benar-benar muak dengan semua yang sudah terjadi pada dirinya. Ia kesal dengan dirinya sendiri mengapa tidak bisa melawan saat ketidak adilan menyerangnya. Dasar bodoh.

Mungkin benar, pergi adalah jalan yang terbaik untuk dirinya saat ini.

Mata Lita menatap Miranda dengan sorot sayu yang sudah tidak dapat di alihkan. Bagaimana pun dan seperti apa rasa kesalnya pada Miranda itu tidak bisa membuat Alita membenci sosok wanita cantik yang saat ini ada di depannya, "Puas? ini mau Mami kan. Ini keinginan Mami dari dulu kan! Jawab Lita Mi!"

ARLITA [Selesai] (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang