Terima kasih atas lukanya. Aku belajar banyak darimu melalui luka ini
***
Hari ini Alita di antar oleh Kirana. Gadis itu turun dari mobil hitam yang mana ada tantenya sebagai supir. Awalnya ia tidak mau di antar oleh Kirana tapi karena di paksa dengan alasan Kirana yang ingin ke butik miliknya jadi lah seperti ini.
Setelah mengucapkan terima kasih pada Kirana, Alita masuk ke dalam lingkungan sekolah dengan senyum andalannya. Senyum manis yang tidak akan pernah membuat siapapun yang melihatnya bosan.
Jangan heran dengan sikap Alita yang selalu menebar senyum pada setiap orang yang menyapanya. Gadis itu memang gadis yang ramah dan pandai bergaul tapi, lima puluh persen dari senyumnya adalah senyum kepalsuan.
Tidak bisa di hindari jika luka lamanya masih suka sakit di waktu yang acak. Walau ia sudah bahagia dan bernafas dengan lega, tetap saja rasa sesak setiap melihat Haikal atau Devan membuatnya seakan hancur dan kembali pada ingatan masa lalunya.
Alita tersenyum paksa pada Ina yang menyapanya di depan kelas. Gadis itu tidak sendiri, ada Devan di sampingnya. Lelaki itu mengunakan Ina sebagai pancingan agar Alita menoleh padanya. Tapi Lita tidak bodoh, ia tau maksud dari semua permainan Devan.
"Baru dateng, Kak?" Ina bertanya. Alita mengangguk singkat.
"Duluan." setelah mengatakan itu ia langsung pergi mengabaikan seruan Devan dan Ina yang memanggil namanya. Gadis itu melanjutkan langkah kakinya menuju tangga lantai dua di mana itu akan mengantarkannya ke kelas. Belum lama kakinya melangkah kini terhenti kembali saat menyadari jika dua insan yang baru saja melewatinya adalah Arka dan seorang gadis. Gadis tempo lalu yang keluar dari mobil Arka.
Kedua alisnya saling bersatu. Ia mengerjit karena apa yang di lihat oleh matanya memang benar, itu Arka. Senyum pedih terukir di bibir Alita. Mata gadis itu sudah merah siap untuk menumpahkan air kesakitan yang ia tahan selama beberapa hari lalu. Apa begini rasanya patah hati? Apa begini rasanya tidak di anggap? Apa begini rasanya cinta pada orang yang salah? Iya, katakan!
Dengan mudahnya Arka melupakannya dan memilih menjalani cinta lama yang sempat terputus? Apa sebegitu lamahnya kah kekuatan cinta mereka?
Alita mengeluarkan nafasnya dari mulut, menghapus butiran air mata yang turun tanpa sopan. Ia memaksakan sabitnya untuk muncul dan kaki itu kembali melangkah maju menuju tujuan awal.
Sampai di kelas Lagi-lagi Lita menampilkan senyum paksa, ada dua sahabatnya yang duduk di bangku dengan kedua bola mata yang menyorot padanya.
Lita berjalan menuju bangkunya yang terletak tepat di belakang Sherly dan Ara, meletkan tasnya di atas meja dan memperhatikan keduanya yang saling diam.
Alita memperhatikan Sherly yang tadi sempat menoleh dan sepertinya memberikan kode, tapi sayangnya Lita tidak menangkap kode yang di berikan Sherly. Tunggu, ada yang beda dari Ara, gadis itu nampak diam dengan pandangan kosong. Ara juga tadi tidak menyapanya, ada apa?
Dengan beraninya Alita menyolek lengan Ara untuk membuat gadis itu menoleh padanya. Ara menoleh di susul oleh Sherly yang mengikuti, "Ara kenapa, kok diem aja?"
Dengan tidak sopannya Ara malah membuang wajahnya ke sembarang arah. Alita sempat mendengar decihan sinis keluar dari mulutnya, Alita kembali di buat heran dengan sikap Ara yang cukup aneh.
"Ra, kenapa?" tanyanya kembali. Terselip nada khawatir di sana.
Ara kembali menoleh pada Alita. Senyum miring ia pamerkan, "Cukup, Lit. Gue udah eneg sama drama yang lo mainin."
"Hah?"
Telunjuk Ara terhunus mengarah pada wajah Alita. Sherly yang melihat itu langsung menepis tangan Ara dengan kasar hingga tangan itu terbentur oleh meja.
"Ga usah nunjuk-nunjuk bisa ga?" Sherly bersuara. Ia juga rada bingung dengan Ara, sejak awal mereka juga hanya diam tidak bersuara.
"Gue yakin lo udah tau semua, Sher." jedanya.
"Lo tau kan kalo Arka sama Lita ada hubungan?"
Alita dan Sherly kompak bungkam. Ini lah yang di takutkan oleh Lita selama ini, ketakutan akan kehilangan semua yang sudah ia genggam selama ini. Ara mengetahuinya.
"Ra, gue bisa jelas-
Belum sempat Alita menyelesaikan ucapannya Ara sudah tertawa. Tawanya begitu sakit ditelinga Lita, "Hallah! Sekali penghianat tetep penghianat. Dasar temen ga tau diri!"
Alita mengusap wajahnya kasar, Ara menyiramnya dengan sebotol air mineral miliknya.
"Ra!" Sherly teriak. Teman-teman sekelasnya di buat tercenga dengan sikap brutal yang baru saja Ara tunjukan.
"Hahaha! Tadinya gue mau nyirem lo pake air panas, tapi ga jadi deh. Kasian, nanti nangis ngadu sama tembok lagi-
"ARARYA!" murka Sherly. Gadis itu keluar meja dengan cara melompati meja dan menghampiri Alita yang terlihat diam di bangkunya.
"Kasian sebenernya gue sama lo, Lit. Punya orang tua tapi kaya ga punya orang tua. Tinggal di jakarta sendirian udah kaya kucing yang di buang sama majikannya. Kakak sama adik lo kemana? Miris sih!"
Part di hapus demi kepentingan penerbitan.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARLITA [Selesai] (Terbit)
Fiksi RemajaSeries # 1 MauNinda Series #1 *** Keasingan dan ketertekanan menjadi awal dari kisah ini. Cerita ini di buat untuk mengigatkan jika sesuatu di dunia ini tidak selalu manis dan berjalan dengan lurus. Ada hal yang harus di korbankan. Ada rasa yang ha...