Aku ingin memilikimu sepenuhnya, tanpa ada dia di hatimu
***
Pagi ini entah mengapa Lita malas sekali untuk meninggalkan kasurnya, rasanya ia benar-benar ingin berada di atas benda empuk ini dalam jangka waktu yang lama. Tapi itu semua tidak terjadi lantaran Helmi datang dan mengganggu semuanya.
Helmi adalah orang yang tau tempat tinggalnya saat ini selain Arka dan Sherly. Di UKS kemarin Lita menceritakan semuanya tanpa ada satupun yang tertinggal. Sebelum itu, tentu saja keduanya sudah berjanji tidak akan memberitahu siapa pun tanpa terkecuali.
Saat itu rasa hatinya benar-benar terasa lega, seakan batu besar yang selama ini ia gendong seorang diri itu terlepas. Beban yang ia pikul sedikit berkurang hanya karena bercerita. Ternyata memang benar, sedikit bercerita dapat menghilangkan beban.
Saat ini keduanya sudah ada di area parkiran sekolah namun saat ingin turun Helmi menyuruhnya menetap. Entah apa yang di tunggu Helmi.
"Sebentar." ucap Helmi yang membuat Lita hanya bisa mengangguk pasrah.
Lita diam tidak bergerak. Matanya hanya berfokus pada satu titik yaitu sepatu hitam yang ia pakai, pikirannya sedang melalang buana memikirkan hal yang seharusnya tidak di pikirkan. Helmi mencolek lengannya membuat Lita menoleh ke kanan. Helmi menunjuk sesuatu melalui gerak matanya.
"Apa?" tanya Lita bingung. Ia tidak melihat siapapun kecuali mobil yang baru saja terparkir di sisi kanan.
"Lihat aja." setelah mengucapkan itu tidak lama seseorang di balik kemudi keluar di susul seorang gadis dari pintu penumpang. Lita tercekat, nafasnya seakan terhenti. Apa ini yang di namakan ada namun dianggap tiada? Teramat sakit.
Helmi memengang bahu Lita untuk menyadarkannya. Lita terkejut, matanya kembali menatap Helmi. Senyum paksa itu muncul.
"Jadi ini yang lo bilang Arka akan berubah?" tanyanya pelan. Helmi mengangguk dengan tangan yang mengusap bahu Lita. Ia tidak tega melihat wajah itu, wajah penuh kepura-puraan.
"Lo jauhin Arka mulai saat ini, Lit."
Suasana UKS jadi berubah saat Helmi mengatakan hal itu. Lita menatap bingung Helmi yang ngucapkan kalimat itu tanpa beban.
"Maksud lo?"
Helmi menggembuskan nafasnya pelan ia menggigit bibir bawahnya gugup, "Masa lalu Arka udah kembali."
"Mantannya?" ini Sherly.
Helmi menggeleng, "Mereka belum putus dan kemungkin hubungan mereka akan berlanjut. Gue ga mau lo sakit hati Lit, makanya gue nyuru lo buat jahuin dia!"
Lita menggeleng dengan senyumnya, "Gue akan pertahanin Arka, itu janji gue!"
Helmi menatap Lita sendu. Kekhawatirannya terjadi, "Dan lo akan tinggalin dia jika dia bikin lo nangis, itu janji lo yang kedua!"
"Ayo keluar, Mi." ajak Lita dengan suara paruh. Helmi menuruti saja keinginan Lita. Mereka turun dari mobil hitam milik Helmi. Helmi dan Lita berjalan menelurusi koridor dengan damai, keduanya tidak saling bicara seakan mengerti situasi hati masing-masing.
Keduanya berhenti dan saling pandang. Helmi lebih dulu memberikan senyum lalu di balas oleh Alita, "Masuk sana. Nggak usah di pikirin." titah Helmi lembut, bahkan Helmi memberikan usapan di kepala Alita.
"Makasih, Mi. Gue masuk kelas dulu." Helmi mengangguk. Ia memperhatikan punggung Lita yang sudah lenyap di telan tembok.
"Cowo, Cewe anjing semua!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLITA [Selesai] (Terbit)
Ficção AdolescenteSeries # 1 MauNinda Series #1 *** Keasingan dan ketertekanan menjadi awal dari kisah ini. Cerita ini di buat untuk mengigatkan jika sesuatu di dunia ini tidak selalu manis dan berjalan dengan lurus. Ada hal yang harus di korbankan. Ada rasa yang ha...